Bogordaily.net– Belasan ribu kendaraan meluncur turun dari dataran tinggi puncak. Minggu 17 September 2023. Bercampur antara wisatawan dan umum. Berpacu dalam satu jalur layaknya formula 1. Karena khawatir terjebak sekat “Buka Tutup Jalur”. Sementara aliran kendaraan roda dua melawan arah, naik ke atas di bahu kiri jalan.
Pemandangan ini sudah menjadi hal lumrah bagi warga. Karena saat Taman Safari dibuka untuk umum 36 tahun silam. Gelombang wisatawan datang bagaikan air bah. Naik ke ujung daerah ketinggian di Desa Cibeureum yang sejuk.
Awalnya, dampak positif peningkatan ekonomi yang dirasakan. Peluang keuntungan berniaga sangat dirasakan oleh warga. Namun selanjutnya kemacetan hadir bersama aura negatif.
Kepolisian melakukan diskresi. Dengan wewenang sebagai aparatur untuk mengambil tindakan tertentu. bertujuan mengurai kemacetan. Maka diterapkanlah sistem satu arah (one way).
Memberikan alur bebas hambatan bagi wisatawan kembali pulang ke Jakarta. Walaupun ada nada keberatan dan protes dari sebagian warga masyarakat. Namun, suara itu langsung tenggelam. Digerus bising suara klakson, kabut asap knalpot dan bau kopling.
Walaupun pelebaran jalan dilakukan, jalan alternatif dihubungkan dan diperbaiki. Pembangunan ini tampaknya masih belum bisa mengurai kemacetan.
Masifnya berbagai macam taman hiburan, penginapan baru, padatnya pemukiman penduduk dan kepemilikan kendaraan yang semakin banyak. Membuat upaya untuk mengurai kemacetan menjadi sekedar isapan jempol dan jauh panggang dari api.
Hanya cukup sebuah aktivitas keluar masuk kendaraan ke taman hiburan, cukup membuat kemacetan sejauh belasan meter.
“Kalo memang lagi puncak puncaknya macet. Kami sendiri sering kewalahan dan repot mengaturnya,” kata Mugi Riyanto (47) kepala juru parkir di Rest Area Leuwimalang.
Keadaan semrawut ini makin diperindah dengan kehadiran angkutan kota (angkot). Dengan kebiasaan mereka mencari penumpang di pinggir jalan dan ngetem.***
Penulis: Michell G. Abdullah