Bogordaily.net – Universitas Pelita Harapan (UPH) menggelar pelatihan pengolahan makanan dan minuman berbahan sayur dan buah untuk Pokdarwis di Desa Wisata Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
Diketahui, pelatihan yang berlangsung selama dua hari pada tanggal 7-8 Oktober 2024 ini merupakan bagian dari skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat, yang bertujuan untuk memberdayakan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Batulayang.
Dalam kegiatan ini diinisiasi oleh tim pengabdian yang diketuai oleh Dr. Theodosia Christhe N., S.ST. Par, M.M., dengan dukungan dari dua dosen lainnya, yaitu Dr. Yustisia Kristiana, S.ST., M.M., CPHCM, dan Dr. Nonot Yuliantoro, S.Sos., M.M.
Kemudian, program ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk tahun anggaran 2024.
Selain itu, kegiatan ini juga terintegrasi dengan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), sehingga mahasiswa turut berperan serta dalam proses pelatihan, memberikan mereka pengalaman langsung di lapangan.
Dosen Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr. Yustisia Kristiana mengatakan bahwa, tujuan dari program ini tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan produk lokal yang ramah lingkungan.
Namun, juga untuk mendorong terciptanya ekonomi berkelanjutan melalui produk-produk inovatif yang dapat menarik minat wisatawan.
“Melalui inisiatif ini, diharapkan Desa Wisata Batulayang dapat terus berkembang dan menjadi contoh desa wisata yang sukses dan berkelanjutan,” kata Dr Yustisia Kristiana, kepada Bogordaily.net.
Menurutnya, pelatihan ini berlangsung dalam dua sesi yang dirancang untuk memperkuat keterampilan masyarakat dalam bidang kuliner, berbahan dasar alami dan manajemen desa wisata yang berkelanjutan.
Fokus dari sesi ini adalah bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia di sekitar desa, untuk diolah menjadi makanan dan minuman yang sehat dan bernilai ekonomi.
“Salah satu yang diajarkan adalah pemanfaatan buah semangka dan nanas, dua jenis buah yang melimpah di Desa Wisata Batu Layang, sebagai pengganti sumber protein hewani serta sebagai upaya mendukung konsep zero waste,” jelasnya.
Di sini, buah semangka diolah menjadi nugget yang kemudian diberi nama “Nusa Layang”. Nama ini merupakan akronim dari Nugget Samangka (semangka) dan Layang yang menggambarkan Desa Wisata Batu Layang.
Lebih lanjut kata Dr Yustisia, inovasi ini memberikan alternatif pangan yang sehat dan menarik bagi wisatawan. Selain itu, nanas diolah menjadi rendang yang diberi nama “Renas Layang”, di mana Renas berarti Rendang Nanas dan Layang tetap merujuk pada Desa Wisata Batu Layang.
“Kedua olahan ini tidak hanya mencerminkan kreativitas masyarakat, tetapi juga mendukung keberlanjutan pangan dengan memanfaatkan produk lokal,” ujar Dr Yustisia Kristiana.
Selain itu, masyarakat juga diajarkan cara membuat variasi minuman sehat. Dua minuman yang diajarkan adalah “Hehejoan ti Layang” dan “Embun ti Layang”. Hehejoan ti Layang adalah minuman berwarna hijau yang terbuat dari campuran bayam dan nanas.
Di mana, bayam berfungsi untuk menetralisir getah nanas, menjadikan minuman ini kaya nutrisi dan menyegarkan. Minuman kedua, Embun ti Layang, merupakan perpaduan semangka dengan jahe.
“Semangka memberikan kesegaran, sementara jahe memberikan rasa hangat yang menyegarkan ketika diminum,” imbuhnya.
Sementara itu, dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat tidak hanya mendapatkan keterampilan baru dalam bidang kuliner dan manajemen wisata, tetapi juga didorong untuk terus berinovasi guna meningkatkan daya tarik Desa Wisata Batu Layang.
“Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas di sektor pariwisata,” ungkap Dr Yustisia Kristiana.(Albin Pandita)