Bogordaily.net– Survei LSI Denny JA mengungkap efek elektoral dukungan Partai Demokrat ke bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto. Seperti apa hasilnya?
Belum lama ini, Partai Demokrat menyatakan dukungan terhadap Prabowo untuk maju sebagai calon presiden. Lalu seberapa besar efek elektoral dukungan Demokrat kepada Prabowo?
Data survei terakhir LSI Denny JA, pada Agustus 2023 partai yang mendukung Prabowo di parlemen adalah Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat. Total dukungan empat partai itu berdasarkan survei: 35,7%.
Rinciannya: Gerindra (16,7%), Golkar (12,7%), PAN (4.0%), Demokrat (3.3%).
Sedangkan Ganjar didukung dua partai, yaitu PDIP dan PPP. Total dua partai ini, berdasarkan survei LSI Denny JA, Agustus 2023, dukungannya sebesar 25,2%. Terdiri dari PDIP (23. 2%), dan PPP (2.0%).
Sedangkan Anies didukung oleh PKS, Nasdem dan PKB. Total dukungan partai ini sekarang (survei Agustus 2023), perolehannya 17,8%. Yaitu Nasdem (5.6%), PKB (6.6%) dan PKS (5.6%).
Dari perimbangan kekuatan mesin partai politik, Prabowo unggul cukup telak sekali di atas 10%. (Prabowo: 35,7% vsGanjar: 25.2 % vs Anies: 17,8%)
Elektabilitas Capres
Bagaimana dengan elektabilitas capres Prabowo VS Ganjar VS Anies? Berdasarkan survei LSI Denny JA pada Agustus 2023, jika tiga capres yang maju, Prabowo unggul tipis, memperoleh 36,2%. Lalu Ganjar 35,8% dan Anis jauh di bawahnya yakni 19,7%.
Dan jika pilpres hari ini, Ganjar dan Prabowo masuk putaran kedua. Di putaran kedua, Prabowo melawan Ganjar, unggul Prabowo cukup telak. Prabowo: 51,5%. Ganjar 43,1%. Selisih keduanya di atas margin of error: 8,4%.
Mulai hari ini, 5 bulan jelang Pilpres 2024 (Febuari), Prabowo unggul baik untuk dirinya sendiri (capres). Ataupun untuk mesin partai politik yang mendukung di belakangnya.
Lalu di mana peran Demokrat untuk Prabowo? Peran pertama yang dapat memberi efek elektoral adalah jika SBY all out, dan turun gunung.
Peran Partai Demokrat
Susilo Bambang Yudhoyono akan membantu Prabowo banyak sekali. Sebab SBY merupakan superstar di zamannya. Pada Pilpres 2004, ia menang telak sekali dengan selisih 20% di atas saingan terdekatnya (di putaran kedua).
Bahkan di tahun 2009, SBY menang lebih 30% di atas saingan terdekatnya (Satu putaran saja dalam kondisi tiga pasang capres).
“Saya ingat di tahun itu, 2009, menggemakan slogan Satu Putaran Saja. Begitu kuat gema slogan itu, menjadi polemik pro- kontra. Saya pun diberi penghargaan News Maker of Election 2009, oleh perkumpulan wartawan (PWI Jaya), karena slogan yang saya buat itu terbukti dan menjadi perhatian utama,” tulis Denny JA dalam rilisnya.
Jika SBY all out kata dia, banyak sekali para pendukung lama SBY bisa datang. SBY bisa mengajak kembali komunitas lamanya untuk mendukung calon presiden pilihannya yakni Prabowo.
Kemudian yang kedua, Demokrat juga dapat diberikan tugas khusus fokus di Jawa Timur. Karena itulah wilayah Battleground yang menentukan menang dan kalah seorang capres.
Terutama saat Ganjar melawan Prabowo di putaran kedua misalnya. Sebab Prabowo unggul di Jawa Barat, dan Ganjar unggul di Jawa Tengah, maka Jawa Timur itu menjadi pertaruhan.
Siapa yang unggul di Jawa Timur besar kemungkinan akan unggul di keseluruhan pertarungan calon presiden.
SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur. Ia juga mendirikan museum. Jawa Timur juga dinilai lebih hangat ke SBY (dan Demokrat).
Dua peran tersebut kemudian membuat dukungan Demokrat memberikan efek elektoral signifikan kepada Prabowo.***