Bogordaily.net – Peninggalan bangsa Tartaria menarik untuk diulas, bangsa yang hingga kini menjadi misteri dan bahan diskusi di berbagai forum ilmiah.
Bangsa Tartaria adalah sebuah peradaban yang masih jadi diskusi diantara para peneliti peradaban di dunia.
Banyak yang percaya tapi ada juga yang menyebutkan bahwa itu tidak benar.
Peradaban Dan Peninggalan Bangsa Tartaria
Arsitektur peradaban Tartarian yang sangat jauh melampaui teknologi bangunan apapun di masa kini dan catatan-catatan mengejutkan tentang teknologi mereka telah menerabas jauh ke diskursus ilmiah hingga teori konspirasi.
Sejumlah foto dari abad 18 yang disebut bukti sisa-sisa warisan peradaban Tartarian tentu saja mengguncang dunia di era digital.
Meskipun sebenarnya sudah sangat lama merayap dalam ‘keheningan literatur’ bahwa peradaban Tartarian pernah ada.
Dengan bangunan-bangunan megah yang menjulang tinggi, lampu-lampu dari listrik nirkabel dan gratis, mobil-mobil terbang, kereta super cepat, hingga pesawat penumpang berukuran raksasa, peradaban maju dengan teknologi canggih milik bangsa Tartarian banyak mengerucut pada teori konspirasi yang menyebutkan ‘Great Reset’ atau penghapusan sejarah secara besar-besaran yang diduga sengaja dilakukan oleh elit global.
Logika dominan yang dilontarkan para penganut teori konspirasi mengacu pada ‘kerakusan elit global’ yang disebut-sebut sengaja menghapus dan menghancurkan warisan teknologi Tartarian untuk kepentingan elit global.
Salah satunya adalah elit global tidak menghendaki ada energi gratis. Maka ‘dunia modern’ tidak boleh mengenal listrik gratis. Energi yang diperjualbelikan hanya untuk kepentingan elit global.
Pendukung teori tersebut mengatakan pernah ada peradaban raksasa yang maju yang mendominasi permukaan bumi; Tartaria. Pada 200 tahun yang lalu, banjir lumpur menghancurkan orang-orang ini dan sebagian besar bangunan mereka. Sejak saat itu, ada yang ditutup-tutupi.
Capitol di Washington, Piramida di Mesir, dan Tembok Besar China dianggap sebagai sisa-sisa Tartaria. Terlalu besar untuk dihancurkan dalam banjir lumpur atau dihancurkan oleh tangan kecil modern kita, mereka berdiri tegak dan kuat sebagai petunjuk bahwa peradaban yang jauh lebih maju dari kita pernah menguasai dunia. Bangunan lain, seperti Old Penn Station di New York City dan Moir’s Chambers di Perth, sengaja dihancurkan untuk menyembunyikan sejarah Tartarian.
Dan jika mereka berhasil sampai ke Australia, tentu saja Tartarian berhasil sampai ke Selandia Baru. Berjalan-jalan di sekitar kota besar mana pun dan Anda akan melihat bangunan tertua memiliki langit-langit yang sangat tinggi.
Siapa yang butuh plafon setinggi itu? Anda akan melihat jendela ruang bawah tanah, sering kali dipotong setengah oleh tanah. Siapa yang akan menempatkan setengah jendela ke ruang bawah tanah? Jawaban atas kedua pertanyaan ini, menurut para pendukung teori ini, adalah: ras raksasa ahli teknologi.
Sisa-sisa dari mereka tetap ada. Tempat-tempat seperti gedung pemerintahan lama di Christchurch, stasiun kereta Dunedin, dan Klub Utara Auckland terlalu besar dan kompleks secara teknis, klaim mereka, telah dibangun oleh beberapa pemukim Eropa yang tinggal di Selandia Baru pada abad ke-19.
Bukti yang lebih jelas dari Tartaria mungkin sengaja dihancurkan pasca-lumpur. Luna Park di Auckland, dibakar, dan penganut teori tersebut percaya bahwa gempa bumi Napier tahun 1931 adalah kesempatan untuk menghancurkan arsitektur kota Tartarian.
Sejauh ini, Tartarian dan sejumlah misteri yang menyelubungi peradaban banyak mengacu pada sebuah buku yang sangat terkenal di dunia berjudul “The One World Tartarians – The Greatest Civilization Ever To Be Erased From History”, ditulis James Lee, diterbitkan Amazon Digital Services LLC – KDP Print US pada 2020, yang bisa menjadi buku sejarah revisionis terbesar yang pernah ditulis di zaman modern hingga saat ini.
