Friday, 22 November 2024
HomeKota BogorTrotoar Kreatif Gelar Diskusi Pitulasan, Pemerhati Seni Berkumpul

Trotoar Kreatif Gelar Diskusi Pitulasan, Pemerhati Seni Berkumpul

Bogordailily.net – Komunitas seni Trotoar Kreatif Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Merdeka dan Jangkar Jiwa menggelar diskusi yang mengangkat tema seni dan budaya bertajuk Pitulasan di Taman Malelang Kelurahan Sukasari Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, pada Rabu (17/7) sore

Diskusi publik dilaksanakan rutin setiap tangga 17 setiap bulan, kali ini diskusi Pitulasan memasuk episode yang ke lima dengan tema Seni dan Tanggung Jawab Sosial. Pada kesempatan itu menghadirkan pembicara M.Yusro Khazim Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional (Depenas) Serikat Buruh Nasional Indonesia (SBNI), Diki Sudrajat Jurnalis, Rachmat Iskandar (Sejarawan) dan Ki Agus Prana (Budayawan).

Dalam diskusi yang dipandu Heri Cokro, Ketua Unum Depenas SBNI M.Yusro Khazim mengatakan, bahwa dikalangan buruh juga banyak seniman. “Syair – syair lagu yang menyuarakan nasib buruh dalam setiap aksi bukti bahwa buruh pun mempunyai jiwa seni, “kata dia

Terkait dengan penyanyi jalanan, sambung Yusro, kedepan perlu ada regulasi untuk mengakomodir para musisi jalanan. “Kalau buruh sudah ada Undang -Undangnya. Tinggal musisi jalanan. Mereka adalah pekerja seni perlu juga dibuatkan regulasi oleh Pemerintah, ” kata Yusro

Sejarawan Rachmat Iskandar memaparkan tentang sejarah perkembangan seni lukis dan seni gambar modern di Kota Bogor yang diawali oleh kedatangan Belanda ke Nusantara.

Armada mereka selain membawa serdadu dan barang perlengkapan untuk tujuan dagang, dilengkapi pula oleh tenaga ahli terpilih antara lain juru gambar, akhli ukur dan geograf.

Rachmat memaparkan, salah satu di antara serdadu yang memiliki keahlian menggambar adalah Deen Johannes Rach, ia adalah juru gambar asal Denmark pada masa Hindia Belanda, berkat keahliannya itu,

Saat ini, kata Rachmat, bisa disaksikan keadaan lingkungan dan masyarakat masa kolonial di Batavia dan Buitenzorg. “Kita juga bisa mengkaji lebih jauh keberadaan situs Batutulis dengan gambaran kondisi pada masa itu, “paparnya.

Lanjut Rachmat, sosok lain yang dipandang sebagai pelopor seni lukis Indonesia modern yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman, ia pernah belajar untuk pertama kali di Buitenzorg, sehingga tak ayal alam lingkungan Buitenzorg yang kaya oleh tanaman tropis yang telah memberi ciri khas lukisan alam Raden Saleh
Masa tua menjelang akhir hayat maestro pelukis kaliber dunia itu tinggal di Bogor dan pada akhirnya ia wafat dan dimakamkan di Empang, sebuah kawasan kampung saat itu di selatan Kota Bogor.

Penggiat Benda Cagar Budaya itu mengatakan,
untuk merunut lebih lengkap tradisi seni lukis, seni gambar komik dan arsitektur di Kota Bogor, tak bisa dilewatkan peranan arsitek Friedrich Silaban, Ir. Soekarno, R.A. Kosasih dan pelukis gaya Mooi Indiè, Ernest Dezentje.

Mereka adalah sosok-sosok yang telah berjasa mengharumkan Kota Bogor sebagai Kota Pusaka, Kota Sain dan Kots Budaya. Nama-nama dengan segala keahlian dan keseriusan membangun kharisma Kota Bogor, seyogianya menjadi api semangat dan inspirasi tiada henti generasi muda saat ini untuk berkiprah membangun Kota Bogor yang lebih maju dan berkembang.

Budayawan Ki Agus Pranamulia menyebutkan bahwa seni merupakan bagian dari 7 Unsur Kebudayaan yang pelakunya harus mempunyai tanggung jawab sosial kepada diri, keluarga dan masyarakat luas.

Karena,kata Agus, inti dari Budaya Nusantara itu adalah makrifatulloh (mengenal dan bertemu) dengan Yang Maha Kuasa). Maka pelaku seni termasuk senj lukis, rupa, pahat, seni tari dan musik,harus mengenal jati dirinya sendiri.

“Langkah awal mengenal diri adalah dengan mengenal saudara batinnya (dulur anu opat kalima Pancerna). Insya Allah akan muncul Kesadaran akan karya-karya seni yang berasal dari rasa yang sejati (Rasaning Sejati), “kata Budayawan yang juga Dosen Universitas Nusa Bangsa dan Founder Yayasan Rasaning Rasa

Diki Sudrajat salah satu jurnalis di Bogor menceritakan bahwa dirinya selama menjadi jurnalis di Bogor belum pernah meliput event seni budaya yang bertaraf Nasional Sejauh ini hanyav event seni rutinitas yang sudah diprogramkan oleh Pemerintah Kota Bogor.

“Jadi kedepan perlu dipikirkan bagaimana di Kota Bogor ada event seni bertaraf Nasional yang bisa menjadi agenda wisata dengan mengangkat seni seni yang lahir di Kota Bogor, “harapnya

Diki juga berharap kedepsn di Kota Bogor ada Gedung Kesenian yang refresehtatif. “Di kota Bogor ada Gedung Kemuning Gading namun. kondisinya sudah tidak layak dijadikan sebagai tempat berkesenian, “kata Diki

Pitulasan #5 dihadiri Anto Baret yang dikenal sebagai Presiden Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), dan juga dihadiri dua Kepala Bidang pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor yaitu Kepala Bidang Kebudayaan Dian Herdiawan dan Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, Ervin Yulianto.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here