Bogordaily.net– Warga Desa Cijeruk dan Cipelang, bersama organisasi Pemuda Pancasila (PP), serta Paguyuban Cijeruk Bersatu dan Paguyuban Cipelang Herang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, mengepung kantor PT Bahana Sukma Sejahtera (BSS) di kaki Gunung Salak.
Warga menuntut PT BSS agar tidak mengoperasikan alat berat yang berlokasi di Pasir Pogor, di lereng Gunung Salak lantaran dinilai meresahkan.
Sempat terjadi kericuhan antara warga dengan operator alat berat yang sedang mengoperasikan di lahan Blok Villar di Desa Cijeruk tersebut. Warga mendesak agar alat berat dikeluarkan dari lokasi.
Warga membubarkan diri setelah Kapolsek Cijeruk bersama Babinsa memanggil perwakilan warga di dua desa ke kantor PT BSS untuk dilakukan musyawarah.
Kapolsek Cijeruk, Kompol Hida Tjahjono, mengatakan, apa yang menjadi keinginan warga sudah disanggupi pihak PT BSS. Yakni agar alat berat yang saat ini ada di lahan Gunung Salak untuk diturunkan dan tidak boleh dioperasikan.
“Setelah kami lakukan musyawarah dengan perwakilan warga dan pihak PT BSS, akhirnya alat berat akan diturunkan dan tidak dioperasikan pihak perusahaan,” katanya.
Hasil Kesepakatan dengan PT BSS
Kapolsek Cijeruk pun menegaskan, sejak kejadian ini pihak PT BSS tidak diperbolehkan lagi mengoperasikan alat berat untuk kegiatan di lahan lereng Gunung Salak.
“Sampai ada kesepakatan bersama dengan warga, saya pastikan tidak akan ada lagi aktivitas alat berat di lahan Gunung Salak,” tegasnya.
Warga pun mengaku puas dengan hasil kesepakatan.
“Memang tuntutan kami datang ke kantor perusahaan ini agar tidak ada aktivitas alat berat di lokasi lahan gunung,” ujar Batok, warga Kampung Cijeruk, Desa Cijeruk.
Sementara, kembali pihak PT BSS tidak ada yang bersedia memberikan keterangan terkait tuntutan warga di dua desa tersebut.
Indra Surkana, tokoh masyarakat Desa Cijeruk menjelaskan, apa yang menjadi tuntutan warga sangat berasalan. Selain keberadaan alat berat itu tidak ada izin dari warga, juga dari pihak PT BSS sama sekali tidak ada sosialisasi.
“Hal itu yang membuat kami dan warga semua kesal serta marah kepada pihak PT BSS. Makanya agar kondisi wilayah ini kondusif, tidak adanya alat berat harga mati,” imbuh pria yang juga pemilik lahan di lereng Gunung Salak tersebut.(Acep Mulyana)