Bogordaily.net– Sejarah kelahiran Jong Islamieten Bond akan diulas dalam artikel berikut ini. Jong Islamieten Bond atau JIB disebut juga dengan Perhimpunan Pemuda Islam. JIB merupakan organisasi perhimpunan pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. Berikut sejarah kelahiran Jong Islamieten Bond yang dirangkum dari berbagai sumber.
Jong Islamieten Bond atau JIB berdiri pada 1 Januari 1925 di Batavia atau Jakarta oleh Sjamsuridjal. JIB bukan organisasi politik sebab tidak terlibat dalam kegiatan politik.
Namun, dalam aktivitasnya JIB menyelenggarakan kursus-kursus pendidikan. Selain itu, JIB juga mempererat persatuan bagi pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. Â JIB memiliki anggota yang berasal dari Jong Sumatranen Bond, Jong Java, dan organisasi pemuda lainnya.
JIB hadir sebagai wujud keprihatinan atas masih terkotak-kotaknya para pemuda dalam balutan suku dan daerah. Serta kurangnya pemahaman pemuda pelajar Islam pada agamanya sendiri, sekaligus merupakan agama yang dianut sebagian besar masyarakat Hindia Belanda. JIB hadir tampil sebagai organisasi pemuda pelajar pertama yang lintas suku dan daerah.
Tokoh yang Berperan dalam Sejarah Kelahiran Jong Islamieten BondÂ
Para pemuda Islam yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond dekat dengan kalangan nasionalis. Hal ini tampak saat ketika Jong Islamieten Bond terlibat dalam penyusunan Kongres Pemuda II pada Agustus 1928. Kongres tersebut kemudian melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Dalam JIB, Islam dan kebangsaan Indonesia tidak diletakkan sebagai komponen yang saling terpisah. Jong Islamieten Bond justru mengeratkan antara Islam dengan nilai-nilai nasionalisme. Hal ini sebagaimana dikatakan pendiri Jong Islamieten Bond, Sjamsuridjal.
Jong Islamieten Bond melakukan kongres pertamanya dan terpilihlah Wibowo sebagai menjadi ketua umum. Pada 1925, Jong Islamieten mempunyai anggota 1.004 orang. Organisasi ini juga memiliki 4 cabang yakni Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Madiun.
JIB terus berkembang dan setelah kongres, H. Agus Salim berkampanye ke Bandung, hingga akhirnya memiliki 7 cabang. Kemudian pada tahun 1929, kongres kedua digelar. Kali ini Kasman Singodimedjo terpilih menjadi ketua umum menggantikan Wibowo. Selanjutnya kongres ketiga tahun 1935, M. Arif Aini terpilih menjadi ketua umum. Selain itu kantor pusat juga dipindahkan ke Semarang.
Beberapa tokoh lain dalam JIB merupakan anggota dari Jong Sumatranen Bond, Jong Java, dan organisasi pemuda lainnya. Berikut para tokoh Jong Islamieten Bond:
SyamsuridjalÂ
Raden Sjamsoeridjal atau lebih dikenal dengan nama “Sjam” lahir pada 11 Oktober 1903 berasal dari kalangan Islam yang taat. Ayahnya seorang penghulu di Karanganyar, Keresidenan Surakarta. Pada kongres Jong Java ke-6 tahun 1923, Sjam terpilih sebagai ketua Pedoman Besar (hoofdbestuur) Jong Java, organisasi pemuda pelajar terbesar di Indonesia.
Syamsuridjal merupakan politisi yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Jakarta pada periode 1951-1953. Ia juga pernah menjadi Wali Kota Surakarta periode 1946-1949, dan Wali Kota Bandung periode 1945-1946.
Sjam yang merupakan ketua dari Jong Java menyampaikan pendapat kepada Jong Java agar organisasi ini membuka kursus agama Islam bagi para anggota Muslim. Selain itu tidak keberatan untuk membuka kursus bagi pemeluk agama lain.
