Bogordaily.net – Arti Ojo Kemajon jadi perbincangan dan pertanyaan publik. Istilah “ojo kemajon” jadi sorotan publik setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikannya sebagai nasihat untuk putranya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
Dalam wawancara eksklusif bersama Najwa Shihab, Jokowi mengungkapkan bahwa ia tidak pernah memberikan arahan khusus kepada Gibran dalam menjalankan tugasnya.
Namun, ada satu pesan penting yang ia sampaikan: “Ojo kemajon.”
Makna dan Filosofi “Ojo Kemajon”
Arti ojo kemajon dalam bahasa Jawa berarti “jangan melampaui batas” atau “jangan terlalu maju.”
Ungkapan ini mengandung filosofi mendalam, yakni pentingnya memahami peran dan tanggung jawab agar tidak melangkahi batas yang seharusnya.
Dalam konteks politik, nasihat ini menegaskan bahwa sebagai wakil presiden, Gibran harus tetap berada dalam koridor tugasnya, mendampingi dan membantu presiden tanpa mengambil alih peran utama.
Filosofi ini menjadi pedoman penting dalam kepemimpinan, terutama dalam menjaga keseimbangan dalam pemerintahan.
Mengapa Istilah Ini Viral?
Setelah wawancara Jokowi tersebar luas di media sosial, banyak warganet yang penasaran dengan arti ojo kemajon dan makna yang terkandung di dalamnya.
Nasihat ini dianggap sebagai pesan tersirat bagi Gibran untuk tetap memahami batasan dan menjalankan tugasnya dengan bijak.
Tak hanya itu, istilah ini juga pernah digunakan dalam dunia politik sebelumnya.
Pada 2021, politisi PDIP Bambang Pacul sempat menyebut kata “kemajon” saat mengomentari Ganjar Pranowo yang dinilai terlalu menonjol sebelum waktunya.
Hal ini menunjukkan bahwa konsep “ojo kemajon” telah lama menjadi bagian dari prinsip kepemimpinan Jawa.
Pelajaran dari “Ojo Kemajon” dalam Kehidupan
Nasihat “arti ojo kemajon” tidak hanya relevan dalam dunia politik, tetapi juga bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam dunia kerja, seseorang harus memahami batas kewenangannya agar tidak bertindak di luar tugasnya.
Dalam hubungan sosial, memahami peran diri dapat menjaga keseimbangan dan harmoni dengan orang lain.
Pada akhirnya, pesan dan “arti ojo kemajon” menjadi pengingat bagi siapa saja untuk menjalankan peran dengan bijak, tanpa melangkahi batas yang seharusnya.
Filosofi ini menegaskan bahwa keseimbangan dalam bertindak adalah kunci kesuksesan dalam kepemimpinan maupun dalam kehidupan sehari-hari.***