Tuesday, 7 May 2024
HomeEkonomiKisah Sukses Pengusaha Madu Siantar Berdayakan Masyarakat Bersama BRI

Kisah Sukses Pengusaha Madu Siantar Berdayakan Masyarakat Bersama BRI

Bogordaily.net – Ini adalah pengusaha madu Siantar yang mampu berdayakan masyarakat bersama .

bersama itu dialami pasangan suami istri, Aam Hasanudin yang berusia 56 tahun dan Sabariah Harahap yang berusia 54 tahun.

Mereka telah sukses menjadi pengusaha madu lebah ternak di Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Mereka tidak hanya berhasil meningkatkan ekonomi mereka sendiri, tetapi juga memberdayakan pelaku UMKM di bidang yang sama.

Untuk memaksimalkan potensi ekonomi masyarakat, mereka mendapat dukungan akses permodalan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau .

Aam mengatakan bahwa ia telah mengembangkan bisnis lebah madu sejak tahun 1987 dengan semangat yang kuat.

Baca Juga: AgenBRILink Tak Henti Layani Masyarakat Selama Hari Libur

“Kemudian dari situ saya berpikir memanfaatkan areal di belakang rumah dan akhirnya istri saya, saya bina jadi peternak juga. Pada 1993 mulai kami rintis peternakan lebah madu di belakang rumah,” ujarnya.

Lama kelamaan peternakan lebah madu yang diberi nama Flora Aek Nauli tersebut mulai dikenal masyarakat. Sebab, semakin banyak msyarakat yang dididik oleh Aam untuk berternak lebah madu.

Dengan demikian, peternakan yang dikelola suami istri itu kerap mendapat kunjungan dari berbagai instansi.

Adapun menurut Sabariah, sejak 1993 dirinya berpikir Aam sering melakukan penyuluhan dan pelatihan terkait ternak lebah madu dan madu murni yang dihasilkannya.

Namun di sisi lain masyarakat yang mengikuti pelatihan sering bertanya, ke mana harus memasarkan madunya?

“Dari situ jiwa bisnis saya timbul, kenapa tidak kami tampung madu yang dipanen masyarakat. Saya tadinya jualan pakaian. Kemudian saya berpikir kenapa tidak fokus di madu saja,” ujar perempuan yang dinikahi Aam pada 1991 tersebut.

Menurut Sabariah, dengan fokus pada peternakan lebah madu, dia dan sang suami memiliki dua keuntungan. Pertama adalah bisnis.

Kisah Sukses Pengusaha Madu Siantar Berdayakan Masyarakat Bersama BRI

Kedua, menyalurkan idealisme melalui edukasi pengembangan usaha perlebahan. Idealisme tersebut tak lepas dari latar belakang pendidikan Sabariah yaitu sebagai guru SMP.

Karena hal tersebut, usaha Sabariah dan sang suami kian dikenal. Mereka pun mengikuti pelatihan dan pengembangan UMKM di Pematang Siantar dan sering mengikuti pameran produk segmen usaha tersebut.

Untuk memasarkan produknya, Aam dan Sabariah membuat galeri di depan kediamannya. Suami istri tersebut memasarkan pula produk madunya kepada komunitas pengajian yang memiliki koperasi.

Dapat Akses Pembiayaan
Setelah lama mengembangkan peternakan lebah madu, Sabariah dan Aam mulai berpikir untuk melebarkan usaha.

Baru pada tahun 2018 mereka mengakses pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari sebesar Rp250 juta.

“Untuk mengambil lahan di daerah Simalungun sampai 1 hektar. Serta untuk pengembangan lebah,” kata Sabariah.

Saat ini pun madu Flora Aek Nauli pasarnya kian luas. Pemasaran secara digital sudah dilakukan Sabariah.

Kendati demikian Sabariah mengakui bahwa produk madu yang dia pasarkan masih di sekitar Pematang Siantar.

Sebab, dia dan suami hanya memasarkan produk madu hasil peternakan sendiri dan dari binaan sang suami.

Peternakannya bisa memproduksi 500 kg madu per bulan. Sedangkan pasokan dari peternakan binaan Aam bisa mencapai 300 kg hingga 500 kg per bulan.

“Kalau kita paceklik di sini, kebutuhan bisa dipenuhi oleh peternak binaan. Sehingga pasokannya insyaAllah tidak pernah kosong,” ujarnya optimistis.

Untuk pengembangan usaha ke depan, Sabariah berharap melakukan pemberdayaan secara berkesinambungan, terutama terkait pemasaran dan promosi.

Dia pun memiliki mimpi, kelak ketika usahanya terus berkembang bisa membuat tujuan wisata edukasi di sekitar kediamannya.

Terkait dengan pemberdayaan UMKM, Direktur Bisnis Mikro Supari mengungkapkan bahwa peningkatan kapabilitas pemberdayaan berkaitan dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang tak bisa dihindari, terlebih pasca pandemi Covid-19.

Di sisi lain, kata Supari, peningkatan kapabilitas pemberdayaan tak hanya sekadar akses pasar secara digital, setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan, yakni pertama adalah literasi dasar yang di dalamnya mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar.

Kedua adalah mendesain literasi bisnis. “Dalam hal ini melalui peningkatan kapasitas manajerial, membangun legalitas atau kepatuhan, mengembangkan budaya inovasi, membentuk pemahaman industri dan pasar, hingga membentuk kepemimpinan dan pola pikir jangka panjang untuk meningkatkan skala usaha.

Ketiga adalah literasi digital kepada UMKM dengan tujuan go digital, go modern, dan go global”, ungkap Supari.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here