Melihat deretan nama TKN Prabowo-Gibran semakin jelas road map menuju pemerintahan neo otoritarian.
Bagai upaya untuk memutar kembali jarum jam Demokrasi hasil reformasi 1998 yang diperjuangkan mahasiswa dengan dukungan masyarakat luas; dengan darah dan air mata.
Setelah berbagai upaya Jokowi untuk memperpanjang masa jabatannya kandas, jalan terakhir adalah melakukan Kudeta Konstitusi.
Ada perkawinan politik, ketika Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman dinikahkan dengan adik kandung Jokowi.
Perjodohan tersebut berlanjut dengan diusulkannya Gibran Rakabuning Raka menjadi calon wakil presiden Prabowo, dan disahkan oleh Mahkamah Konstitusi yang juga pamannya Gibran.
Hadirnya Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) dapat dikatakan berhasil memutus salah satu mata rantai upaya Jokowi menguasai seluruh lembaga negara di negara ini.
Walaupun Gibran tetap menjadi cawapres Prabowo, karena keputusan MK final, tidak berarti permainan catur nasional selesai.
Ada banyak jalan menuju Roma untuk mayoritas masyarakat yang memperjuangkan Demokrasi di negeri ini.
Jika perkawinan dynasti Suharto dan dynasti Jokowi dengan memanfaatkan berbagai instrumen kekuasaan dengan cara legal & illegal, maka akan ada perlawanan balik dan bergelombang dari masyarakat luas.
Sejarah menunjukkan pada kita, kekuatan sebesar apapun, baik dana, senjata, taktik devide impera akan berakhir dengan keruntuhan rejim yang mencoba memutar jarum jam peradaban kembali ke jaman kekuasaan tyrani.
Rakyat tidak percaya lagi dengan rejim yang bermuka seribu, pandai bersandiwara dan melakukan berbagai trik untuk menyandera para lawan politiknya.
Tidak hanya mayoritas masyarakat yang sudah jenuh dan muak dengan berbagai sandiwara kekuasaan, tapi seluruh dunia kini sadar, ada kelainan terjadi di negeri ini.
Popularitas Jokowi selama ini hanyalah hasil dari polesan lembaga survey yang merekayasa berbagai pertanyaan yang tidak mencerminkan keadaan masyarakat sebenarnya.
Tipu muslihat rejim sudah terkuak, bagai raja telanjang.
Situasi perkembangan geopolitik dan geoekonomi akan menimbulkan multi krisis di seluruh dunia, termasuk di negeri ini.
Jika fundamental ekonomi retak dan suasana politik domestik semakin membara, kita tahu akan bermuara ke arah mana negeri ini akan terdampar.***
Ditulis Oleh: Suchjar Effendi, Direktur World University Service Indonesia-WUSKI