Bogordaily.net – Revolusi 4.0 dan Civil Sociaty 5.0 Gen Z di Pusaran Politik 2024 dikupas dalam diskusi politik yang digagas HIMA PPI & BEM STAI Al-Aulia menjelang pencoblosan pilkada serentak 2024.
Dalam dialog tersebut disampaikan bahwa Generasi Z (Gen Z) diprediksi akan membawa dinamika baru dalam Pilkada Kabupaten Bogor 2024.
Sejumlah narasumber memaparkan konsepnya soal gen Z dalam pusaran kekuasaan dalam era revolusi 4.0 dan Society 5.0.
Salah satunya yang dikemukakan Dr. Syaiful Bahari, S.H.,M.H yang menjadi salah satu pembicara dalam dialog tersebut.
Menurutnya, Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang berfokus pada penggunaan teknologi digital untuk menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, adil, dan inklusif.
Konsep ini, kata dia, pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai “Society 5.0,” yang menggambarkan masyarakat cerdas yang mengintegrasikan ruang siber (dunia digital) dan ruang fisik (dunia nyata) untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Civil Society 5.0 membawa pendekatan ini ke dalam konteks kehidupan masyarakat, terutama dalam hal bagaimana masyarakat sipil bisa berkolaborasi untuk mengatasi berbagai tantangan sosial menggunakan teknologi.
Jadi, sambungnya, Civil Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang berfokus pada penggunaan teknologi digital untuk menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, adil, dan inklusif.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai “Society 5.0,” yang menggambarkan masyarakat cerdas yang mengintegrasikan ruang siber (dunia digital) dan ruang fisik (dunia nyata) untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
“Civil Society 5.0 membawa pendekatan ini ke dalam konteks kehidupan masyarakat, terutama dalam hal bagaimana masyarakat sipil bisa berkolaborasi untuk mengatasi berbagai tantangan sosial menggunakan teknologi,” ujarnya.
Sementara itu diraih politik ini ini juga mengemukakan bahwa hampir 19% dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT), Gen Z memiliki potensi besar untuk menentukan arah politik lokal.
Dari total 3.926.080 pemilih di Kabupaten Bogor, sebanyak 746.019 adalah pemilih berusia 17-24 tahun.
Namun, hasil penelitian dari Lembaga LITERASI (Penelitian Demokrasi) yang dipimpin oleh Deden Rahmanudin menunjukkan bahwa tingkat partisipasi Gen Z masih tergolong rendah, dengan hanya 57% yang menyatakan akan ikut memilih dalam Pilkada mendatang.
Penelitian ini akan dipresentasikan sebagai materi utama dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) STAI Al-Aulia pada Sabtu, 9 November 2024 di Aula Gedung STAI Al-Aulia.
Dalam wawancara di kantor STAI Al-Aulia hari ini, Deden Rahmanudin menyatakan bahwa rendahnya partisipasi Gen Z ini perlu mendapat perhatian khusus dari seluruh stakeholder.
“Gen Z ini punya potensi besar, tapi survei kami menunjukkan baru 57% yang berencana ikut serta. Ini angka yang harus jadi perhatian serius,” ujarnya.
Sebagai generasi yang lekat dengan teknologi, Gen Z banyak mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi. Deden menjelaskan bahwa KPU dan Bawaslu dapat memanfaatkan platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan aplikasi khusus pemilu untuk menjangkau Gen Z.
“Media sosial jadi sarana penting untuk menyampaikan informasi kepada Gen Z. Tapi, kalau tidak dikelola dengan tepat, mereka bisa terpapar informasi yang bias atau tidak akurat,” jelas Deden.
Deden menyarankan agar KPU mengembangkan aplikasi khusus yang memberikan informasi terkait profil calon, program kerja, dan panduan memilih. “Dengan akses informasi yang terstruktur dan mudah diakses, Gen Z bisa lebih memahami pentingnya suara mereka dalam menentukan masa depan daerah,” tambahnya.
Selain peran KPU, lembaga pendidikan dan calon bupati juga berperan penting dalam meningkatkan partisipasi politik Gen Z. Menurut Deden, lembaga pendidikan dapat membantu dengan menyediakan edukasi politik yang relevan di sekolah-sekolah dan kampus.
“Pendidikan politik sejak dini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi mereka dalam pemilihan. Jika mereka paham betul dampak politik terhadap kehidupan sehari-hari, tingkat partisipasi bisa meningkat,” katanya.
Deden juga berharap para calon bupati menyusun program-program yang relevan bagi Gen Z, seperti pelatihan kewirausahaan digital atau pusat kreatif berbasis teknologi. Program-program ini diyakini dapat menarik perhatian pemilih muda dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam pembangunan daerah.
Dengan partisipasi Gen Z yang masih rendah, Pilkada Kabupaten Bogor 2024 menghadapi tantangan untuk menciptakan pemilu yang inklusif dan partisipatif. Deden menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam mengatasi hambatan-hambatan ini.
“Angka 57% ini harus kita dorong lebih tinggi. Gen Z adalah masa depan demokrasi kita, dan partisipasi mereka sangat penting untuk membangun daerah yang lebih baik,” ungkap Deden.
Seminar Nasional yang akan digelar di STAI Al-Aulia nanti diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperdalam diskusi tentang strategi meningkatkan partisipasi Gen Z di Pilkada.
Dengan dukungan seluruh stakeholder, Pilkada Bogor 2024 diharapkan dapat menjadi contoh pemilu yang partisipatif dan mencerminkan suara seluruh lapisan masyarakat.***