Bogordaily.net – Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 di Kota Bogor berlangsung lancar. Meski hujan mengguyur pada Rabu, 14 Februari 2024 pagi, warga tetap antusias datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Lalu seperti apa upaya agar warga berbondong-bondong menggunakan hak suaranya?
Wali Kota Bogor, Bima Arya sangat perhatian pada tahapan pemungutan suara pada Pemilu 2024.
Tahapan-tahanan mulai pendistribusian surat suara TPS, kampanye baik tertutup maupun terbuka di Kota Bogor, masa tenang, pembersihan atribut-atribut kampanye berjalan lancar.
Dirinya pun mengucapkan terima untuk semua kerja keras dari seluruh unsur baik Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), penyelenggara Pemilu KPU, Bawaslu Kota Bogor hingga tingkat kelurahan dan warga Kota Bogor yang telah berkolaborasi menciptakan suasana kondusif di Kota Bogor.
Wali Kota juga mengapresiasi semua pihak yang siaga dalam mengantisipasi faktor-faktor lain, seperti cuaca hujan memindahkan perlengkapan kotak suara ke tempat aman.
“Saya bersyukur di 2.913 TPS warga Kota Bogor sudah menggunakan hak pilihnya. Terima kasih untuk kerja keras dan kerja samanya,” tegasnya.
Sedangkan Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol. Bismo Teguh Prakoso menegaskan terkait netralitas.
Selain itu, ia menyampaikan sinergitas Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri dan pemerintah daerah sangat penting dalam menyukseskan pemilu.
“Sinergitas ketiganya mampu membuat masyarakat senang dan mengapresiasi. Ketika TNI, Polri dan pemerintah bersatu dan bersama di lapangan sehingga bisa mengurangi dan mencegah niat-niat negatif para pihak yang memiliki niat kurang baik, sabotase, intimidasi dan lain sebagainya,” kata Kapolresta Bogor Kota.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya bersama istrinya Yane Ardian dan keluarga menyalurkan hak pilihnya di TPS 30, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.
Bima Arya datang ke TPS 30 dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 400 meter dari tempat tinggalnya.
Setibanya di TPS pukul 09.12 WIB, Bima Arya dan Yane Ardian serta anaknya Kinaura Maisha lebih dahulu melihat papan informasi terkait Capres dan Calon anggota legislatif.
Setelah itu menuju meja pendaftaran menyerahkan surat undangan dan duduk di kursi tunggu hingga sekitar pukul 09.20 WIB. Bima Arya dan Yane Ardian masuk ke bilik suara untuk melakukan pencoblosan.
Sekitar kurang lebih dua menit berada di bilik suara, Bima Arya pun langsung memasukan kertas suara dan mencelupkan jari ke tinta.
Bima Arya mengatakan membutuhkan waktu sekitar dua menit untuk melakukan pencoblosan karena membutuhkan waktu untuk melipat dan menutup kertas suara.
Di tempat terpisah, sebanyak 539 warga binaan di Lapas Paledang Bogor turut ikut serta dalam pemungutan.
Mereka dengan antusias mengantre sejak pagi untuk menyalurkan suaranya di lima kertas suara untuk memilih Pasangan Presiden dan Wakil Presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota yang akan memimpin selama 5 tahun ke depan.
Salah satu Warga Binaan, Udin Karsudin (32) berharap Pemilu kali ini bisa melahirkan presiden baru yang membawa Indonesia lebih baik ke depan. Terlebih bagi nasibnya dan warga binaan lain.
“Harapannya mudah-mudahan bisa membawa Indonesia lebih baik. Semoga kami warga binaan bisa lebih diperhatikan kesejahteraannya,” ujarnya.
Kepala Lapas Paledang, Sopian mengatakan di Lapas Paledang terdapat 539 Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan 3 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yakni TPS 901, TPS 902, dan TPS 903.
Selain warga binaan Lapas Paledang, pihak Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Lapas ini juga akan menampung suara 98 tahanan yang ada di Polresta Bogor Kota. Namun sistem dalam pemungutan suara di Polresta Bogor Kota adalah sistem jemput bola.
