Bogordaily.net – Apa sih arti Mbak mbak Skena, Polisi Skena dan Anak Skena istilah yang sedang hype di media sosial.
Istilah ini jadi konten dan warawiri di berbagai aplikasi media sosial. Lantas apa artinya?
Baca Juga: ‘Take Me Out Indonesia’ Tayang Lagi, Reality Show Terbaru MNCTV Catat Tanggalnya!
Mbak mbak Skena, Polisi Skena, dan Arti Skena, Fenomena Viral di Media SosialÂ
Baru-baru ini, istilah “anak skena” menjadi viral di media sosial Twitter, menunjukkan ketertarikan seseorang terhadap musik tertentu.
Tapi, apa sebenarnya arti dari “anak skena”? Istilah ini merupakan bahasa gaul yang singkat dari tiga kata, yaitu Sua, cengKErama, kelaNA.
Apa Itu Anak Skena?
Secara umum, skena merujuk pada suatu kelompok atau komunitas yang menciptakan suasana untuk bercengkerama dan berkelana bersama ketika berkumpul.
Istilah ini juga diyakini berasal dari bahasa Inggris, yaitu ‘scene’, yang menggambarkan suatu tempat kejadian.
Dalam konteks dunia musik, skena mengacu pada suatu lingkungan atau tempat di mana terjadi interaksi antara musisi dan penikmat musik sebagai komunitas.
Sebagai contoh, jika sebuah perkumpulan adalah penggemar musik punk, mereka dapat disebut sebagai skena punk.
Begitu pula dengan penggemar musik indie yang disebut sebagai skena indie.
Polarisasi dan “Polisi Skena”
Sayangnya, saat ini, istilah skena telah memperoleh konotasi negatif karena dianggap sebagai kelompok pecinta musik yang mengkritik penikmat musik lain yang dianggap berbeda dengan mereka, yang membuat banyak orang merasa tidak nyaman.
Fenomena ini telah melahirkan apa yang dikenal sebagai “polisi skena,” yaitu individu-individu yang merasa memiliki otoritas untuk menghakimi selera, pendapat, atau kebiasaan sesama penggemar musik di media sosial.
Hal ini terkait dengan popularitas yang semakin meningkat dari musik indie di kalangan masyarakat.
Sebagai musik yang independen, mereka menghasilkan karya secara mandiri mulai dari rekaman hingga penerbitan.
Hal ini menciptakan budaya tersendiri dan membuat penggemar musiknya merasa eksklusif.
Bahkan saat ini, anak skena telah meluas ke dalam gaya hidup, tidak hanya sebatas selera musik mereka, tetapi juga mencakup kebiasaan dan mode tertentu.
Lebih dari Hanya Selera Musik
Seperti yang terlihat dalam konten TikTok @anak_ads_agency, anak skena tidak hanya ditentukan oleh selera musik mereka, tetapi juga oleh gaya hidup sehari-hari mereka.
Seorang wanita seperti yang dikutip oleh Suara.com menjelaskan, “Anak skena adalah anak-anak yang menyukai band-band underground dan sering membagikan undangan melalui Instagram Story.”
Selain itu, menurutnya, anak skena sering menghabiskan pagi mereka berkeliling dengan sepeda fixie untuk membeli kopi di kedai kopi, dan bekerja di agensi di siang hari.
Ia menjelaskan ciri khas penampilan anak skena. Untuk para perempuan, rambut mereka biasanya diikat dengan gaya bondol, dilengkapi dengan kacamata berbingkai tebal, dan jika tidak, mereka akan mewarnai rambut mereka dengan warna hitam pekat atau merah.
“Selain itu, mereka menggunakan sepatu Doc Martens atau New Balance, terutama yang berwarna abu-abu. Sedangkan untuk para pria, mereka mengenakan celana merek Dickies, sepatu Doc Martens, dan kadang-kadang sepatu Salomon,” ujar wanita tersebut.
Kesimpulan
Pentingnya dicatat bahwa anak skena bukanlah sebuah kelompok homogen yang seragam dalam segala hal.
Mereka memiliki beragam preferensi musik, gaya berpakaian, dan minat yang berbeda-beda.
Namun, mereka menemukan kedekatan dan rasa identitas dalam kesamaan minat mereka terhadap musik serta keterlibatan mereka dalam komunitas musik yang mereka ikuti.
Skena musik tidaklah sepenuhnya negatif. Pada dasarnya, skena musik adalah wadah di mana orang-orang dengan minat yang sama dapat saling terhubung, berbagi pengalaman, dan mendukung musik yang mereka cintai.
Namun, polisi skena dan sikap merasa lebih unggul dari yang lain telah menciptakan polarisasi dan ketegangan di antara penggemar musik.
Penting bagi kita semua untuk menghargai keragaman selera musik dan menghindari sikap merendahkan orang lain berdasarkan preferensi musik mereka.
Musik seharusnya menyatukan dan membawa kegembiraan bagi semua orang, bukan menjadi alat untuk memperpecah belah.***