Monday, 29 April 2024
HomeOtomotifMotor Kesayangan Mogok, Perjalanan Jadi Terjal dan Berliku

Motor Kesayangan Mogok, Perjalanan Jadi Terjal dan Berliku

Bogordaily.net – Sudah menjadi rutinitas pagi hari yang melelahkan dan cukup berat bagi saya, terutama ketika motor yang selalu menemani saya setiap harinya berada dalam kondisi yang semakin memburuk. Ini adalah hari Kamis yang cukup cerah, bagi kebanyakan orang tapi tidak bagi saya yang harus terburu-buru, menuju kampus tercinta Sekolah Vokasi IPB untuk kuliah. Sialnya motor kesayangan mendadak mogok.

Masih cukup pagi tapi mesin motor saya sudah menggerutu dengan suara yang tidak biasa saat saya menyalakannya. Rasanya motor saya seperti sedang memberikan kode, mencoba berbicara pada saya, memberitahu bahwa motor ini sudah capek tidak kuat berjalan jauh. Meski sudah terbiasa dengan suara dan tingkah aneh, namun kali ini terasa berbeda dan cukup parah rasa-rasanya.

Bangun telat dengan motor yang bunyinya cukup aneh, membuat pagi saya lengkap dengan masalah, disaat itu juga saya baru tersadar bahwa saya akan terlambat untuk kuliah.

Pagi itu dengan hati-hati, saya melaju dengan motor melewati jalanan Bogor yang cukup padat. Angin dan debu Depok-Bogor menampar wajah, mencoba menyadarkan bahwa hidup harus terus berjalan, serta semangat pada motor yang terus berusaha semaksimal mungkin melaju.

Tiba di kampus dengan selisih waktu yang hampir telat dan keringat pada dahi akibat berlarian menuju kelas. Kuliah dimulai, dan aku masuk ke dalam kelas dengan wajah yang sudah cukup kusam dan berantakan.

Perjalanan yang terburu-buru ternyata tak membawa hasil yang cukup baik, karena saya tetap telat pada mata kuliah yang telah dimulai.

Saya menjadi tidak fokus saat mengikuti kuliah, selalu terlintas di pikiran mengenai kondisi motor “apakah motor baik-baik saja?” “apa yang terjadi pada motor saya?” pertanyaan tersebut berkecamuk di benak, saat kegiatan kuliah.

Setelah kuliah selesai, saya langsung kembali ke parkiran dan melihat kondisi motor saya dengan harapan bahwa motor saya tidak bermasalah.

Namun, semua semangat itu hancur seketika saat mesin dihidupkan. Suara seperti gesekan kipas dengan patahan benda asing yang cukup menyakitkan menggema di telinga saya. Jelas ada yang salah pada motor saya.

Tanpa memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang motor dan mesinnya, saya langsung membawa motor ke bengkel terdekat di kampus.

Terik matahari mengaburkan pikiran, dengan berat hati saya terpaksa bolos dua mata kuliah, demi mengantar motor yang biasa menemani keseharian saya, ke bengkel.

Bengkel penuh dengan aroma oli dan kondisi yang berantakan, saya terus memandangi motor sambil menunggu hasil pemeriksaan teknisi.

Saat teknisi membuka penutup mesin, ekspresinya berubah serius. “Mas, mesinnya sudah cukup parah rusaknya. Harus diganti beberapa bagian,” ujarnya dengan nada yang kaget namun muka datar.

Aku merasa sangat bingung ditambah matahari yang sangat panas membuat diri saya tidak bisa melakukan apa-apa.

Tanpa brfikir panjang, saya menghubungi orang tua meminta pendapatnya tentang apa yang harus saya lakukan. Pikiran dipenuhi pertanyaan “berapa uang yang harus saya keluarkan untuk memperbaiki motor ini?”.

Mekanik menuangkan oli pada mesin motor agar kerusakan tidak terlalu parah, apabila tidak diberi oli maka kerusakan motor akan jauh lebih parah dan memakan biaya yang sangat mahal.

Dengan tatapan kosong, saya memutuskan untuk meminta bantuan teman. Berharap ada yang mau membantu untuk menyetep dengan kaki motor, hingga ke rumah saya di Depok.

Beruntung, tak butuh waktu lama, teman saya datang dan bersedia membantu saya. Kami menyetep motor mogok melewati jalanan Bogor hingga Depok, melewati banyak belokan, lampu merah, di kemacetan pada sore hari.

Perjalan yang jauh membuat saya dan teman saya cukup kelelahan, kami berhenti sejenak di Cibinong menepi ke warung kopi di pinggir jalan untuk beristirahat. Selain kami, motor mogok juga ikut istirahat.

Kerusakan motor membuat saya lupa jika saya belum makan sejak pagi, sehingga saat beristirahat di warung kopi saya memesan mie instan untuk mengganjal perut mengusir rasa lapar.

Lapar itu baru muncul saat Kami beristirahat di warung kopi. Tidak lupa untuk memesan kopi agar kami berdua tidak mengantuk saat di perjalan yang masih cukup panjang menuju Depok. Kami beristirahat selama 1 jam untuk memulihkan tenaga.

Setelah menempuh perjalan selama 3 jam termasuk istirahat akhirnya saya dan teman saya berhasil sampai rumah dengan selamat, kondisi kami yang sangat kelelahan membuat kami saling bertatap-tatapan dan tersenyum bersama.

Kejadian yang kami anggap lucu pada akhirnya karena hal ini adalah pengalaman pertama kali kami dalam mendorong motor dengan kaki sejauh dan selama ini.

Perjalanan pulang itu panjang dan berliku. Meski motor saya tak lagi berjalan, namun saya menyadari bahwa di balik setiap masalah, selalu ada teman yang bersedia bersedia membantu.

Mesin motor saya memang rusak, tapi semangat saya menghadapi cobaan ini tetap utuh dan tentu saja penuh kesabaran.

Bagai manapun sulitnya perjalanan ini, akan selalu menjadi cerita yang tak terlupakan dalam lembaran cerita kuliah saya, ditambah ada teman yang selalu hadir dikala susah. Tentu saja sepuluh tahun kedepan jika saya menongok kebelakan peristiwa itu akan membuat saya tersenyum.

(Haikal Shafi Sutopo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here