Bogordaily.net – Warga Desa Kutamekar, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, menolak as bendungan Cibeet karena khawatir merusak makam kramat.
Aksi penolakan warga dilakukan dengan cara memasang spanduk di beberapa penjuru desa, Jumat 3 November 2023.
Warga menolak lantaran kuatir as bendungan Cibeet yang akan dibangun di wilayahnya dapat mengganggu atau merendam keberadaan makam-makam leluhur warga dan keturunan Wali Niis yang dianggap keramat yang berlokasi di Kampung Leuwi Anjing.
“Leuwi Anjing atau Wali Niis ini kan pusat sejarah dan keturunan. Ada sebanyak 11 makom karomah yang telah ada sekitar tahun 500 Masehi. Memang tidak viral,” kata salah seorang tokoh masyarakat Desa Kutamekar, Deden Komar,
Menurut Deden Komar, warga bukan berarti tidak setuju dengan rencana pemerintah tentang pembangunan Bendungan Cibeet. Akan tetapi asal jangan mengganggu, merusak, memindahkan, atau merendam makom yang dikeramatkan oleh warga setempat.
“Masih bisa dimusyawarahkan kalau makom leluhur tidak diganggu. Makanya di sini kan ada namanya Nanggulun, itu artinya tanggul, hanya tanggul, bukan bendungan yang bisa merendam makom leluhur,” ungkap dia.
Sebelumnya, pada tahun 2022, Pemerintah Desa Kutamekar telah mengirimkan surat perihal keberatan warga tersebut ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Dalam isi suratnya, 11 makam keramat tersebut antara lain, makam Ayah Maje/Muhamad Jarman, Eyang Warganaya, Eyang Langlang Buana, Ma Embar, Ma Emur, Ibu Ratu, Eyang Muhamad Ganda, Ama Saljin, Bah Gedig Sangin, Bah Majean, dan Eyang Tekong.
Menanggapi hal tersebut, pada September 2023, Kepala SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Citarum, Sandi Erryanto, dalam suratnya menjelaskan di antaranya;
Pertama, berdasarkan hasil Detail Engineering Desain (DED) dan studi pendukung lainnya, pembangunan Bendungan Cibeet dibangun dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis yang meliputi dan tidak terbatas pada aspek hidrologi, topografi, geologi dan lingkungan.
Kedua, pembangunan Bendungan Cibeet akan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat
Ketiga, perihal pelestarian Situs Makam Keramat di Leuwi Anjing akan tetap dilestarikan pada tempat yang lebih aman dari dampak genangan Bendungan Cibeet.
BBWS Diminta Partisipatif
Pada hari yang sama, Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Indonesia (Apdesi) Kecamatan Cariu, Ahmad Suryadi, menegaskan bahwa para Kades se-Cariu dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) yaitu Camat, Danramil, Kapolsek, serta MUI sangat mendukung rencana pembangunan Bendungan Cibeet bahkan meminta agar dapat dipercepat dalam pelaksanaannya.
“Dari kurang lebih 1.764 hektar luas Bendungan Cibeet yang akan dibangun, wilayah Desa Cariu yang terkena 170 hektar. Semua warga kami mendukung dan tidak menolak karena akan berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, meningkatkan potensi sektor wisata, serta membantu memperbaiki sektor pertanian karena di di wilayah Cariu sulit air,” ungkapnya.
Ahmad Suryadi menegaskan bahwa untuk mempercepat dan memperlancar pembangunan Bendungan Cibeet dibutuhkan responsif, koordinatif, dan partisipatif dari pihak BBWS.
“Seharusnya BBWS rajin berkoordinasi dan memberikan ruang partisipatif kepada Forkopimcam serta para Kepala Desa guna mempermudah kerja di lapangan. Karena walau bagaimana pun Forkopimcam dan para Kepala Desa yang tahu situasi kondisi dan medan di Cariu ini. Jangan sampai tahapannya berjalan lambat,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR RI Mulyadi, juga sempat mengunjungi warga Desa Kutamekar yang sedang melakukan aksi pemasangan spanduk penolakan as Bendungan Cibeet.***
(Acep Mulyana)