Tuesday, 7 May 2024
HomeEkonomiKisah Perjuangan Sri Wahyuni Mitra Holding Ultra Mikro di Kampung Nelayan

Kisah Perjuangan Sri Wahyuni Mitra Holding Ultra Mikro di Kampung Nelayan

Bogordaily.net Inilah kisah perjuangan Sri Wahyuni, mitra Holding Ultra Mikro BRI. Sri Wahyuni menyediakan akses keuangan formal di kampung nelayan di Juata Laut, Tarakan, Kalimantan Utara.

Hidup di sekitar perkampungan nelayan membuat Sri Wahyuni tak asing dengan aktivitas rentenir. Para nelayan di lingkungan tempatnya tinggal sudah terbiasa melakukan pinjaman ke rentenir.

Bunga yang tinggi dan mencekik tidak menghalangi masyarakat nelayan di Juata Laut untuk meminjam uang kepada rentenir.

Contoh, untuk pinjaman senilai Rp1 juta, para nelayan pesisir ini harus membayar bunga Rp400 ribu dalam sebulan. Artinya, bunga pinjaman para rentenir tersebut mencapai 40% hanya dalam sebulan.

Tidak ada pilihan. Begitu selalu yang menjadi alasan para nelayan untuk menghindari jerat rentenir.

“Banyak yang mengeluh, pinjam ke rentenir, bank keliling. Banyak. Bunganya ngeri, mencekik. Tapi ya memang tidak ada pilihan. Sementara mereka memang perlu modal,” kata Sri menceritakan kondisi nelayan selama ini.

dari BRI Group kemudian terbentuk dan pembiayaan ultra mikro (UMi) mulai masuk ke Tarakan, khususnya Juata Laut. Setelah itu, kebiasaan tersebut sedikit demi sedikit berhasil dikurangi.

Sri menjadi kepanjangan pembiayaan ultra mikro dari BRI atau Mitra UMi untuk wilayah Juata Laut, Tarakan.

Bermula Desember 2021, ia mulai mengenalkan sistem pinjaman UMi kepada masyarakat Juata Laut di Tarakan. Cicilannya dinilai ringan dan fleksibel, serta memudahkan bagi masyarakat yang selama ini sudah terbiasa dengan bunga tinggi mencekik.

“Saya sebelumnya bukan AgenBRILink, hanya nasabah biasa. Saya ditawarkan oleh BRI menjadi Mitra UMi, karena di sekitar saya nelayan semua. Waktu ditunjuk, saya kaget. Tapi saya ambil juga,” cerita Sri yang memiliki rumah di atas laut.

Ia bercerita kehidupan nelayan penuh dinamika. Tidak sekali dua kali mereka pulang tanpa membawa tangkapan. Namun, saat hendak pergi melaut, mereka tetap perlu modal. Tidak hanya untuk membeli solar yang akan digunakan sebagai energi penggerak perahu, tetapi juga untuk bekal perjalanan lainnya.

Meski tidak seluruhnya nelayan, tetapi sebagian besar para nasabah atau debitur UMi yang dilayani oleh Sri berasal dari latar belakang para pekerja yang menggantungkan penghidupannya dari hasil melaut. Hanya sebagian kecil yang berasal dari jenis usaha lainnya, seperti warung kecil/pedagang sembako.

“Nelayan setiap hari ke laut, cari ikan, cari kepiting, dijual lagi ke pos-pos di sini [darat]. Perlu modal. Untuk beli makanan, solar, perahu. Saat ada dana UMi, mereka terbantu sekali,” kata ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja di tambak udang ini.

Rata-rata nilai pinjaman yang diambil para nelayan tersebut mencapai Rp3 juta sampai Rp10 juta. Dengan masa pinjaman 3 bulan – 6 bulan. Dan kini setelah berjalan selama hampir 1,5 tahun, jumlah debitur UMi yang dilayani oleh Sri semakin berkembang.

“Syukurlah bisa berkembang. Nasabah sekarang sudah ada sekitar 100 orang. Banyak dari mereka yang usahanya berputar dan pinjamannya bisa [memenuhi syarat] untuk berkembang,” katanya.

Meskipun tidak semua pembayaran selalu berjalan lancar dan sesuai tenggat, Sri justru melihat hal ini sebagai kesempatan untuk membantu sesamanya di lingkungan tempatnya tanggal.

“Kadang ada yang kurang lancar. Tapi yang penting waktu jatuh tempo, lunas”, ujar perempuan kelahiran tahun 1966 ini.

Menjadi mitra , membawa kepuasan tersendiri bagi Sri. Sebab, meskipun kerap ada tantangan, tetapi kesempatan membantu masyarakat menjadi terbuka lebar. Terlebih, dengan rendahnya bunga pinjaman UMi, bisa membantu masyarakat terlepas dari jeratan bunga yang tinggi dan mencekik.

“Puas, jadi pelayan masyarakat, bisa nolong orang. Memang butuh kesabaran, tetapi manfaatnya banyak. Bisa memutus rentenir,” tambahnya.

Sri berharap bisa terus bermitra dengan BRI untuk menyediakan pinjaman UMi bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Di tempat terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyampaikan bahwa inisiatif (UMi) menjadi inovasi BRI untuk menyasar kalangan masyarakat unbankable dan meningkatkan inklusi keuangan.

Supari ingin masyarakat yang dulu harus menanggung beban bunga besar karena meminjam dana ke rentenir beralih menjadi nasabah ultra mikro.

merupakan sinergi BRI sebagai induk bersama Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk mewujudkan layanan keuangan yang lengkap, terintegrasi, dan memenuhi kebutuhan pelaku usaha.

“Holding UMi menargetkan mereka (masyarakat) yang sekarang menjadi korban rentenir. Betapa tidak efisiennya mereka bayar bunga yang sangat tinggi. Bagaimana jika mereka (pelaku usaha ultra mikro) kita mudahkan aksesnya, masuk ke lembaga keuangan formal, maka mereka dapat menambah margin. Mereka akan lebih kuat modalnya, dan mereka akan punya kapasitas yang lebih besar,” jelasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here