Bogordaily.net – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) gencar melakukan roadshow ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk mengkampanyekan program Entrepreneur Hub sebagai solusi untuk mengatasi deindustrialisasi yang sedang terjadi.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menjelaskan perkembangan teknologi di belahan dunia memicu pengurangan jumlah tenaga kerja secara besar-besaran pada industri manufaktur demi alasan efisiensi.
Akibatnya banyak industri yang enggan melakukan ekspansi ke negara berkembang termasuk ke Indonesia karena hanya dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI) sebuah perusahaan dapat menghemat biaya produksi dengan hasil yang optimal.
Apabila hal ini dibiarkan saja, maka akan terjadi badai pengangguran yang berdampak fatal yang pada akhirnya hanya akan memperbesar porsi usaha mikro. Oleh sebab itu, program Entrepreneur Hub diharapkan bisa menjadi titik awal bagi pemerintah untuk mendorong penciptaan entrepreneur baru dan sumber ekonomi baru berbasis kampus.
“Kita harus melahirkan entrepreneur baru sebab kita punya banyak potensi. Program penciptaan entrepreneur ini di banyak negara tercipta karena by design bukan by accident,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam sambutannya pada acara Entrepreneur Hub Go To Campus di Universitas Warmadewa di Bali, Selasa (03/09).
Program Entreprenuer Hub ini banyak menggandeng kampus atau perguruan tinggi di berbagai wilayah di Indonesia karena KemenKopUKM ingin mendorong tumbuhnya wirausahawan muda yang terdidik sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Melalui program ini, generasi muda tidak perlu lagi bergantung pada lapangan kerja yang disediakan oleh pemerintah atau swasta, melainkan mampu mandiri menciptakan lapangan kerja.
“Kami konsern menggandeng kampus-kampus dengan program ini untuk melahirkan entrepreneur baru sebagai sumber ekonomi baru sebab hasil riset menunjukkan bahwa 75 persen anak muda ingin jadi pengusaha,” kata MenKopUKM Teten Masduki.
Program kewirausahaan berbasis kampus ini dinilai potensial mendongkrak kemampuan pendapatan perkapita karena basis usaha yang dibangun berdasarkan hasil riset atau penelitian yang kerap dipadukan dengan teknologi.
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk membawa Indonesia menjadi negara maju dengan target pendapatan perkapita sebesar 30.300 dolar AS di tahun 2045 dari posisi saat ini yang berada di level 4.191 dolar AS per kapita per tahun sesuai data yang dicanangkan Bappenas.
“Nah bagaimana kita bisa mencapai itu apabila level usaha kita masih didominasi sektor mikro,” kata Menteri Teten.
Menteri Teten berharap melalui program Entrepreneur Hub ini para mahasiswa yang ingin menjadi wirausaha dapat difasilitasi dengan berbagai program pendampingan hingga inkubasi bisnis oleh kampusnya.
Bahkan apabila dimungkinkan tugas akhir dari mahasiswa dapat diubah tidak lagi berupa karya tulis melainkan bentuk nyata dari bisnis yang telah dirintis.
“Saya kira Universitas Warmadewa dapat menyediakan program ini, jadi kalau yang mau jadi pebisnis begitu masuk dia harus sudah mempunyai business plan lalu oleh kampus dibina secara intensif hingga menjadi pengusaha. Nah ini bisa dilakukan jika kurikulumnya juga mendukung,” ucap Menteri Teten.
Menteri Teten juga mengapresiasi Universitas Warmadewa yang telah mengembangkan program entrepreneur dan inkubator bisnis menjadi salah satu mata kuliah wajib.
Terobosan ini dinilai relevan dengan program pemerintah untuk meningkatkan rasio kewirausahaan nasional ke level 4 persen di tahun ini.
“Saya mengapresiasi Universitas Warmadewa yang sudah mengembangkan program ini. Mulai dari kampus ayo kita lakukan perubahan besar untuk menciptakan entrepreneur baru, sumber ekonomi baru di tengah ketatnya persaingan usaha,” kata Menteri Teten.
Di tempat yang sama Rektor Universitas Warmadewa I Gde Suranaya Pandit membenarkan bahwa di kampusnya terdapat mata kuliah tentang kewirausahaan dengan bobot dua SKS.
Dengan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat terbuka untuk menjadi wirausaha muda.
“Enterpreneur Hub Goes To Campus mendorong pembentukan ekosistem wirausaha dengan lebih mudah. Melalui platform ini kita bisa memberikan informasi atau ide usaha yang berkolaborasi dengan berbagai pihak,” kata Suranaya.
Suranaya menyatakan potensi pengembangan wirausaha di kalangan anak muda terutama mahasiswa lebih mudah karena mayoritas sudah familiar dengan pemanfaatan teknologi terutama media sosial.
Hal ini menjadi salah satu kekuatan penting untuk membangun branding dari produk -produk yang dihasilkan dari wirausahawan muda berbasis kampus.
“Dengan strategi marketing digital yang efektif dan semangat pengembangan usaha di tengah disrupsi akan menjadi kunci sukses bagi mahasiswa atau wirausaha untuk terus berinovasi,” katanya. ***