Bogordaily.net – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII Institut Ummul Quro Al-Islami (IUQI) Bogor mengadakan diskusi Ramadan.
Kegiatan Diskusi Ramadhan bersama Keluarga PMII atau disraksi ini mengangkat tema merangkul yang baru, merawat yang lama pada Jumat, 29 Maret 2024.
Dalam diskusi juga dibahas “Apakah Ketua ORMAWA IUQI Harus Berdarah PMII?” Serta dirangkaikan dengan bagi-bagi takjil dan buka bersama.
Ketua Komisariat PMII IUQI Teguh Arrahman mengatakan disraksi merupakan kegiatan yang disusun dan dirancang oleh seluruh pengurus PK PMII IUQI. Baik dari komisariat, Kopri dan Rayon PMII IUQI.
“Selain menjadi salah satu tempat kami bersilaturahmi dengan seluruh keluarga PMII IUQI diharapkan dapat menciptakan organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan. Dan juga sebagai tempat kita merefleksikan bahwa regenerasi selanjutnya harus lebih mapan dan kuat baik dari segi idiologi dan pergerakan,” kata Teguh Arrahman.
Sebab menurutnya hal tersebut sangat berhubungan erat dengan yang kaderisasi atau perawatan kader.
“Berbicara soal kaderisasi itu adalah bentuk pengupayaan dalam pengembangan arah gerak PMII IUQI. Dan hal itu bisa mempengaruhi secara individu maupun secara organisatoris dan hal itu memerlukan kondisi dan suasana lingkungan yang sehat,” jelasnya.
Hal yang dimaksudkan yakni menumbukan kreatifitas mahasiswa dalam kemajuan dan kemodernan bangsa sekaligus mata rantai persambungan kepemimpinan selanjutnya atau regenerasi.
Sementara itu pola pembinaan dan pengembangan PMII IUQI ditetapkan dengan tujuan sebagai panduan organisasi untuk mencapai tujuan dan cita-cita PMII.
Tujuan lainnya yakni sebagai sarana organisasi untuk mengoprasionalisasikan nilai-nilai dasar pergerakan (NDP) yang diimplementasikan dalam bentuk pola umum program jangka panjang di ruang PMII IUQI.
Kemudian untuk landasan idiologi yang harus dikembangkan untuk anggota dan kader PMII IUQI yakni nilai ideal, struktural, dan historis.
Nilai ideal terdiri dari Islam Ahlussunah Wal jama’ah, Pancasila dan UUD 1945 dan nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP). Sedangkan nilai struktural berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMII. Serta nilai historis yang didasarkan pada produk dan dokumen historis organsiasi.
Dalam memahami arah strategi pengembangan PMII, maka harus tetap mengacu pada perkembangan dunia kemahasiswaan dan perguruan tinggi seperti:
Anggota dan kader PMII IUQI harus merebut Indeks Prestasi (IP) tinggi. Meskipun realitanya bahwa tidak semua mahasiswa yang memperoleh IP tinggi menjadi lebih baik dibanding mahasiswa yang memiliki IP rendah. Akan tetapi salah satu hal itu bisa meningkatkan prestasi akademik kader.
Berikutnya setiap anggota dan kader PMII IUQI harus berprestasi dalam potensi individu masing-masing. Skil dan potensi personal yang dimiliki harus dikembangkan sehingga akan menjadi modal dasar mahasiswa untuk membangun relasi prestasi dengan mahasiswa yang lain.
Lalu kader PMII IUQI diharuskan mampu dalam mengemban jabatan-jabatan strategis di lembaga-lembaga kemahasiswaan. PK PMII IUQI juga harus memiliki dan menempatkan para kadernya menjadi pemimpin mahasiswa di lembaga-lembaga kemahasiswaan kampus.
Langkah ini merupakan bagian dari pengembangan kader PMII guna mencetak dan memberi sumbangsih terhadap kebijakan sistem kampus.
“Maka dari itu saya berharap kader-kader PMII IUQI selanjutnya bisa menjadi manusia yang berlandaskan islam ahlussunah wal jamaah dalam pergerakannya. Dan mampu menjadi pemimpin hebat dimasa mendatang,” ujar Teguh.
Pada kesempatan yang sama Ketua KOPRI Komisariat PMII IUQI Annisa Diantika menyampaikan kegiatan distraksi diharapkan dapat membentuk pola pikir yang kritis.
“Kita semua ini adalah sel-sel terkecil dari suatu tubuh yang disebut dengan peradaban, baiknya kita adalah satu sumbangsih untuk memperbaiki peradaban ini. Jadi, Dengan adanya kegiatan ini menjadi sumbangsih ideologi untuk negara melalui berorganisasi di PMII,” ujar Annisa.
Sementara itu kesimpulan diskusi yakni PMII harus mampu melahirkan kader-kader yang bertanggung jawab, andal dan mampu bersaing dan memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dan yang paling penting, mampu mewarnai bangsa kita di masa yang akan datang.***