Bogordaily.net – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) melaporkan bahwa Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi, pada Kamis, 11 Mei 2023 pagi.
PVMBG mencatat erupsi terjadi pada pukul 05.19 WIB.
“Tinggi kolom letusan teramati lebih kurang 3.000 meter di atas puncak,” terang petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, Deny Mardiono dalam siaran persnya.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya,” tambahnya.
Adapun erupsi terekam dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 70 milimeter dan durasi 2 menit 12 detik.
Erupsi itu tidak mengeluarkan suara dentuman, dan Gunung Anak Krakatau yang berada di perairan Selat Sunda dan Lampung itu tetap berada pada status Level III, atau Siaga yang ditetapkan sejak 24 April 2022.
“PVMBG merekomendasikan masyarakat, pengujung, wisatawan, maupun pendaki untuk tidak mendekati gunung api tersebut atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif,” imbaunya menegaskan.
Apa itu Erupsi?
Erupsi gunung adalah proses pelepasan energi dan material dari dalam bumi yang terjadi pada gunung berapi.
Proses ini disebabkan oleh pergerakan magma (batuan cair berapi) dan gas yang terkumpul di dalam saluran magma di bawah permukaan bumi.
Baca juga : Anak Krakatau Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3.157 Meter
Erupsi gunung dapat menyebabkan ledakan keras, gempa bumi, awan panas, aliran lava, lahar (banjir lumpur), dan asap dan abu vulkanik.
Hal ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga atau bisa juga terjadi secara bertahap dan memberikan peringatan sebelumnya.
Kejadian erupsi dapat memiliki dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.
Dampaknya menyebabkan kerusakan pada bangunan, jalan, dan infrastruktur lainnya.
Selain itu, erupsi juga dapat menyebabkan dampak pada kesehatan manusia karena paparan gas beracun dan partikel debu vulkanik yang dapat mengganggu pernapasan.
Oleh karena itu, erupsi gunung sangat penting untuk dipantau dan diprediksi agar dapat memberikan peringatan dini dan mengurangi dampak negatifnya.
Hal ini dilakukan melalui pemantauan seismik, pemantauan gas, pengukuran deformasi gunung, dan analisis visual dari aktivitas gunung.***
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi YouTube BogordailyTV