Bogordaily.net – Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sektor kuliner di Kota Bogor sangatlah besar, apalagi dengan adanya perhatian yang baik dari pemerintah sehingga potensi ini bisa menjadi ikon Kota Bogor, seperti halnya makanan khas dari daerah lain yang sudah terkenal. Hal itu diungkapkan Ketua Kawani Bogor, Sendi Ferdiansyah saat mengikuti Diskusi bertajuk, “Kamu Gak SENDIrian”, bersama pelaku usaha kuliner di Kota Bogor, warga Kota Bogor pecinta kuliner dan Kawani Bogor.
Bertemakan ‘Apa dan Gimana Prospek Brand Kuliner Lokal Bogor ke Depan’, diskusi tersebut berlangsung di Sequoia Coffee Garden, Jalan Raya Padjajaran No. 39, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Sendi mengatakan bahwa beberapa pelaku Food and Beverage (F&B) menyoroti kesulitan mendapatkan sponsorship untuk acara mereka, sebab terbentur aturan Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang berlaku di Kota Bogor.
Baca juga : Chandrika Chika Digosipkan Hamil Gara-gara Perutnya Buncit
“Permasalahan ini menjadi sorotan, khususnya dalam mengadakan event. Mungkin ini juga menjadi bahan diskusi ketika sponsor rokok tidak boleh masuk karena ada Perda KTR, sedangkan di Kabupaten Bogor itu belum ada Perda KTR sehingga event kebanyakan disana,” ucapnya.
“Ketika satu peraturan hanya berlaku parsial di satu wilayah pasti otomatis di wilayah lain akan mendapatkan keuntungannya dalam hal itu,” tambahnya.
Sendi menyebut bahwa seberapa efektif Perda KTR, apakah perlu dievaluasi melalui survey dan riset? Sendi menekankan pentingnya memahami dampak peraturan tersebut terhadap perilaku masyarakat terkait merokok.
“Saya belum tahu Perda KTR ini sudah berlaku berapa tahun? apakah perlu dievakuasi, apakah perlu dilihat dengan survey, riset, seperti apa efektifitas perda itu ketika diberlakukan, dampaknya. Jangan-jangan tidak berpengaruh juga yang minat merokok tetap merokok, yang tidak merokok tetap tidak merokok, jadi satu kajian,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Sendi, dalam diskusi dibahas juga kebutuhan akan ekosistem industri kreatif, terutama dalam bidang kuliner.
Sendi menyoroti pentingnya mendatangkan pembeli dari luar Kota Bogor, bukan hanya pada akhir pekan, melainkan juga pada hari-hari biasa.
“Belum lagi masalah permodalan, penjualan hingga pemasaran. Intinya mereka ingin kemajuan untuk Kota Bogor dengan bidangnya mereka F&B yang sekarang sedang digeluti,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan daya tarik kuliner Bogor, Sendi mengusulkan pembuatan sentra-sentra kuliner yang tersebar di setiap kecamatan dengan fokus pada kuliner khas setiap wilayah tersebut.
Ide ini dilengkapi dengan saran pembuatan kalender tahunan berupa festival kuliner rutin setiap bulannya, sebagai langkah strategis untuk mengangkat keberagaman kuliner Kota Bogor dan meningkatkan daya tarik wisata kuliner.
“Kalau itu di maintenance dengan baik, saya berpikir bahwa itu bisa menjadi icon Kota Bogor. Contohnya, orang ke Sumedang itu udah tau ada makanan khasnya tahu Sumedang, sementara kalau di Kota Bogor itu kulinernya banyak. Ada soto, laksa, toge goreng dan sebagainya. Nah apakah perlu dibuat sentra-sentra kuliner atau kita perlu membuat kalendar tahunan seperti festival kuliner yang rutin dilaksanakan setiap bulannya. Misal bulan Januari ada festival soto mie atau di Februari ada festival Toge Goreng dan semacamnya. Mungkin hal itu bisa menjadi konsen pemerintah ke depannya seperti apa,” katanya.
Sementara itu, perwakilan dari pelaku UMKM, Kasmir selaku pemilik Kedai Nakinito mengatakan bahwa, dari hasil diskusi ini teman-teman mengusulkan untuk mengadakan festival kuliner yang nanti bermanfaat bagi UMKM di Kota Bogor.
“Nanti mungkin akan diprakarsai juga oleh Kang Sendi dari Kawani Bogor. Artinya kawani ini yang memprakarsai itu agar sambungan itu tersalurkan dan masalah-masalah itu dapat terpecahkan dengan adanya event kuliner UMKM,” imbuhnya.
Kasmir mengaku bahwa terkadang masalah di dalam UMKM itu sebenarnya ada dari permodalan, packaging sama pemasaran.
Baca juga : Joy Red Velvet Terpesona oleh Rizky Febian di LazFest 2023
Adapun rencana festival kuliner UMKM ini, lanjut Kasmir, akan dilaksanakan setelah Pemilu, mungkin April atau Mei 2024 dengan mengakomodir sekitar 200-500 UMKM se-Kota Bogor.
Selain itu, masih kata Kasmir, potensi kuliner di Kota Bogor sangat besar tetapi untuk saat ini mereka masih masing-masing dan belum tersentralisasi.
Contohnya di Bali, ada pojok oleh-oleh seperti Krisna dan di Kota Bogor sehatusnya ada seperti itu.
“Artinya harus ada sentral UMKM yang nantinya apabila ada pengunjung maupun wisatawan sudah tidak perlu mencari kemana-mana, sebab bisa ditemukan di sentra UMKM itu secara lengkap,” ujarnya.
“Kota Bogor ini juga kan sering disebut Kota Kuliner, tentunya ketika UMKM naik, potensinya juga besar untuk kemajuan perekonomian UMKM,” tambahnya.
Kendati demikian, Kasmir menyayangkan jika Kota Bogor ini minim event kuliner padahal Kota Bogor juga memiliki orang-orang kreatif, namun hanya wadah atau tempat menyalurannya yang masih kurang untuk mereka berapresiasi dan berkreasi.
“Tentu harapannya Kawani Bogor atau Kang Sendi bisa menyalurkan semua aspirasi yang diungkapkan para pelaku UMKM disini. Apalagi Kang Sendi juga pegiat kuliner sekaligus pengusaha jadi bisa saling sharing dan bertukar pengalamannya,” pungkasnya.***