Thursday, 16 May 2024
HomeEkonomiMenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor

MenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor

Bogordaily.net – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah () Teten Masduki memberikan dukungannya pada industri furnitur dan home decor di Indonesia untuk terus memperluas akses pasar mereka, terutama mengingat Amerika Serikat (AS) dan Eropa sedang mengalami resesi ekonomi sebagai pasar utama industri tersebut.

“Kami percaya bahwa industri furnitur dan home decor harus mengarah ke pasar alternatif, tidak hanya mengandalkan pasar Amerika dan Eropa tetapi juga Timur Tengah sebagai contoh. Dunia saat ini sedang mengalami perubahan dalam kekuatan ekonomi. Ini bukan hal yang singkat. Oleh karena itu, kita perlu mencari potensi pasar baru dan tidak hanya fokus pada pasar tradisional yang sudah ada,” kata Teten Masduki dalam acara peluncuran Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA)' di Jakarta, pada Selasa (9/5).

MenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor

Menurut Menteri Teten, selain memperkuat pasar domestik, ekspor ke negara-negara tujuan lain juga perlu terus dikembangkan.

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pasar global dan daya tarik pembeli internasional sehingga mereka tidak perlu lagi pergi ke pameran-pameran furnitur di luar negeri, melainkan dapat langsung mengunjungi pameran furnitur di Indonesia, termasuk pusat-pusat showcase cluster furniture/home décor.

Baca Juga: KemenKopUKM Sebut Indonesia akan Punya Sistem Data Tunggal UKM di APEC SME WG

Mengutip dari KataData pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp51,65 triliun), serta menyerap sebanyak 143 ribu orang tenaga kerja dari 1.114 ribu perusahaan.

Pemerintah menargetkan ekspor industri furnitur dapat menembus 5 miliar dolar AS (Rp73,78 triliun) pada 2024.

“Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Dan furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar,” katanya.

Selanjutnya pada 2022, sebesar 90 persen produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51 persen, dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19 persen.

Untuk itu, salah satu upaya dalam memperluas akses pasar tersebut, maka digelar pameran IFFINA 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO).

Di mana event internasional tersebut akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

Menteri Teten berharap, IFFINA dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar.

“Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” kata Teten.

menyebutkan, dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi para pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional.

Seperti, pendirian rumah produksi bersama (factory sharing) sektor furnitur yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menurut Teten, Kementerian Koperasi dan UKM () juga mendorong terciptanya produk furnitur/home décor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik).

Pada 2023 ini, akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bambu pertumbuhan cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” katanya.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40 ribu bambu yang ada di NTT, bersama Pemerintah, terus berupaya mempeluas bambu di daerah.

“Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandardisasi,” ujarnya.

Selanjutnya, menginisiasi program SMExcellence yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/ buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk–produk yang dapat bersaing dan diterima pasar global.

MenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor

Teten menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor, dan home ware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” ucap .

Pameran Internasional IFFINA

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum ASMINDO Dedy Rochimat mengatakan, pihaknya kembali akan menggelar IFFINA, setelah sebelumnya sempat vakum selama enam tahun.

Tahun in merupakan ke-10 kalinya penelenggaraan IFFINA sejak pertama kali digelar pada 2008, kali ini IFFINA akan didukung oleh tiga Kementerian terkait, yakni Kementerian Perindustrian, , Kementerian Perdagangan, serta Bank Indonesia (BI).

Dedy menyebut, industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang PDB-nya terus tumbuh sejak enam tahun terakhir.

Selain itu, pasar mebel dunia adalah pasar yang sangat potential bagi Indonesia. Pada 2022 saja, pasar mebel dunia berhasil mencatat pendapatan secara global sebesar 695 miliar dolar AS (Rp l10.256,8 triliun) dan diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS (Rp11.304,6 triliun) pada akhir 2023.

“Tetapi jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel indonesia saat ini baru bisa mencatatkan pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS (Rp41,32 triliun) tahun 2022, yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke-17 dunia dan ke-4 di regional asia, masih di bawah China, Vietnam, dan Malaysia,” kata Dedy.

Menurut dia, angka tersebut masih cukup kecil, padahal industri mebel merupakan industri strategis yang memiliki banyak manfaat.

Selain menjadi industri penghasil devisa yang kuat, industri mebel juga memiliki nilai tambah yang tinggi karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan pada sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

“Kita punya hutan produksi seluas 68 juta hektare, kita produsen 85 persen rotan dunia, dan kita nomor tiga produsen bambu terbesar dunia setelah China dan India. Industri mebel juga menjadi penyerap tenaga kerja yang besar karena termasuk dalam industri padat karya yang menyerap 500 ribu tenaga kerja langsung per tahun 2021,” ungkapnya.

Selain itu, industri mebel juga menciptakan multiplier effect yang luas bagi industri lainnya dan berkontribusi menggerakkan sektor industri lainnya melalui produk-produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.

“Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, sudah saatnya bagi Indonesia untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri,” kata Dedy.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, sektor industrial memberikan kontribusi sebesar 53,4 persen ke PDB Non Migas, di mana industri furnitur berkontribusi sebesar 1,3 persen dengan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar AS pada 2022, atau turun 2 persen dari ekspor tahun 2021. Diprediksi, tren ini masih akan terjadi tahun ini dan tumbuh pada 2024.

“Kontraksi disebabkan oleh kondisi global yang harus terus diwaspadai. Namun kami yakin, melihat kondisi pasar dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per April 2023 sebesar 51,38 persen berada di level ekspansi. Artinya, industri furnitur perlahan masuk kategori ekspansi dan mulai bangkit lagi. Hal ini perlu dimanfaatkan oleh pelaku industri Tanah Air, agar terus lebih baik dan berdaya saing,” kata Putu.

Untuk itu, Kemenperin katanya, fokus pada tiga strategi dalam mengubah stagnasi industri furnitur. Pertama, mengalihkan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik.

Kedua, bersama kementerian terkait, memperluas negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional dengan membentuk satgas. Dan ketiga, memperkuat media promosi lewat pameran fisik dan media digital.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here