Bogordaily.net– BNI Asset Management memberikan edukasi tentang keuangan terhadap ratusan diaspora di Jepang.
ADVERTISEMENT
BNI Asset Management (BNI AM) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan edukasi keuangan kepada ratusan diaspora Pekerja Migran Indonesia (PMI). Para diaspora tersebar di Tokyo dan kota-kota industri di Jepang.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan edukasi kepada para diaspora PMI agar dapat melakukan perencanaan keuangan dengan baik. Sehingga dapat terhindar dari pinjaman online ataupun iming-iming investasi bodong yang tengah marak belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Direktur Wholesale & International Banking BNI Silvano Rumantir berharap kegiatan tersebut dapat memberikan pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan keuangan.
ADVERTISEMENT
Silvano mengatakan para diaspora di Jepang memiliki penghasilan yang cukup baik, sehingga edukasi yang dilakukan penting untuk mereka.
“Agar tidak menjadi sasaran empuk pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya dalam webinar Diaspora Cakap Keuangan, Diaspora Sejahtera yang diprakarsai oleh BNI Tokyo Branch, KBRI Tokyo, dan OJK.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi dan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi hadir dalam kesempatan tersebut.
Silvano menjelaskan, total diaspora PMI di Jepang mencapai sekitar 70.000 orang. Mereka terdiri dari PMI Program Pemagangan dan PMI Skill Worker. Adapun bidang pekerjaannya antara lain di sektor pertanian, industri otomotif, manufaktur, perawat hingga caregiver.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional BNI AM Ade Yusriansyah menyampaikan, kebiasaan investasi harus dipupuk sejak dini dengan disiplin menyisihkan 20% dari penghasilan untuk diinvestasikan.
Hal ini perlu dilakukan karena investasi hanya akan berhasil apabila dilakukan dengan disiplin dan konsisten dalam menyisihkan penghasilan untuk investasi, bukan menyisakan.
Sebelum berinvestasi, kata Ade perlu ditetapkan lebih dulu tujuan investasi.
“Hal ini agar lebih terarah dan dapat disesuaikan dengan profil risiko investor, jangka waktu investasi, dan jenis instrumen investasinya,” jelas Ade.(Gibran/***)