Bogordaily.net– Maman merupakan pria yang berprofesi sebagai nahkoda eretan terakhir di Cisadane, Mantarena Lebak-Cibalagung, Kota Bogor. Setiap harinya ia membantu orang menyebrang dari wilayah Mantarena Lebak untuk menuju Cibalagung. Ataupun arah sebaliknya.
Eretan atau perahu bambu yang ia gunakan untuk membantu orang menyebarang, terbuat dari lapisan seng dibalut dengan cat warna-warni dan besi sebagi penopang atapnya.
Pada bagian bawah eretan, Maman memasangkan enam buah ban bekas mobil. Hal itu sebagai penopang eretan agar bisa mengambang di air.
Selain itu, sabagai alat untuk membantu menyebrang, ia juga memasangkan sebuah tali pada bagian ujung tempat dari arah Mantarena Lebak dan Cibalagung.
Tali tambang itu yang ia gunakan sebagai alat untuk membantu eretannya itu bisa menyebrang saat membawa penumpangnya.
Eretan yang berbentuk kotak dan ujungnya menyerupai perahu itu, tersedia tempat duduk di dalamnya untuk para penumpang.
Pelan tetapi pasti, eretan yang dinahkodai oleh Maman hanya mengandalkan tali tambang untuk menyebrang.
Semua dikerjakannya secara manual menggunakan tenaga manusia. Tanpa adanya bantuan mesin.
“Tahun 80-83 anyut (eretan). Tahun 88 baru bikin yang pake besi,” kata Maman
Ia bercerita, dulu kala masih banyak anak sekolah yang menggunakan jasa eretannya untuk menyebrang.
Namun kini, penumpangnya sepi tak seperti dulu lagi. Ia tampak sudah menua seiring tahun yang berganti.
Eretan merupakan alat transportasi tradisional yang digunakan orang untuk menyebrang dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Transportasi ini biasanya berada di daerah pesisir atau tang dekat dan dilalui oleh sungai besar yang membentang.(Muhammad Irfan Ramadan)