Bogordaily.net – Polemik yang terjadi di Pasar Tumpah, Jalan Merdeka, Bogor Tengah, Kota Bogor mendapat perhatian serius dari Anggota DPRD Kota Bogor, Sugeng Teguh Santoso.
Sebab, keberadaan pasar tumpah tersebut mulai dikeluhkan warga. Bahkan ada sejumlah pedagang mengaku kena pungli dan diintimidasi oleh oknum anggota ormas jika bersedia direlokasi oleh Pemkot Kota Bogor.
Sugeng Teguh Santoso berpendapat, mencari penghidupan melalui usaha itu memang adalah haknya para pedagang, tetapi hak yang digunakan tidak boleh mengganggu ketertiban umum dan mengurangi hak pemakai jalan.
Yang kedua, kata Sugeng, berdasarkan data yang ada, informasi yang dia dapatkan dari masyarakat bahwa para pedagang di Pasar Tumpah itu sebenarnya bukan orang Kota Bogor. Mereka para pedagang yang datang dari kabupaten.
“Nah warga Kabupaten ini mendapatkan uang di Kota Bogor. Tetapi mereka kan tidak juga memberikan insentif buat Kota Bogor dalam bentuk APBD. Dia aja bayar PBB nya di Kabupaten,” papar Sugeng.
Sugeng menduga adanya pungli yang dilakukan oknum ASN setempat dalam pengelolaan pasar tumpah tersebut, seperti penerangan lampu bagi para pedagang di malam hari yang si kutip oleh oknum ASN.
“Saya menduga adanya oknum ASN atau TNI yang mengutip para pedagang dan ini berlangsung terus karena Pj Walikotanya kurang berani bertindak, tidak seperti Kabupaten Bogor, pak bupatinya berani kan bersihin wilayah puncak gak ada beban ya karena dia enggak punya kepentingan di sana,” pungkasnya.
Sebelumnya, pedagang mengaku diintimidasi sehingga seolah-olah menolak rencana relokasi Pemerintah Kota Bogor.
“Sebetulnya kami pedagang cari nyaman bukan sekedar usaha, nggak terlalu cape, kalau sudah ada tempat yang layak pemerintah siapkan kenapa nggak,” ujar Hendri, salah seorang pedagang pasar tumpah.
Hendi mengaku lapak yang dipunya di pasar tidak permanent. Karena itu dengan ada relokasi berharap dapat kios pemanen yang layak pakai.
“Kalau begini pagi kita beres-beres karena namanya juga pasar tumpah. Harapannya bisa direlokasi seperti dua tahun lalu kami dapat lapak yang layak, walaupun tidak bertahan lama karena ada intimidasi dari ormas yang selalu kompori pedagang lain untuk kembali ke lapak sebelumnya,” ujar Hendri yang sudah lima tahun lebih buka lapak di pasar tumpah. ***