Muda bertalenta, bergelar tinggi dan polusi, dalam mengarungi muara politik untuk meraih jabatan politik di tingkat daerah patut dikatakan sukses mencapai maksud dan tujuan yang di lakukan Dr Bima Arya Sugiarto.
Sembilan tahun yang lalu warna orange cukup menjadi pesona di Kota Bogor dalam perebutan serpihan kehidupan dalam Jabatan pemimpin kota. Anak muda mampu meraih pucuk pimpinan sebagai Walikota Bogor, dengan Paguyuban Bogor bergerak di semua lini kehidupan masyarkat kota bogor.
10 tahun sebelum Bima berkuasa, seorang birokrasi memimpin kota bogor yang bernama Diani Budiarto nuansa warna coklat begitu kenal yang sama-sama kita ketahui rapih yang tertutup rapi menjalankan misi pembangunan kota.
Kepemimpinan Diani dapat diteruskan oleh Bima dengan dukungan partai kecil yang bernama PAN, PBB, PKB,Gerindra dan Demokrat di 2014, licin bak belut susah untuk dikalahkan dan mendapat dukungan besar dari tokoh politik sekelas Usmar Harimar pada saat itu hingga Bima dan Usmar dapat menang mengalahkan kandidat calon lain pada pilkada 2014 lalu.
Perjalanan memimpin Kota Bogor tidaklah mulus-mulus saja, pecah kongsi sangat terasa kemesraan dalam memimpin kota yang di harapkan tidak berjalan maksimal, tapi itu hal biasa menurut penulis seperti pernah terjadi antara Bung Karno dan Bung Hatta dalam memimpin rebublik pada masanya.
Kota Bogor pernah terasa membara pada tahun 2016 dengan muncuatnya kasus pembebasan lahan warung jambu dua yang di kenal dengan kasus Angkahong, hingga salah seorang mantan Kadis UMKM Hidayat Yudha Priatna, mantan Camat Tanah Sareal Iwan Gumilar dan ketua tim Aprisaial Roni Nasrun Adnan dicecer jaksa penuntun umum (JPU) Kota Bogor yang menyedot anggaran puluhan milyar.
Walaupun akhirnya khusus ini di PS3 oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan ada yang menerima saksi dipenjara dan yang dinyatakan tidak bersalah dan angkohong bak hilang di telan bumi.
Akhirnya Bima Usmar dapat menyelesaikan tugas 5 tahunan dengan baik.
Fase 5 tahun kedua pilkada semarak lagi Bima kian matang dalam menjadi pemimpin kota dukungan partai politik begitu terasa.
PAN, Demokrat, PPB menjadi pendukung setia Bima Arya pada pilkada 2018, mendapat amunisi baru dari NasDem, Hanura, Golkar, ditambah partai non parlemen Perindo dan PSI.
Bima dan Dedie menang telak dapat pilkada 2018.
Ujian silih berganti masa-masa sulit kembali menghantui salah satu yang sangat kita ingat pendemi covid yang meluluh lantahkan perekonominan negeri yang hampir di seluruh dunia, apakah ini perang teknologi atau apa yang sampai sekarang masih jadi misteri.
Bima juga sebagai pejabat negera yang terkena penyakit covid setelah kunjungan keluar negeri dan sempat kendapatkan perawatan khusus sampai menerbitkan buku terkait covid yang deritanya dan dirasakan negara ini.
Bima tidaklah mulus-mulus aja menjalankan tugas dimasa pandemi covid masih harus tersandung masalah terkait imam besar FPI yang dirawat di RS UMMI Kota Bogor sampai masalah inipun harus masuk ranah hukum dan menghantarkan imam besar FBI ke jeruji besi.
Semua permasalah ini tentunya kita ketahui bersama-sama penulis hanya mengingatkan kejadian yang terjadi saat itu.
Paska covid terlewati dengan begitu banyak kejadian yang dialami hingga sisa jabatan bima tinggal beberapa bulan lagi menjelang pemilu dan pilkada tahun 2024, apakah yang akan terjadi semua masih misteri tinggal kita saksikan dan tunggu skenario tuhan.
Bima dimasa masa akhir jabatan sekarang ini sedang mengenjot ketertinggalan beberapa program pembangunan.
Bima terkenal dengan sebutan walikota taman, hal ini tentunya sangat nyata kita rasakan hampir seluruh pelosok kota ditata dengan baik dengan taman taman kota, hal yang fenomenal tentunya dalam penataan alun alun kota, masjid agung, sekolah, pasar bersih dan pembagunan jembatan otista. Dan banyak hal hal yang lain dilakukan, prasasti sembilan lawang, patung Kapten Muslihat, gedung dprd.
semua tentu untuk kemajuan kota dengan keindahan dan ketertiban kota yang cintai ini.
Apakah semua yang dilakukan ada resiko???
Penulis berharap dalam pengunaan anggaran kota bantuan provinsi bahkan pusat dalam membangun kota dapat dipergunakan secara benar dan tetap sasaran, tidak terjadi hal yang menguntungkan pribadi walikota dan jajarannya hal ini sangat di takutkan jika terjadi akan berakibat fatal kedapannya.
Kita mengunggu di setelah tidak menjabat apakah putra terbaik Kota Bogor ini akan Di PUJI atau Di BENCI semua tentu akan berjalan serta waktu akan menjawab semuanya.
Salam Anak Negeri
—–
Ditulis oleh: Firdaus Bung Roy,
Sekretaris Jenderal Gerakan Tani Syarikat Islam