Saturday, 23 November 2024
HomeOpiniFenomena Jual Beli Mata Kuliah untuk Memenuhi Bobot SKS Kelulusan

Fenomena Jual Beli Mata Kuliah untuk Memenuhi Bobot SKS Kelulusan

Fenomena Jual Beli Mata Kuliah untuk Memenuhi Bobot SKS Kelulusan

Pengisian rencana studi untuk satu semester ke depan merupakan sebuah aktivitas yang pastinya selalu dilakukan dan sangat exciting bagi beberapa mahasiswa di perguruan tinggi, demi mendapatkan mata kuliah favorit serta gaya mengajar dari dosen yang dianggap sesuai dengan gaya belajar pada masing- masing individu. 

Banyak sekali mahasiswa yang rela menunggu dan memantau jam pembukaan untuk pengisian rencana studi melalui web instansi pendidikan nya masing-masing. 

Selain rela menghabiskan waktu untuk menunggu jam pembukaan pengisian rencana studi tersebut, banyak sekali mahasiswa yang sampai mengandalkan tak hanya satu device namun beberapa device demi mendapatkan mata kuliah yang diinginkan nya tersebut sehingga munculah sebuah terminologi baru yaitu “KRS War atau War KRS.”

Fenomena seperti ini sepertinya cukup lazim terjadi dibeberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yang menerapkan sistem pemilihan rencana studi dapat menyesuaikan dengan peminatan mata kuliah yang sesuai dengan setiap individu, pada contoh kasus di sebuah instansi perguruan tinggi yang terletak di Bogor Jawa Barat, yaitu Institur Pertanian Bogor yang dimana setiap mahasiswa program sarjana S1 bebas untuk menentukan rencana studi mereka selama satu semester ke depan dengan memilih mata kuliah pilihan yang biasa disebut dengan “Supporting Course.”

Supporting Course merupakan sebuah komponen ajar pada struktur kurikulum 2020 yang mencakup multi kegiatan berupa mata kuliah yang diselenggarakan oleh unit pelaksana akademik di luar program studi asal.

Dengan jumlah kursi yang sangat terbatas pada beberapa matkul pilihan tersebut dan dengan demi mendapatkan sebuah matkul favorit yang dikategorikan mudah untuk mendapatkan nilai yang bagus agar dapat mendongkrak Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di akhir semester serta demi memenuhi jumlah SKS minimal untuk memenuhi syarat kelulusan untuk program Sarjana S1, sebagian mahasiswa IPB rela melakukan hal-hal seperti menghabiskan waktu nya berjam-jam untuk menunggu pembukaan jadwal pengisian rencana studi serta memakai beberapa device untuk melakukan pengisian rencana studi bahkan sampai terdapat beberapa oknum yang sengaja mengikuti “War KRS” tersebut untuk mendapatkan mata kuliah favorit dikalangan mahasiswa untuk kemudian akhirnya diperjualbelikan pada sebuah wadah/media dalam sebuah platform sosial media X yang berbentuk sebuah akun anonym yang dimana isinya merupakan kumpulan cuitan dari mahasiswa IPB itu sendiri (menfess).

Fenomena tersebut terus berkembang dari tahun ke tahun dan bahkan sudah mengakar sehingga muncul istilah “Joki KRS.”

Seorang oknum mahasiswa yang menjadi seorang joki KRS yang biasanya bisa mendapatkan beberapa mata kuliah favorit dikalangan mahasiswa IPB ini dengan sengaja menjual kembali mata kuliah tersebut dengan harga yang cukup fantastis pada setiap mata kuliah nya. 

Pada musim pengisian rencana studi terdapat sebuah akun anonym yang mengunggah cuitan yang berisi open bid lelang salah satu SC favorit yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dengan harga mulai dari Rp. 150.000 dan bahkan ada yang sampai menyentuh angka jutaan rupiah.

Fenomena tersebut tentunya menimbulkan kontroversi pro dan kontra dari berbagai macam pihak, baik dari pihak mahasiswa IPB nya sendiri maupun pihak eksternal seperti mahasiswa kampus lain. 

Seperti yang pernah terjadi pada sebuah postingan yang berisi jual beli mata kuliah SC tersebut, terdapat sebuah argumentasi dari seseorang yang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan hal yang lazim dan tidak salah untuk dilakukan karena seseorang tersebut adalah seorang yang beruntung telah mendaptakan SC tersebut sehingga dia jadi bebas untuk megambil langkah kedepannya terhadap mata kuliah yang sudah ia dapatkan namun ada juga beberapa komentar yang menyebutkan bahwa mahasiswa tersebut tidak sepatutnya berperilaku seperti itu karena bisa saja mahasiswa tersebut adalah seorang oknum dari sebuah departemen lain yang tidak diizinkan untuk menambah SC oleh Pembimbing Akademiknya.

Namun demi mendapatkan sebuah keuntungan mahasiswa tersebut dengan sengaja mengambil jatah mahasiswa lain demi keuntungan pribadi nya sendiri. 

Yang dimana tindakan tersebut merupakan sebuah tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa berintelektual pada sebuah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.

Hal ini merupakan sebuah hal yang sudah lazim terjadi pada setiap periode pengisi rencana studi meskipun hal tersebut sudah lazim dan biasa terjadi belum ada tanggapan resmi yang dikeluarkan oleh pihak terkait baik dari instansi penyelenggara mata kuliah supporting course tersebut maupun dari beberapa pihak terkait lainnya seperti dosen pengampu ataupun pihak pimpinan universitas. 

Kendati berita tersebut sudah pernah dimuat dalam sebuah kanal jurnalistik mahasiswa yang disebut Korpus IPB atau Koran Kampus IPB namun tetap belum ada pernyataan atau tanggapan resmi dari pihak instansi terkait.

Menanggapi fenomena yang selalu terjadi dan berulang pada setiap periode pengisian rencana studi, saya berpendapat bahwa mungkin pihak dari instansi terkait belum mengetahui bahwa terdapat aktivitas seperti ini di kalangan mahasiswanya.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pihak universitas atau instansi terkait apatis terhadap aktivitas ini karena mungkin menanggap fenomena war KRS ini merupakan sebuah fenomena yang pastinya akan terjadi di setiap kampus yang menyelenggarakan sistem pendidikan yang sama dengan yang diterapkan di IPB.

Sebagai salah satu mahasiswa yang berkuliah di IPB saya secara pribadi juga menganggap hal tersebut wajar-wajar saja untuk terjadi dan dilakukan oleh setiap mahaiswa, karena seperti yang kita ketahui seorang mahasiswa tentunya membutuhkan dana tambahan di luar uang saku yang telah diberikan oleh orang tua nya untuk mendapatkan keinginan yang diinginkannya.

Karena pada struktur kurikulum 2020 ini yang dimana mahasiswa dapat memilih mata kuliah yang diselenggarakan oleh akademik di luar program studi asal jadi memungkinkan mahasiswa untuk rela mebayar sebuah mata kuliah yang ingin mereka pelajari namun tidak mereka dapatkan ketika sedang melakukan pengisian rencana studi.

Jadi, menurut pandangan saya hal tersebut sah saja untuk dilakukan oleh beberapa mahasiswa demi mendapatkan keuntungan pribadi nya sendiri.***

Ditulis oleh: Mahasiswa IPB,  Rizki Rachmani NIM: J0401221131

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here