Disebutkan dalam buku itu bahwa ada kebohongan terbesar tentang sejarah dunia kita bersama.
Peradaban Tartaria dijelaskan mencakup sebagian besar dunia yang kita kenal sekarang. Dari Rusia ke Cina ke Afrika ke India ke Australia dan Selandia Baru ke Amerika Utara dan Selatan.
Untuk membantu cakrawala pemahaman kita mencerna buku itu, maka buku lain yang sangat populer berjudul “The Lost Civilizations of the Stone Age” yang ditulis oleh Richard Rudgley, diterbitkan Free Press pada tahun 2000, bisa membantu menyuguhkan literatur yang mencengangkan tentang ‘teori dan penemuan lain’ pada peradaban Zaman Batu yang sebenarnya.
Buku itu menjelaskan bahwa kebangkitan peradaban sejarah 5.000 tahun yang lalu sering digambarkan seolah-olah masyarakat itu entah bagaimana diciptakan dari ketiadaan.
Namun, penemuan baru-baru ini tentang pencapaian menakjubkan dari Zaman Neolitik – dalam seni, teknologi, penulisan, matematika, sains, agama, kedokteran, dan eksplorasi – menuntut pemikiran ulang mendasar tentang umat manusia sebelum sejarah tertulis.
Tartarian dalam berbagai diskursus yang tentu saja diwarnai pro kontra disebut-sebut sebagai sebuah peradaban dengan teknologi yang melampaui teknologi saat ini, yang pernah membentang di wilayah Rusia di masa lalu.
Kendati demikian, teori konspirasi mengenai sejarah kerajaan terkendala pada minimnya bukti-bukti yang mendukung. Satu-satunya catatan umum adalah bahwa teknologi yang dimiliki oleh Tartaria pada masanya diwariskan hingga sekarang dengan berbagai samaran dan modifikasi. Salah satu teknologi Tartaria adalah memiliki energi gratis.
Wilayah Tartaria
Di wilayah Tartaria, bangunan seperti gereja, masjid, katedral, dan bangunan lainnya mirip piramida dan kuil yang tersebar di seluruh dunia memiliki fungsi sebagai pembangkit listrik eterik, stasiun air, dan pusat penyembuhan akustik yang beresonansi suara.
Pada masa Tartaria, bangunan ini digunakan sebagai rumah sakit, namun saat ini digunakan sebagai tempat ibadah. Setiap bangunan kekaisaran Tartaria dilengkapi dengan antena listrik eterik yang saling terhubung dan tertanam di setiap bangunan, sehingga berhasil mengubah Bumi menjadi papan sirkuit yang menggunakan tenaga eter.
Lampu pada masa Tartaria adalah antena listrik eterik yang menjulang tinggi dan memanfaatkan tenaga eterik yang ada di sirkuit eterik.
Bangsa Tartaria adalah Bangsa Raksasa?
Dalam buku “The One World Tartarians – The Greatest Civilization Ever To Be Erased From History” yang ditulis James Lee, disebutkan bahwa bangsa Tartarian adalah raksasa, manusia berukuran besar.
Uniknya, dalam buku itu dijelaskan bahwa bangsa Tartarian tidak membutuhkan makan minum. Mereka mengkonsumsi eter! Itulah sebabnya, dalam bangunan-bangunan dan kota-kota peninggalan mereka, tidak ditemukan toilet dan gorong-gorong.
Sementara itu, sejauh ini dalam berbagai literatur sejarah resmi, tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa bangsa Tartaria adalah ras raksasa.
Buku-buku sejarah mainstream hanya menyebutkan bahwa Tartaria adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada wilayah yang terletak di Asia Tengah dan Timur pada masa lalu.
Wilayah Tartaria pernah dikuasai oleh beberapa kerajaan dan kekaisaran, termasuk Kekaisaran Mongol dan Kekaisaran Rusia.
Sementara beberapa orang Tartar mungkin memiliki postur tubuh yang tinggi atau besar, tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa mereka secara umum dianggap sebagai raksasa.
Meski begitu, foto-foto ‘raksasa Tartarian’ yang beredar luas di internet sangat mencengangkan.
Yang juga sangat menarik dicermati adalah bahwa sejauh ini belum ada bantahan ahli bahwa foto-foto tersebut adalah hoaks atau palsu.
Demikian informasi dan ulasan mengenai peninggalan bangsa Tartaria, bangsa raksasa yang menjadi misteri.***