Bogordaily.net – Komunikasi antarpribadi di dalam keluarga adalah faktor yang penting dalam membentuk hubungan yang harmonis dalam sebuah keluarga. Menurut DeVito (2019), komunikasi antarpribadi yang efektif mencakup keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan dalam interaksi.
Namun, dalam banyak keluarga, pola komunikasi yang kurang sehat dapat memicu konflik dan ketidakseimbangan peran antar anggota keluarga.
Film Home Sweet Loan menyoroti tantangan seorang generasi sandwich, yaitu Kaluna yang harus berjuang antara impiannya memiliki rumah sendiri dan tanggung jawab terhadap keluarganya.
Selain tekanan dari kakak-kakaknya yang masih selalu bergantung padanya, peran ibu Kaluna dalam komunikasi keluarga juga menjadi faktor yang memperburuk situasi di film ini. Ibu Kaluna, tidak membagi tanggung jawab kepada anak-anaknya secara adil, justru lebih banyak memanjakan kakak-kakak Kaluna dan kurang memberikan perhatian pada perasaan Kaluna.
Hal ini menimbulkan komunikasi yang tidak sehat dalam keluarganya, dimana Kaluna selalu diminta mengalah tanpa benar-benar didengarkan dan diperlakukan selayaknya.
Dalam film Home Sweet Loan, keluarga Kaluna digambarkan memiliki pola komunikasi yang tidak seimbang.
Artikel ini akan menganalisis komunikasi antarpribadi dalam keluarga Kaluna, dengan menyoroti pentingnya ketegasan orang tua dalam mendidik anak-anaknya, tanggung jawab antar saudara, serta dampak pola komunikasi yang tidak seimbang terhadap Kaluna.
Komunikasi yang Tidak Seimbang antara Kaluna dan Kakak-Kakaknya
Salah satu masalah utama dalam keluarga Kaluna adalah bagaimana kakak-kakaknya masih bergantung pada Kaluna, baik dalam hal finansial maupun tanggung jawab rumah tangga.
Kakak-kakaknya cenderung mengandalkan Kaluna dalam berbagai situasi, seolah-olah beban keluarga menjadi tanggung jawab utamanya. Padahal, menurut Neliti (2019), komunikasi antar saudara yang sehat seharusnya bersifat resiprokal, dimana setiap anggota memiliki peran yang seimbang dalam keluarga.
Studi dari Santrock (2021) menunjukkan bahwa dalam keluarga dengan pola komunikasi yang tidak seimbang, anak bungsu seringkali diposisikan sebagai individu yang harus lebih banyak beradaptasi dan mengalah dibandingkan saudara lainnya.
Dalam konteks film ini, Kaluna seringkali ditempatkan dalam posisi yang mengalah, dan tidak menguntungkannya.
Kakak-kakaknya tidak pernah mencoba mempertimbangkan bahwa Kaluna juga memiliki kehidupan dan impiannya sendiri. Padahal seharusnya, komunikasi antara saudara bukan hanya berbicara soal kebutuhan mereka sendiri, tetapi juga mempertimbangkan kondisi dan keinginan saudaranya yang lain.
Kakak-kakaknya lebih sering meminta dan berkomentar kepada Kaluna, tetapi tidak benar-benar mendengarkan Kaluna.
Peran Ibu Kaluna dalam Ketidakseimbangan Komunikasi dan Kurangnya Ketegasan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Handayani (2022), ditemukan bahwa komunikasi yang lemah dalam keluarga, terutama dalam hal pemberian aturan yang jelas, dapat membuat anak-anak menjadi kurang mandiri dan cenderung mengandalkan pihak lain.
Hal ini terlihat dalam keluarga Kaluna, dimana ibu mereka lebih banyak meminta Kaluna untuk mengalah daripada mendidik kakak-kakaknya untuk lebih bertanggung jawab.
Orang tua harus bersikap tegas dalam membagi peran dan tanggung jawab dalam keluarga agar anak-anak belajar mandiri dan bertanggung jawab.
Namun, ibu Kaluna cenderung lebih memihak kepada kakak-kakaknya, sehingga mereka terbiasa menggantungkan diri pada keluarga.
Setiap terjadi konflik, ibu Kaluna selalu meminta Kaluna untuk mengalah demi “keharmonisan keluarga.” Padahal, dalam komunikasi keluarga yang sehat, setiap anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat dan perasaannya.
Ibu Kaluna lebih fokus pada keharmonisan keluarga secara keseluruhan, tetapi lupa bahwa Kaluna juga memiliki perasaan dan impiannya sendiri. Hal ini menyebabkan Kaluna merasa tidak dihargai dan semakin tertekan.
Dampak Komunikasi Keluarga yang Tidak Sehat terhadap Kaluna
Dengan adanya ketidakseimbangan komunikasi dalam keluarganya, tentu memiliki beberapa dampak negatif terhadap tokoh Kaluna di film ini:
1. Rasa Terbebani dan Kurang Dihargai
Kaluna merasa dirinya hanya sebagai “penopang keluarga,” bukan sebagai individu yang memiliki hak untuk mengejar impiannya sendiri.
2. Tekanan Emosional yang Besar
Beban tanggung jawab yang terlalu berat tanpa dukungan emosional dari keluarga membuat Kaluna semakin stres dan merasa sendirian.
3. Jarak Emosional dengan Keluarga
Karena komunikasi yang tidak sehat, Kaluna mulai merasa jauh dari keluarganya, dan menyebabkan konflik lebih besar di masa depan.
Analisis terhadap komunikasi antarpribadi dalam keluarga Kaluna di film Home Sweet Loan menunjukkan beberapa permasalahan utama, yaitu ketidakseimbangan tanggung jawab antar saudara, pola asuh yang kurang tegas, serta kurangnya ruang bagi Kaluna untuk didengar.
Film Home Sweet Loan bukan hanya menggambarkan perjuangan seorang generasi sandwich, tetapi juga menunjukkan bagaimana komunikasi dalam keluarga bisa menjadi tidak sehat jika orang tua tidak mampu bersikap tegas dan adil.
Untuk membangun hubungan keluarga yang lebih harmonis, perlu adanya komunikasi yang lebih terbuka, pembagian peran yang lebih adil, serta ketegasan orang tua dalam mengatur keluarga.
Dengan demikian, setiap anggota keluarga dapat merasa lebih dihargai, didengar, dan memiliki peran yang seimbang dalam kehidupan keluarga mereka.***
Intan Maharany Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB