Bogordaily.net – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap semakin menyusutnya lahan pertanian produktif di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Indonesia kehilangan sekitar 150.000 hektar lahan pertanian setiap tahunnya.
Perwakilan HMI UIKA Bogor Muhammad Zaidan mengatakan bahwa, penyusutan lahan pertanian ini merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional.
Oleh karena itu, Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
“HMI mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis dalam rangka melindungi dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Serta mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya ketahanan pangan,” kata Muhammad Zaidan, Sabtu 28 Desember 2024.
Menurutnya, problematika Fundamental merupakan salah satu masalah mendasar dalam sistem pangan nasional adalah penyusutan lahan pertanian produktif.
Data dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan sekitar 150.000 hektar lahan pertanian setiap tahunnya akibat alih fungsi lahan.
“Fenomena ini terutama terjadi di Pulau Jawa yang merupakan lumbung pangan
nasional, dimana urbanisasi dan industrialisasi berlangsung sangat masif. Konsekuensinya, kapasitas produksi pangan nasional mengalami tekanan yang signifikan,” jelasnya.
Kemudian, inovasi dan keberlanjutan
Aspek inovasi dan keberlanjutan perlu menjadi perhatian khusus dalam transformasi sistem pangan.
Serta, pengembangan varietas tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim melalui riset bioteknologi perlu dipercepat.
“Balitbangtan telah menghasilkan beberapa varietas padi yang tahan kekeringan dan banjir, namun adopsinya di tingkat petani masih terbatas. Diversifikasi pangan menjadi strategi penting lainnya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujarnya.
Selain itu, pengembangan pangan lokal seperti sagu di Maluku dan jagung di Gorontalo telah menunjukkan hasil positif dalam mengurangi ketergantungan terhadap beras.
“Inovasi pengolahan pangan lokal juga perlu didorong untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk,” ungkap Muhammad Zaidan.***
Albin Pandita