Bogordaily.net – Upaya memperkuat sistem kesehatan nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), menetapkan enam pilar transformasi kesehatan.
Pilar-pilar tersebut meliputi transformasi pelayanan kesehatan primer, pelayanan kesehatan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM), dan teknologi kesehatan.
Salah satu yang menjadi fokus utama adalah transformasi Layanan Kesehatan Primer, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendekatan promotif dan preventif.
Pilar pertama transformasi kesehatan ini diterapkan melalui empat strategi utama. Pertama, edukasi penduduk dengan menguatkan peran kader kesehatan, memanfaatkan platform digital, dan tokoh masyarakat.
Kedua, pencegahan primer melalui peningkatan imunisasi rutin yang mencakup 14 antigen.
Ketiga, pencegahan sekunder dengan skrining penyakit utama serta peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak.
Keempat, meningkatkan kapasitas layanan primer melalui revitalisasi fasilitas seperti puskesmas, posyandu, dan kunjungan rumah.
Di Kota Bogor, penerapan transformasi Layanan Kesehatan Primer dilakukan dengan menerapkan konsep Integrasi Layanan Primer (ILP).
ILP ini fokus pada tiga hal utama: pelayanan siklus hidup yang terintegrasi, jejaring layanan kesehatan hingga tingkat desa, serta penguatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
Saat ini, Kota Bogor memiliki 25 puskesmas dan 31 puskesmas pembantu (Pustu) yang telah menerapkan ILP.
Selain itu, terdapat 983 posyandu dengan 7.791 kader kesehatan yang tersebar di 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Posyandu berperan penting dalam layanan kesehatan masyarakat, mulai dari ibu hamil, balita, remaja, hingga lanjut usia.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam layanan posyandu adalah upaya penanggulangan stunting.
Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis pada anak balita yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di Kota Bogor adalah 18,2 persen, menurun dari 18,7 persen pada tahun sebelumnya. Pemerintah menargetkan angka stunting ini turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Dalam menanggulangi stunting, kader posyandu berperan aktif dalam memberikan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), melakukan skrining kesehatan, dan mengawasi distribusi gizi tambahan bagi ibu hamil dan balita.
Selain itu, kader posyandu melakukan rujukan bagi anak yang terdeteksi mengalami masalah gizi ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
Posyandu di Kota Bogor melaksanakan kegiatan rutin setiap bulan dengan lima langkah utama, yaitu pendaftaran, penimbangan berat badan, pencatatan hasil pengukuran, pelayanan kesehatan seperti imunisasi dan pemberian vitamin, serta edukasi masyarakat.
Selain itu, di Kota Bogor juga diterapkan dua langkah tambahan, yaitu intervensi sensitif oleh sektor di luar kesehatan seperti jaminan sosial, serta layanan ketahanan keluarga.
Di luar hari pelayanan posyandu, kader kesehatan juga melakukan kunjungan rumah untuk memantau kondisi kesehatan masyarakat secara menyeluruh, sebagai upaya mendukung percepatan penurunan stunting.
Dengan peran penting posyandu dalam sistem kesehatan primer, masyarakat Kota Bogor diharapkan dapat memanfaatkan layanan posyandu secara optimal guna menciptakan generasi sehat dan berkualitas menuju Generasi Emas 2045.
(Ibnu Galansa/Diki Sudrajat)