Friday, 10 May 2024
HomeEkonomiDirektur ADB hingga Peneliti Harvard University Akan Bicara Soal Inklusi Keuangan di...

Direktur ADB hingga Peneliti Harvard University Akan Bicara Soal Inklusi Keuangan di BRI Microfinance Outlook 2024

Bogordaily.net Direktur ADB hingga Peneliti Harvard University akan berbicara soal inklusi keuangan dalam Microfinance Outlook 2024.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau kembali menyelenggarakan Microfinance Outlook 2024 pada Kamis, 7 Maret 2024 mendatang.

“Mengusung tema Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth,” sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar di Indonesia berkomitmen terus mendorong inklusi keuangan guna mendorong pembangunan ekonomi negara.

Baca Juga: Melesat, Volume Transaksi Cash Management di QLola by BRI Tumbuh 33,9% Capai Rp6.788 Triliun

Acara dijadwalkan dihadiri oleh Asian Development Bank (ADB) Country Director for Indonesia Jiro Tominaga akan berbicara mengenai “Fostering Inclusive Growth Worldwide: Strategies for Equal Economic Opportunities”.

Jiro akan membahas terkait program dan kebijakan yang berhasil mewujudkan perekonomian inklusif dalam skala global.

ADB sendiri memiliki visi mendorong inklusi keuangan di negara negara Asia yang sejalan dengan pembahasan pada Microfinance Outlook 2024.

Dalam kesempatan yang sama, Research Affiliate at Harvard University Beatriz Armendariz akan mengupas topik tentang “Global Inclusive Development: Theoritical Perspectives and Frameworks” yang akan membahas terkait kontribusi keuangan mikro terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif.

Beatriz merupakan peneliti yang berfokus pada ekonomi pembangunan, keuangan internasional dan ekonomi mikro termasuk keuangan mikro.

Selain menjadi Research Affiliate at Harvard University, ia juga menjadi Associate Professor of Economics, University College London.

Microfinance Outlook 2024 Usung Inklusi Keuangan

Tahun ini, Microfinance Outlook 2024 mengusung tema terkait inklusi keuangan. Sebab dalam tiga dekade terakhir sejak tahun 1993, Indonesia telah berada dalam kelas negara berpendapatan menengah.

Gill & Kharas (2007) menyebut kondisi ini sebagai jebakan pendapatan menengah/middle income trap. Yaitu situasi sebuah negara bertahan dalam kelas pendapatan menengah pada waktu yang lama dan gagal untuk menuju negara berpendapatan tinggi.

Terdapat beberapa aspek pembangunan yang cenderung mandek. Di antaranya pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada kisaran 5% per tahun. Lalu pertumbuhan kredit per tahun yang tidak pernah lebih dari 15%. Selain itu rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang relatif rendah, kontribusi industri yang cenderung menurun. Dan tingkat kemiskinan ekstrem yang persisten di angka 1,7% (LPEM FEB UI, 2023).

Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama Sunarso mengatakan karena peran krusial inklusi keuangan tersebut perseroan menetapkan visi untuk menjadi “The Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion” di tahun 2025.

“Salah satu visi “Champion of Financial Inclusion” ini dimiliki karena perusahaan memandang pentingnya peningkatan inklusi keuangan dilakukan. Agar kesejahteraan masyarakat terutama pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat meningkat dalam hitungan tahun,” ujar Sunarso.

Melalui visi ini, sebagai grup perbankan berupaya menjadi institusi jasa keuangan yang berperan dalam peningkatan serta perluasan nilai bagi seluruh lapisan masyarakat. Penciptaan nilai itu bukan hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga berupa kontribusi sosial terhadap lingkungan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here