Saturday, 14 December 2024
HomeHiburanIsi Cerita Dirty Vote, Film Dokumenter Kecurangan Pemilu 2024 yang Heboh 

Isi Cerita Dirty Vote, Film Dokumenter Kecurangan Pemilu 2024 yang Heboh 

Bogordaily.net – Dirty Vote, sebuah film dokumenter yang menguak kecurangan Pemilu 2024 heboh di tengah masa tenang.

Film ini mengungkap fakta di balik kecurangan pemilu 2024. Lini masa di media sosial sontak dihebohkan dengan film yang menghadirkan 3 sosok praktisi dosen sekaligus pakar hukum itu.

Mereka menyampaikan sejumlah data dan bukti kecurangan di Pilpres 2024.

Disutradarai Dandhy Dwi Laksono, film ini menggema dan direaksi beragam oleh kubu pada pasangan Calon Presiden (Capres).

Di film ini, ada tiga pakar hukum tata negara yang tampil di film dokumenter ini, mereka mengungkap kecurangan pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Film dokumenter Dirty Vote berisi tiga pandangan dari ahli hukum tata negara antara lain, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar, yang mulai tayang di akun YouTube Dirty Vote pada hari ini, Minggu (11/2/2024). 

“Ketiganya menerangkan betapa berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu sekalipun prosesnya menabrak hingga merusak tatanan demokrasi,” demikian keterangan resmi terkait peluncuran dokumenter tersebut, Minggu (11/2/2024). 

Sejarah Rusaknya Demokrasi 

Menurut Bivitri, Dirty Vote merupakan sebuah film dan rekaman sejarah betapa rusaknya demokrasi yang sudah terjadi di Indonesia.

Dia menjelaskan bahwa Dirty Vote bercerita tentang dua hal, pertama tentang demokrasi yang tidak bisa dimaknai sebatas terlaksananya Pemilu. 

“Bukan hanya hasil penghitungan suara, tetapi apakah keseluruhan proses pemilu dilaksanakan dengan adil dan sesuai nilai-nilai konstitusi,” katanya.

Lalu, kedua menceritakan soal kekuasaan yang disalahgunakan, karena nepotisme yang haram hukumnya dalam negara hukum yang demokratis. 

Adapun dia menegaskan pentingnya sikap publik dalam merespons praktik kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Sementara itu, pakar hukum lainnya, Feri Amsari mengatakan bahwa membiarkan kecurangan Pemilu sama saja dengan merusak bangsa Indonesia.

“Rezim yang kami ulas dalam film ini lupa bahwa kekuasaan itu ada batasnya. Tidak pernah ada kekuasaan yang abadi. Sebaik-baiknya kekuasaan adalah, meski masa berkuasa pendek, tapi bekerja demi rakyat. Seburuk-buruknya kekuasaan adalah yang hanya memikirkan diri dan keluarganya dengan memperpanjang kuasanya,” ujarnya. 

Edukasi Publik di Masa Tenang 

Dirty Vote, merupakan film dokumenter yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono. Dia mengatakan Dirty Vote menjadi tontonan di masa tenang pemilu, dan berharap dapat mengedukasi publik.

“Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tapi hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” ucapnya.

Sementara itu, ada sebanyak 20 lembaga yang terlibat dalam pembuatan film tersebut di antaranya adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, LBH Pers, YLBHI dan lainnya. 

Profil Dandhy Laksono Sutradara Dirty Vote

Pengalaman lelaki bernama lengkap Dandhy Dwi Laksono itu di industri media tidak diragukan lagi. 

Pengalaman Dandhy di dunia media dimulai dengan menjabat sebagai reporter. Terakhir, ia menjabat sebagai Editorial Consultant First Media News hingga 2011.

Tidak kurang dari 2 tahun sejak 1998 hingga 2000, Dhandy menjadi reporter di tabloid dan majalah Warta Ekonomi. 

Selanjutnya, ia menjadi editor PAS FM Radio, AHA Digital Lifestyle Magazine, hingga pernah terjun langsung ke media televisi sekelas Liputan 6, SCTV, RCTI dan sebagainya hingga 2009.

Karya Bermutu dan Kritis

Lelaki kelahiran Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, 29 Juni 1976 ini pernah mengaku bahwa sejak muda dirinya ingin membuat karya bermutu sekaligus kritis. 

Itu sebabnya, bukan hal aneh jika ia kerap mendapat serangan dari berbagai pihak yang dikritisi melalui karya jurnalistiknya. 

Bahkan ancaman juga pernah sampai ke keluarganya, termasuk istrinya dipotret orang tak dikenal.

Ditangkap polisi karena UU ITE

Selain diancam, Dandhy Laksono yang juga terkenal sebagai aktivis ini pernah ditangkap Polda Metro Jaya pada 2019 karena dugaan ujaran kebencian dan dianggap melanggar melanggar Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). 

Saat itu, Dandhy mencuit terkait peristiwa di Papua dan Wamena pada September 2019.

Film dokumenter kontroversial

Dandhy Laksono pernah membuat film dokumenter berjudul Sexy Killers melalui rumah produksi yang didirikannya, yaitu Watchdoc. 

Film tersebut mengungkap fakta di balik industri tambang batu bara yang memakan korban jiwa karena merusak saluran napas warga sekitar, termasuk lingkungan yang tercemar. 

Film ini juga sempat menjadi viral dan ramai diperbincangkan karena dirilis beberapa hari menjelang Pilpres 17 April 2019.

Perjalanan ke pedalaman

Perjalanannya ke pedalaman menggunakan motor ini disebut dengan Ekspedisi Biru, dan ia melakukan dokumentasi terkait isu-isu energi, ekonomi mikro, kearifan lokal, dan sosial-budaya. 

Dari perjalanannya ini, ia menghasilkan beberapa film dokumenter pendek yang membahas isu-isu lokal namun sensitif dan berdaya jangkau nasional yang jarang dilaporkan media secara mendalam.

Pendidikan Dandhy Laksono

Besar di industri media selama puluhan tahun, dan kini terkenal sebagai sosok pembuat film dokumenter, Dandhy merupakan lulusan S1 Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran.

Ditambah, pada 2007 ia juga pernah menempuh pendidikan non formal di Ohio University Internship Program on Broadcast Journalist Covering Conflict, Amerika Serikat. Dilanjutkan pelatihan pada 2008 di British Council Broadcasting Program, London, Inggris.

Demikian informasi mengenai film Dirty Vote dan cerita dokumenter yang disajikan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here