Bogordaily.net – Penanganan stunting di Kota Bogor membutuhkan keterlibatan semua pihak, termasuk Pemkot Bogor, TNI-Polri, pengusaha/swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan media.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana peran DPPKB sebagai garda terdepan dalam penanganan stunting?
Stunting masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan di Kota Bogor. Data dari DPPKB menunjukkan bahwa masih terdapat lebih dari 2000 anak yang mengalami stunting, dengan rata-rata 15 anak per kelurahan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala DPPKB, Anas S Resmana, menjelaskan bahwa penyebab stunting antara lain adalah kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi anak, kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan, dan pola asuh yang kurang memadai.
Kondisi ini selanjutnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek, cenderung memiliki sifat yang patuh, kesulitan dalam bergaul, dan tampak pucat.
Baca Juga: 6 Amalan yang Dilakukan pada Hari Jumat untuk Umat Muslim
“Penanggulangan stunting dilakukan dengan memperbaiki asupan nutrisi, pola asuh anak, dan konsisten atas pemenuhan hak dan layanan kesehatan yang memadai,” tutur Anas.
Upaya tersebut saat ini sedang dalam ihtiar Pemkot Bogor melalui berbagai program. Untuk pemenuhan asupan DPPKB menggelar program Aparatur Sipil Negara Peduli Stunting dengan Telur (ASN Penting Lur).
Dalam program ini seluruh ASN menyumbangkan telur sebanyak 1,5 kilogram per bulan untuk keluarga yang putra-putrinya yang mengalami stunting. Berdasarkan pemetaan saat ini di Kota Bogor terdapat 1030 penyandang stunting sehingga setiap hari mereka akan mendapat dua butir telur selama enam bulan. Hal yang sama juga dilakukan pada 2000 anak rawan stunting. Mereka mendapat jatah satu butir telur per hari selama enam bulan.
“Sementara itu untuk memenuhi 970 anak stunting dan 18000 anak resiko stunting lain kami akan mencari bantuan dari corporate social responsibility (CSR) perusahaan, asosiasi, maupun komunitas. Hingga saat ini kami sudah menampung 15 lembaga yang siap memenuhi kebutuhan itu,” ucap Anas.
Program kedua ialah orang tua asuh. Setiap kepala dinas di lingkungan Pemkot Bogor menjadi orang tua asuh bagi anak stunting di dua kelurahan. Mereka bertugas memfasilitasi administrasi kependudukan, memastikan keluarga tersebut mendapat fasilitas kesehatan, fasilitas kesehatan lingkungan, serta mencari orang tua asuh sasaran keluarga yang memiliki anak stunting.
“Misalnya membantu keluarga itu memeriksakan kesehatan rutin, mengingatkan untuk senantiasa melakukan penimbangan, memenuhi kelengkapan vaksinasi, memastikan ketersediaan air bersih, jambanisasi, ventilasi rumah, dan pengelolaan sampah,” beber dia.
Selain itu, DPPKB bakal meluncurkan program Jalinan Warung Kasih. Pada program ini DPPKB akan menggandeng restoran dan hotel untuk menyumbang nasi bungkus dan susu untuk satu keluarga per hari di wilayah domisilinya.
Melalui ketiga program itu dirinya berharap jajarannya dapat mengentaskan stunting di Kota Bogor. Anas menargetkan dalam beberapa bulan ke depan angka stunting Kota Bogor turun menjadi 10 persen bahkan 0 kasus.
“Kami optimis bisa mencapai itu. Karena sejauh ini terbukti sudah berhasil menurunkan sebanyak 360-an kasus dari 2363 menjadi 2001,” harapnya.***
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi YouTube BogordailyTV