Bogordaily.net – Dalam upaya memperkuat penanganan HIV/AIDS di Kota Bogor, Perkumpulan Female Plus bersama Dinas Kesehatan Kota Bogor mengadakan pertemuan koordinasi Program Lost and Link di ruang Paseban Naratama, Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada Jum’at 23 Agustus 2024.
Kegiatan yang dimulai pukul 13.00 WIB ini dihadiri oleh sejumlah pihak penting, termasuk Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bogor dan enam Poli Dukungan Perawatan (PDP) HIV yang baru menjadi mitra Perkumpulan Female Plus.
Program Lost and Link atau yang dikenal sebagai “hilang dan tautkan kembali” merupakan inisiatif penting yang ditujukan untuk memastikan bahwa 95 persen dari orang yang didiagnosis HIV di Kota Bogor menjalani terapi pengobatan ARV (Antiretroviral).
Terapi ini sangat krusial untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup orang dengan HIV, sekaligus berperan dalam menekan angka penularan HIV di masyarakat.
Dalam pertemuan ini, enam PDP baru yang telah resmi menjadi mitra Perkumpulan Female Plus diantaranya
Rumah Sakit PMI, Rumah Sakit Medika Dramaga, Puskesmas Sempur, Puskesmas Warung Jambu, Puskesmas Tanah Sareal dan Puskesmas Bogor Selatan.
Kegiatan koordinasi ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kerja sama antara berbagai lembaga dan fasilitas kesehatan di Kota Bogor.
Dinas Kesehatan Kota Bogor, sebagai fasilitator, berharap bahwa dengan adanya mitra baru ini, program Lost and Link dapat lebih efektif menjangkau individu yang terdiagnosis HIV, terutama mereka yang pernah menjalani terapi ARV namun terputus atau tidak melanjutkan pengobatan.
Program Lost and Link telah menunjukkan dampak yang signifikan sejak pertama kali dilaksanakan di Kota Bogor.
Sebelumnya, program ini telah sukses diimplementasikan di beberapa fasilitas kesehatan, antara lain Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor, Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi, Puskesmas Bogor Timur, Puskesmas Kedung Badak, Puskesmas Sindangbarang dan Puskesmas Bogor Tengah.
Dengan adanya perluasan kemitraan ini, Perkumpulan Female Plus berharap semakin banyak individu dengan HIV yang mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang memadai.
Menjaga retensi atau kontinuitas pengobatan ARV sangat penting. Dengan begitu, orang dengan HIV dapat hidup sehat dan produktif, serta perlahan-lahan mengikis stigma negatif yang masih melekat di masyarakat. (Ibnu Galansa)