Bogordaily.net – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) selaku focal point Indonesia pada forum kerja sama ASEAN Coordinating Committee on Micro Small and Medium Enterprises (ACCMSME) kembali berpartisipasi dalam The 17th ACCMSME and Related Meetings yang berlangsung pada 14-17 Mei 2024 di ASEAN Headquarters, Jakarta.
Pertemuan ACCMSME ke-17 bertujuan untuk meng-update progress pada berbagai kegiatan di bawah Rencana Aksi Strategis ASEAN untuk Pengembangan UKM di ASEAN/Strategic Action Plan for SME Development (SAP-SMED) 2016-2025, serta mengidentifikasi rencana ASEAN pasca 2025.
ACCMSME ke-17 dihadiri oleh 10 Negara Anggota ASEAN dan Timor Leste sebagai observer, negara mitra dialog seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), dan Inggris, serta mitra kerja sama internasional lainnya.
Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama KemenKopUKM Henra Saragih menyampaikan, pertemuan dimulai dengan serah terima ACCMSME Chairmanship dari Filipina kepada Singapura.
“Beberapa capaian dan kemajuan projek disampaikan oleh Indonesia dalam pertemuan tersebut, salah satunya adalah progress implementasi In-depth Study on MSME Finance Gap,” ucap Henra dalam keterangan resminya, Senin, 20 Mei 2024.
Sebagai tahap awal, kata Henra, KemenKopKUM bekerja sama dengan BRIN merampungkan studi literatur dan pengumpulan data dari ASEAN SME Policy Index (ASPI) bekerja sama dengan OECD.
Progress ASEAN
Pertemuan ACCMSME ke-17 juga mencatat progress implementasi projek dan inisiatif unggulan di ASEAN. Selain itu, pertemuan juga membahas keberlanjutan champion platform ACCMSME, yakni ASEAN Access dan ASEAN SME Academy.
Henra menegaskan, Indonesia menaruh perhatian besar terhadap salah satu inisiatif unggulan ASEAN, yakni Unique Business Identification Numbers (UBIN) yang dipandang sebagai fondasi ekonomi digital yang kuat.
“Sehubungan dengan penyusunan Implementation Roadmap to Establish Regionally Comparable and UBIN in ASEAN bersifat cross cutting issues, Indonesia mendorong agar kolaborasi intensif antara ACCMSME dengan badan sektoral terkait terus dilakukan,” katanya.
Saat ini, kata Henra, Indonesia mencatat peningkatan ranking signifikan yang ditunjukkan oleh skor ASEAN SME Policy Index (ASPI) tahun 2018 dengan rata-rata peringkat ke-3 setelah Singapura dan Malaysia.
Henra menambahkan, Indonesia juga berkesempatan untuk berbagi praktik baik mengenai ‘Nurturing Innovation Driven Enterprise: Creating Sustainable and Impactful Business,’ melalui Program Entrepreuner Development (Entredev) 2024 yang bertujuan menciptakan lebih banyak para champion wirausaha melalui tiga sektor utama.
Ketiga sektor tersebut meliputi, pertama, agrikultur. Kedua, kesehatan, kecantikan, kebugaran, dan ketiga, teknologi dengan total target peserta 2.300 wirausaha.
Selanjutnya, atas kesuksesan penyelenggaraan tersebut, pada pertemuan ACCMSME ke-17 menyepakati ACCMSME ke-18 kembali akan dilaksanakan pada 21-25 Oktober 2024 di Bali.
Di kesempatan yang sama, Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan KemenKopUKM Destry Anna Sari menambahkan, KemenKopUKM terus mengupayakan penumbuhan wirausaha berbasis inovasi atau innovation driven enterprises, dan bukan lagi small business owner yang muncul karena kebutuhan atau keterpaksaan akibat keadaan (necessity entrepreneur).
UMKM adalah sektor penting di kawasan ASEAN yang terbukti menunjang perekonomian. Pengembangan UMKM pun menjadi salah satu upaya yang dikedepankan dalam kerangka kerja sama ASEAN.
“KemenKopUKM terus berkomitmen untuk mendorong optimalisasi manfaat kerja sama ASEAN bagi UMKM Indonesia yang berdaya saing di kawasan,” katanya.***