Bogordaily.net– Roleplay atau RP yang viral di TikTok memberikan dampak negatif bagi anak atau remaja yang melakukannya.
Seorang psikiater dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ. menjelaskan roleplay atau RP yang kini sedang viral di TikTok.
“RP singkatan dari Roleplay bermain peran. Orang yang bermain roleplay itu adalah roleplayer. Dia bisa memerankan tokoh, atau karakter tertentu,” ujar wanita yang disapa dr. Vivi dalam unggahannya di akun TikTok @dr.zulvia.syarif.spkj.
Menurut dr. Vivi, karakter yang diperankan itu bisa menjiwai apa yang diperankan.
“Bisa jadi orang main RP gak saling tahu. Identitasnya dirahasikan. Celakanya, bermain peran bisa seperti orang dewasa, berbau seks dengan bahasa-bahasa vulgar. Ini berbahaya karena melibatkan orang lain yang kita gak tahu,” jelasnya.
Roleplayer mencari pasangan atau teman dengan karakter tertentu. Misalnya jadi idola tertentu atau karakter anime.
“Karakaternya beda-beda. Misalnya ada yang jadi bapak, ibu, anak,” imbuhnya.
Baca Juga: Arti Roleplay atau RP yang Viral di TikTok
Orang yang bermain RP biasanya tidak memakai karakter dirinya sendiri. Melainkan memakai identitas karakter yang ia perankan.
“Permasalahannya memang ada yang bisa melebihi batas. Ketika bermain itu kadang-kadang pakai bahasa-bahasa yang kayak suami istri karena perannya sebagai suami istri. Ke arah bahasa vulgar, ke arah hubungan intim,” ungkapnya.
Pesan untuk Orang Tua
Dokter Vivi kemudian meminta para orang tua terutama yang memiliki anak di bawah umur untuk lebih waspada.
“Buat parents yang masih punya anak di bawah umur. Kita perlu mendampingi dan mengawasi anak. Hati-hati dengan kemajuan teknologi sekarang, anak kita lebih mudah terpapar hal-hal negatif atau yang tak sesuai umur,” ujarnya dalam akun Instagram @dr.vivisyarif.
“Baru-baru ini ada video viral anak perempuan usia 11 th yang dimarahi ayahnya karena ketahuan bermain RP. RP adalah role play, alias bermain peran. Seseorang bisa menyembunyikan identitas aslinya dan memerankan satu karakter, lalu bisa punya relasi fantasi dengan orang lain dengan karakter yang berbeda,” paparnya.
Pada kasus yang viral, si anak bermain peran sebagai pasangan suami istri dan memiliki anak. Meskipun hanya pura-pura, menurut dr. Vivi, anak terpapar komunikasi chat dengan bahasa orang dewasa yang juga menyangkut bahasa vulgar. Sehingga dampaknya dikhawatirkan anak akan terpapar pornografi, menjadi korban predator anak, pedofilia, dan lain-lain.
“Parents yang mendapati anaknya ternyata terpapar hal ini, perlu bisa tetap tenang dan kendalikan emosi, lalu carilah bantuan profesional bila perlu. Tak hanya anak yang perlu konseling, orang tuanya juga. Semoga kita sama-sama bisa melindungi anak-anak kita dari paparan hal-hal negatif ya,” pesannya.***