Bogordaily.net – Wali Kota Bogor Bima Arya menerima kunjungan silaturahmi cucu dari Wali Kota Bogor periode 1949-1954, R Djoekardi di Paseban Suradipati, Balai Kota Bogor.
Kunjungan dilakukan dengan harapan nama R. Djoekardi dapat diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Kota Bogor.
Hal tersebut disampaikan Dani Djoekardi cucu wali kota Bogor R. Djoekardi. Ia merupakan putra dari Djuwanda Djoekardi, putra keempat R. Djoekardi sebagai perwakilan keluarga.
Kepada Bima Arya, Dani Djoekardi menyampaikan akan mengikuti prosedur yang ada.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bogor, Bima Arya mengungkapkan agar keluarga R. Djoekardi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan.
Seperti narasi apa saja semasa R. Djoekardi menjabat Wali Kota Bogor.
“Akan lebih bagus kalau ada surat resmi dan nanti perangkat daerah terkait akan melakukan kajian. Kalau ada usulan jalan dimana lokasinya, karena kita harus berproses dan beraudiensi dengan warga agar tidak ada dampak atau keberatan,” ujar Bima Arya.
Bima ingin ada narasi dari kiprah R. Djoekardi yang berkaitan dengan opsi jalan yang akan digunakan. Lalu kalau ada usulan opsi jalannya yang dipilih akan lebih bagus dan dikaitkan dengan historisnya dan penjelasannya.
“Semakin pendek jalan, maka persoalan semakin ringan, apalagi jika historisnya kuat sekali karena kalau alasan, argumentasi, dan nilai historisnya seperti apa bisa menentukan,” jelasnya.
Dalam kunjungan tersebut Bima Arya mendapatkan cerita singkat R. Djoekardi yang ditulis putra keempatnya, Djuwanda Djoekardi (80).
Profil R. Djoekardi
R. Djoekardi diangkat sebagai Wali Kota Bogor (1949-1954) dan menempati Kantor Wali Kota di Jalan Cikeumeuh 64, Bogor Barat. Lokasinya berdampingan dengan rumah dinas kediaman wali kota pada masa itu.
Tahun 1952, diangkat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat sampai dengan tahun 1955 dan posisinya sebagai Wali Kota Bogor diganti R. Kartadjoemena.
Beberapa program yang berhasil direalisasikan selama tahun 1949-1952 berupa proyek fisik. Di antaranya perumahan di Sempur untuk masyarakat berpenghasilan menengah.
Kemudian melanjutkan proyek di masa pemerintahan Belanda, Proyek Perintisan Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota (P2LPK) setara dengan program yang dilaksanakan Pemerintah Kota Jakarta.
Proyek P2LPK, selanjutnya menjadi Proyek Nasional, yang diprogramkan Departemen Pekerjaan Umum untuk kota-kota yang sedang berkembang.
Kegiatan lainnya adalah penataan ulang kawasan Pasar Anyar, bantaran kali yang melintasi Jembatan Merah serta proyek-proyek penataan di Kota Bogor lainnya.(Muhammad Irfan Ramadan)