Bogordaily.net – Gerilyawan Anis Rasyid Baswedan (Gardan Jawa Timur) terus bergerak menuju Deklarasi Pasangan Anis Baswedan/Muhaimin Iskandar.
Wawan Leak, Ketua Gardan Jawa Timur, menyatakan bahwa penguatan dukungan di akar rumput terus digelorakan, untuk memastikan pasangan Amin menang mutlak di Jatim.
“Kami berkomitmen untuk memenangkan pasangan Amin demi membawa perubahan,” tegas Cak Leak, panggilan akrabnya.
Lebih lanjut, Deklarator Kaukus 80/90 ini mengungkapkan strategi mereka dengan membangkitkan kesadaran rakyat dan mendampingi mereka merebut kedaulatan, sebagai langkah kongkret untuk memenangkan pasangan Amin.
Hal ini terjadi di tengah banyaknya persoalan rejim dengan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada derita rakyat kecil.
Komitmen rejim Jokowi di ujung kekuasaannya telah menyebabkan penderitaan mayoritas rakyat.
“Fakta hari ini menunjukkan bahwa harga Sembako, terutama beras, sangat memberatkan. Rejim ini telah melenceng dalam membawa kehidupan rakyat menuju kemakmuran dan kesejahteraan,” ujar Cak Leak kepada Bogordaily.net.
Bahkan, hal terbaru adalah periode kepemimpinan terakhir.
Kasus-kasus kemanusiaan yang meluas, baik di kehidupan rumah tangga maupun dalam suatu kelompok masyarakat di daerah tertentu, menunjukkan bahwa sisi kemanusiaan diabaikan demi kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk kepentingan kekuasaan dan harta.
“Jelas ini tidak sesuai dengan kaidah yang terkandung dalam PANCASILA maupun UUD 45,” tandas Cak Leak.
Menurutnya, tata kehidupan masyarakat di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, sebelum diputuskan untuk ditambang, sangatlah tentram.
Kerukunan antar masyarakat dan kesejahteraan pertanian telah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Anak-anak dapat berlari ceria, begitu juga kehidupan kaum ibu yang penuh kedamaian.
Namun, kehidupan masyarakat di Wadas berubah menjadi mencekam ketika pemerintah memutuskan bahwa wilayah tersebut akan diambil batu untuk memenuhi kebutuhan proyek.
Sama halnya dengan tata kehidupan di Rempang, yang pada awalnya sangat damai dengan kehidupan peradaban budaya warisan nenek moyang yang sarat dengan gotong royong, sisi kemanusiaan dan cinta menjadi roh dari kehidupan masyarakat Rempang.
Namun, seperti masyarakat Wadas, kehidupan masyarakat di Rempang juga terkoyak, dan lagi-lagi untuk kepentingan kekuasaan dan harta (investasi).
Kehidupan berbangsa dan bernegara telah diatur dengan baik dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.
Oleh karena itu, segala aspek kehidupan yang diatur oleh negara harus mengacu pada Pancasila dan UUD 45.
Pertanyaan mendasar adalah, kata dia, pembangunan untuk siapa? Hal ini harus dijawab oleh pemangku kebijakan, termasuk Presiden Jokowi.
Mengapa Presiden Jokowi tidak memihak masyarakat Wadas dan masyarakat Rempang?
Mengapa presiden membiarkan peradaban budaya asli nenek moyang Indonesia dihancurkan untuk kepentingan pemodal? “Bersama pasangan AMIN, kami optimis perubahan akan terjadi,” pungkasnya.***
(Gibran)