Baginya, mempelajari agama Islam juga merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kaum muda terpelajar. Namun, usulannya kala itu ditolak dan sempat dituduh ingin menyelewengkan Jong Java bermain politik.
Ia lalu mendatangi Ahmad Dahlan, HOS Cokroaminoto, dan Agus Salim dan meminta nasehat. Ketiganya lalu setuju atas usulan Sjam hingga akhirnya sejumlah pemuda Islam, sepakat membentuk Ikatan Pemuda Islam atau Jong Islamieten Bond.
Agus SalimÂ
Tokoh berikutnya adalah Agus Salim. Ia dikenal sebagai  pejuang kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 27 Desember 1961. Agus Salim pernah menjadi pemimpin salah satu organisasi Islam besar di Indonesia, yaitu Sarekat Islam.
Pada salah satu kongres Jong Java, Agus Salim menyampaikan pidato Islam dan Jong Java, yang berisi bahwa dasar Jong Java yang semata-mata nasionalisme menjauhkan pemuda terpelajar dari agama Islam. Agus Salim dan Sjam memiliki kesamaan pandangan tentang Islam sebagai landasan perjuangan.
Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah dan ulama terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 dengan nama Muhammad Darwis. Ia dikenal sebagai Ulama Besar bergelar Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Muhammadiyah. Ahamd Dahlan merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah putra dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
HOS CokroaminotoÂ
Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau lebih dikenal sebagai H.O.S. Tjokroaminoto, merupakan seorang nasionalis Indonesia. Lahir pada 16 Agustus 1882, ia menjadi salah satu pemimpin Sarekat Dagang Islam, yang didirikan oleh Samanhudi dan menjadi Sarekat Islam, yang didirikan bersama.
Tujuan Jong Islamieten BondÂ
Seiring perjalanannya, Jong Islamieten Bond memiliki dua asas dan tujuan. Tujuan pertama adalah mempelajari agama Islam serta menganjurkan agar ajaran-ajarannya diamalkan.
Lalu tujuan kedua yakni menumbuhkan simpati umat Islam dan pengikutnya. Serta dibutuhkannya toleransi positif terhadap orang-orang yang berlainan agama. Jong Islamieten Bond juga memegang teguh ajaran-ajaran Islam.
Bentuk Perjuangan Jong Islamieten Bond
Berikutnya adalah bentuk perjuangan Jong Islamieten Bond Selanjutnya. Dalam aktivitasya, JIB tidak hanya berfokus pada pembinaan pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Organisasi kepemudaan Islam ini melebarkan sayap ke organisasi sosial, badan usaha, percetakan, hingga sekolah.
Dalam dunia pendidikan, Jong Islamieten Bond mendirikan sekolah HIS pada Oktober 1931 di Tegal. Lalu di tahun yang sama pada November, JIB mendirikan sekolah HIS di Tanah Tinggi, Batavia.
Sedangkan dalam bidang Penerbitan, Jong Islamieten Bond mengeluarkan majalah pada Maret 1925. Majalah bernama Annur atau Het Licht itu diedarkan secara umum. Tak hanya itu, JIB kemudian mendirikan organisasi Pandu Indonesia (Natipij). Organisasi ini merupakan yang pertama kali berdiri dengan nama berbahasa Indonesia.
Selain itu, JIB juga menyelenggarakan kursus dan ceramah. Isi ceramahnya tentang agama Islam. Dan hal ini dilakukan oleh tokoh sentral yakni H. Agus Salim.
Lalu di bidang kepanduan dan kewanitaan, JIB membentuk Jong Islamieten Bond Dames Afdeling atau disingkat menjadi JIBDA. Artinya, organisasi ini melakukan kegiatan-kegiatan dalam bidang kewanitaan. JIBDA juga aktif dalam memperjuangkan masalah-masalah kewanitaan dalam forum nasional.
Demikian ulasan tentang sejarah kelahiran Jong Islamieten Bond, tokoh, tujuan serta, bentuk perjuangan.***
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi YouTube BogordailyTV