Monday, 29 April 2024
HomeKabupaten BogorLekas Bogor: Blokir Aplikasi Penyedia Prostitusi Online

Lekas Bogor: Blokir Aplikasi Penyedia Prostitusi Online

Bogordaily.net–  Aplikasi penyedia belakangan marak. Berkurangnya tempat lokalisasi, menghilangnya pekerja seks komersial (PSK), warung remang-remang, maupun tempat-tempat yang kerap dijadikan sarang prostitusi lainnya bukan lantas persoalan prostitusi menghilang. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan mengglobal justru menjadi salah satu sarang prostitusi dalam bentuk digital.

Sejumlah aplikasi digital kerap dijadikan alat oleh PSK, mucikari, maupun calon konsumennya untuk bertransaksi seks bebas. Melalui aplikasi-aplikasi tersebut, calon konsumen dengan bebasnya berselancar memesan PSK yang diinginkannya secara online.

Sementara para PSK maupun mucikari, melalui aplikasi tersebut juga dengan gampangnya mendatangkan diri yang kerap dikenal dengan ‘Open Booking Online (Open BO)'.

Baca Juga: Link Pengumunan Hasil Tes Rekrutmen BUMN 2023 Tahap 1 dan Jadwal Lengkap

Para pegiat sosial maupun relawan menyoroti bahwa salah satu penyebab terbesar kasus-kasus penularan virus HIV-AIDS yang semakin hari semakin menggunung itu akibat berhubungan seks bebas bukan dengan pasangan secara tidak aman.

Lalu melakukan hubungan badan secara menyimpang (anal), maupun berhubungan dengan sesama jenis seperti lesbi atau gay, yang sekarang sedang viral dengan istilah LSL, lelaki suka lelaki.

Angka HIV-AIDS di Bogor

Terkait fenomena tersebut, Direktur Yayasan Lembaga Kajian Sosial () Bogor, Muksin Zaenal Abidin, menegaskan bahwa pihaknya sangat setuju jika aplikasi-aplikasi yang berbau tersebut diblokir.

“Aplikasi-aplikasi yang mendukung berkembangnya prostitusi harus diblokir. Makanya pencegahan HIV-AIDS itu perlu kerja sama dan sinergitas semua pihak, terutama pemerintah,” katanya di sela acara Media Briefing Peringatan Hari Keluarga Nasional dalam rangka Pencegahan Penularan HIV-AIDS di Hotel Rizen Pajajaran, Kota Bogor, Senin 3 Juli 2023.

“Berkurangnya tempat prostitusi bukan berarti prostitusi berkurang dan potensi penularan HIV-AIDS juga berkurang. Justru berkembangnya melalui aplikasi lebih sulit dikontrol karena setiap orang bisa langsung bertransaksi seks secara langsung,” ungkapnya.

Muksin memaparkan kondisi kasus HIV-AIDS di Kota dan Kabupaten Bogor sudah mengkhawatirkan. Sebab Bogor merupakan urutan kedua terbesar di Jawa Barat.

“Data sampai 2022 terdapat 1.750 kasus HIV dan 851 kasus AIDS di Kota Bogor. Dan 6.058 kasus HIV dan 1.865 kasus AIDS di Kabupaten Bogor. Dan yang lebih mengkhawatirkan HIV-AIDS penularannya sudah merambah ibu rumah tangga dan anak-anak,” ungkap Muksin.

Makanya, sambung Muksin, penanganan dan pencegahan HIV-AIDS butuh perhatian dan support serius pemerintah.

“Selama ini kami lebih banyak mendapat dukungan dari donor. Kalau dari APBD sulit,” imbuhnya.(Acep Mulyana)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here