Bogordaily.net – Israel mengklaim menyewa atau mengumpulkan Buzzer Indonesia dan dunia untuk ikut ‘perang’ di dunia maya.
Perang yang berkecamuk antara Israel dan Palestina memang bukan hanya menjadi fokus perhatian dunia di dunia nyata, tetapi juga menciptakan gelombang kontroversi di dunia maya.
Konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini kini juga mengalihkan perangannya ke ranah digital dengan strategi yang unik.
Membela Israel di Dunia Maya
Pemerintah Palestina tampaknya tidak tinggal diam dalam menghadapi serangan Israel.
Mereka telah menyewa tim buzzer yang memiliki tugas tak lazim: membela Israel.
Meskipun terkesan paradoks, tim buzzer ini dipekerjakan untuk memberikan pandangan positif terhadap tindakan Israel dalam upayanya memerangi teroris.
Rekrutmen Influencer
Di sisi lain, Pemerintah Israel juga telah mengambil langkah kontroversial dengan secara terbuka merekrut influencer untuk membantu memperbaiki citra negaranya di dunia internasional.
Eli Cohen, Menteri Luar Negeri Israel, mengungkapkan bahwa mereka telah merekrut.
“jaringan influencer terkemuka untuk kepentingan advokasi Israel di dunia,” tulis Eli Cohen di Twitter.
Buzzer IndonesiaÂ
Salah satu aspek menarik dari strategi ini adalah merekrut buzzer dari Indonesia.
Israel sepertinya menyadari potensi besar yang dimiliki buzzer Indonesia dalam mengubah opini di negara mayoritas Muslim ini.
Para buzzer tersebut diberi tugas untuk memposting konten yang menggambarkan Israel secara positif di media sosial dan mencoba menarik simpati masyarakat Indonesia terhadap negara tersebut.
Kontroversi dan Serangan di Dunia Maya
Namun, strategi ini juga melibatkan serangan terhadap warganet atau netizen yang mendukung Palestina.
Hal ini menciptakan ketegangan di dunia maya antara pendukung Israel dan Palestina.
Konflik ini semakin meluas, mencerminkan kompleksitas perang di era digital.
Perang Israel-Palestina di dunia maya telah menjadi sumber perdebatan dan kontroversi, mencerminkan kekuatan digital dalam memengaruhi opini publik.
Bagaimanapun, strategi penggunaan buzzer dan influencer dalam konflik ini menimbulkan pertanyaan etis tentang pengaruh media sosial dalam memanipulasi opini dan memengaruhi pandangan masyarakat dunia.***