“Kami, KPPS dan Bawaslu setelah dari sini akan menuju Polresta untuk menjemput bola pemungutan suara di sana. Hasilnya akan kembali dibawa ke sini dan menjadi hasil di TPS Lapas Paledang,” ujar Sopian.
Di Kota Bogor, warga cukup kreatif. Seperti di TPS 02 di SDN Pengadilan 5 yang seluruh petugasnya menggunakan seragam SMA. Ketua KPPS TPS 02, Yudhi mengatakan, alasan seragam SMA agar berbeda dengan TPS lain dan menjadi daya tarik untuk warga menggunakan hak suaranya.
“Selain menambah daya tarik kebetulan kita lokasinya di sekolah. Memang tadinya mau pakaian SD tapi sulit juga. Akhirnya memilih untuk pakaian SMA,” ujarnya.
Ia yang juga menggunakan seragam SMA meminjam seragam dari keponakannya yang sudah disiapkan dari semalam.
Di TPS 02 ada 253 DPT yang terdaftar dan tambahan 16 orang, sedangkan untuk pemilih khusus tidak ada. Sejauh ini lanjut Yudhi respon warga yang datang positif.
“Antusiasnya bagus dan pelaksanaan pemilihan juga lancar,” katanya.
Sementara itu, TPS 25 di Kampung Bakom, Kelurahan Bojongkerta, Kecamatan Bogor Selatan, tampil nyentrik bak helaran pesta pernikahan.
TPS ini dihias dengan tenda dan ornamen-ornamen pernikahan khas adat Sunda. Lengkap dengan pohon-pohon pisang dan buahnya sehingga memperkuat nuansa resepsi pernikahan adat Sunda.
Sejumlah tandan pisang digantung di pohon-pohon tersebut dan bebas dipetik oleh warga yang menyalurkan suaranya di TPS ini.
Ketua KPPS TPS 25, Henri mengatakan, konsep itu dipilih untuk memberikan kesan Pemilu yang berbeda kepada warga setempat.
Hal itu juga dilakukan untuk menghilangkan kesan Pemilu yang monoton selama beberapa periode terakhir. Inovasi ini diharapkan membuat masyarakat antusias dan semangat datang ke TPS untuk menyalurkan suaranya.
“Konsep ini dipilih lantaran kebanyakan warga setempat berasal dari suku Sunda. Kami memang sudah langsung menentukan konsep hajatan ini menyesuaikan dengan ketersediaan lahan yang ada,” ujarnya.
Dirinya berharap Pemilu di wilayahnya yang diikuti 206 pemilih ini berjalan damai dan jauh dari perilaku anarkis.
Ia juga ingin seluruh masyarakat menyalurkan suaranya dan tidak ada yang melakukan golput. Sebab menurutnya Pemilu menentukan nasib negara 5 tahun ke depan.
Di tempat lainnya, suasana berbeda juga dirasakan warga Kampung Lebak Pilar, RT 5 RW 3 Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah.
Mereka tak lagi nyoblos di TPS lapangan seperti momen Pemilu biasanya. Di momen Pemilu tahun ini, mereka melakukan pencoblosan di Rumah Makan Padang.
KPPS setempat menyulap bangunan yang biasanya dipenuhi kursi dan meja makan itu menjadi area TPS, lengkap dengan bilik dan kotak suara. Meski sudah ditata sedemikian rupa, nuansa Rumah Makan Padang masih terasa kental pada TPS ini.
Hal itu terlihat dari interior depan bangunan, cermin-cermin besar yang menghiasi tembok di sekitar area TPS, hingga meja tinggi yang biasa diperuntukan sebagai tempat kasir.
Ketua KPPS TPS 10, Asep Sahrudin menjelaskan pihaknya memilih Rumah Makan Padang menjadi TPS karena alasan keamanan.
Ia menyebut warga biasanya mencoblos di TPS yang berada di lapangan. Asep memandang kondisi itu tidak cocok dengan kondisi cuaca yang sedang hujan.***