Bogordaily.net – Menyusuri jejak sejarah penuh makna di Kota Bogor bersama Pinot Johnny dalam kegiatan Jalan Pagi Sejarah adalah pengalaman yang selalu menarik dan mendidik.
Kegiatan ini memberikan kesempatan untuk mendalami dan menyelami keragaman budaya yang memikat hati, serta menggali kekayaan sejarah yang ada di kota ini sejak sebelum Bogor tumbuh menjadi kota kosmopolitan yang ramai seperti sekarang.
Salah satu highlight dari perjalanan ini adalah menjelajahi wisata sejarah Klenteng tua Ho Tek Bio di Jalan Suryakencana, Bogor.
Klenteng Ho Tek Bio tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan spiritual masyarakat Tionghoa, tetapi juga menyimpan misteri yang tak terungkap
Sejarah Viraha
Tidak ada yang tahu kapan pastinya vihara ini berdiri. Terdapat dua versi yang menyebutkan tahun berdirinya vihara ini.
Versi pertama mengatakan bahwa Vihara Dhanagun berdiri pada tahun 1672 sedangkan opini kedua mengatakan pada tahun 1740.
Klenteng merupakan tempat ibadah penganut tiga ajaran yang disebut Sam Kauw, yaitu Khonghucu, Tao, dan Buddha.
Sejak berabad-abad yang lalu, agama Tionghoa selalu dipengaruhi oleh ketiga ajaran ini.
Namun, pada masa Orde Baru, ajaran yang berbau Tionghoa ditekan habis-habisan. Dari tiga ajaran tersebut, hanya Buddha yang diakui oleh pemerintah karena berasal dari India dan dianggap bukan agama khas Tionghoa.
Akibatnya, klenteng terpaksa mengganti nama menjadi vihara atau Buddhist temple dan menginduk pada agama Buddha. Pada masa itu, ajaran Tao dan Khonghucu tidak diakui oleh Departemen Agama.
Namun, setelah Presiden Abdurrachman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres 14/67, Khonghucu diakui sebagai agama, meskipun Tao tetap belum diakui secara resmi. Meski begitu, praktik Tao tetap dijalankan dalam kehidupan sehari-hari orang Tionghoa.
Meskipun larangan terhadap agama dan praktek keagamaan yang berasal dari budaya Tionghoa sudah dicabut, banyak klenteng di Jakarta dan Jawa Barat masih menggunakan nama vihara.
Hal ini terjadi karena kebiasaan yang telah terbentuk, serta mengganti nama vihara menjadi klenteng kembali membutuhkan waktu, tenaga, dan tentunya biaya yang tidak sedikit.
Vihara Dhanagun, sebagai salah satu vihara tertua yang ada di kota Bogor ini diharapkan akan menjadi simbol ketahanan dan adaptasi komunitas Tionghoa di Indonesia.
Di balik dinding-dindingnya yang penuh sejarah, terdapat cerita tentang perubahan dan penerimaan, tentang bagaimana masyarakat Tionghoa menjalani kehidupan beragama mereka di tengah tekanan dan perubahan politik.
Vihara ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang warganya. (Penulis: Abdullah Batarfie, Penggiat sejarah dan juga Kepala Pusat Dokumentasi Al-Irsyad Bogor)