Tuesday, 25 March 2025
HomeBeritaAncaman Kecerdesan Buatan (AI) dalam Industri Penyiaran

Ancaman Kecerdesan Buatan (AI) dalam Industri Penyiaran

Bogordaily.net – Kecerdesan buatan (AI) pada saat ini banyak membantu kehidupan sehari-hari mulai dari penggunaan asisten virtual, layanan chatbot, memberikan rekomendasi seperti pada spotify maupun netflix berdasarkan algoritma penggunanya.

AI memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada kehidupan sehari-hari AI juga membawa revolusi besar dalam industri penyiaran, mengubah cara produksi konten, distribusi informasi, hingga pengalaman audiens.

Namun, penerapan AI juga membawa tantangan besar, termasuk hilangnya pekerjaan, kurangnya autentisitas dalam penyampaian berita, hingga ancaman privasi data.

Pada industri penyiaran AI membantu dalam memberikan ide-ide dalam membantu memproduksi konten seperti pembuatan script hingga pengeditan video.

AI mempercepat dalam pembuatan produksi konten. Menurut Nixon & Philipp (2023), analitik prediktif yang didukung AI dapat mengidentifikasi topik yang menarik bagi audiens, memungkinkan produsen konten merespons secara tepat terhadap preferensi dan minat yang sedang tren.

Salah satu inovasi penggunaan AI di Industri penyiaran digunakan oleh salah satu stasiun televisi Indonesia yang menciptakan presenter berbasis AI.

Pada April 2023, TVOne memperkenalkan presenter AI bernama Sasya dan Nadira. Meskipun inovasi ini menawarkan efisiensi dan fleksibilitas, menurut Kumalarani et al. (2024) audiens cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah terhadap presenter AI dibandingkan dengan presenter manusia, karena kurangnya autentisitas dan emosi dalam penyampaian berita.

AI memungkinkan perusahaan media memberikan konten yang lebih sesuai dengan preferensi individu. Dengan mengumpulkan data pengguna, AI dapat menyusun rekomendasi yang lebih relevan, meningkatkan keterlibatan audiens.

Namun, sistem ini juga dapat menciptakan “filter bubble,” di mana audiens hanya mendapatkan informasi yang sesuai dengan preferensinya, sehingga mengurangi keberagaman perspektif.

Menurut Madhini et al. (2024), hal ini dapat menyebabkan penyebaran informasi yang tidak seimbang dan menurunkan literasi digital audiens.

AI dapat digunakan untuk menghasilkan berita secara otomatis, tetapi juga dapat menciptakan berita palsu. Teknologi seperti deepfake memungkinkan manipulasi suara dan gambar, yang dapat membahayakan kredibilitas informasi yang disampaikan.

Sebagai contoh, video seorang penyiar yang suaranya diubah menggunakan AI dapat menyesatkan audiens. Jika penerima informasi tidak melakukan verifikasi, berita palsu dapat tersebar dengan cepat.

AI juga membawa tantangan besar dalam hal keamanan dan etika dalam industri penyiaran. Menurut Madhini et al. (2024), beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam implementasi AI adalah biaya yang tinggi, keterbatasan tenaga ahli, serta masalah etika dan hak cipta yang masih menjadi hambatan signifikan.

Selain itu, dengan semakin luasnya penerapan AI dalam industri media, muncul pula kekhawatiran akan hak kepemilikan intelektual terhadap konten yang dibuat dengan bantuan AI, serta siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan atau misinformasi yang dihasilkan oleh sistem AI.

Dengan hadirnya AI banyak lapangan pekerjaan yang hilang pada industri penyiaran. Tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini berganti menjadi menggunakan AI, seperti pembuatan skrip, pengeditan video, presenter berita dan banyak pekerjaan yang dilakukan manusia kini berganti menjadi menggunakan AI.

Menurut penelitian Westlund & Lewis (2023), meningkatnya penggunaan AI dalam media dan jurnalistik telah menyebabkan berkurangnya peran editor, jurnalis, dan penyiar manusia.

Selain itu, AI juga membawa risiko besar terhadap privasi dan keamanan data pengguna. Banyak data pribadi yang dapat dikumpulkan oleh AI, seperti rekam suara, foto, sidik jari, riwayat tontonan, dan pola perilaku pengguna.

Jika data ini tidak dikelola dengan baik, dapat terjadi pelanggaran privasi, kebocoran data, atau bahkan penyalahgunaan informasi oleh pihak ketiga.

Fieiras-Ceide et al. (2023) memperingatkan bahwa tanpa regulasi yang ketat, data pribadi dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang tidak etis, seperti manipulasi opini publik.

Ketergantungan yang berlebihan pada Kecerdesan Buatan, juga menjadi perhatian dalam industri penyiaran. Dengan semakin banyaknya konten yang dihasilkan AI, masyarakat mungkin menjadi lebih mudah percaya terhadap informasi yang disajikan tanpa melakukan verifikasi.

Hal ini dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan risiko penyebaran hoaks atau informasi yang bias. Oleh karena itu, literasi digital menjadi aspek yang sangat penting agar audiens tetap dapat memilah dan menilai informasi secara objektif.

Transparansi dalam penggunaan AI juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan. Perusahaan media harus menjelaskan kepada audiens ketika konten yang mereka konsumsi dibuat atau dimodifikasi oleh AI.

Dengan adanya keterbukaan ini, audiens dapat lebih kritis dalam menilai informasi yang diterima serta memahami batasan dan potensi dari teknologi AI dalam industri penyiaran.

AI juga memberikan manfaat yang banyak, namun dalam industri penyiaran perlu diimbangi dengan regulasi dan etika yang jelas.

Dengan memastikan bahwa penggunaan Kecerdesan Buatan, digunakan sesuai dengan etika dan regulasi yang jelas, AI digunakan hanya untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan jangan mengganti peran manusia dengan AI, dan tingkatkan literasi digital agar tidak mudah terpengaruh terhadap informasi berupa video maupun pesan suara yang disebarkan.

Naila Rizani Karimah Ritonga, Komunikasi Digital dan Media, SV IPB University

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here