Bogordaily.net – Di tengah perkembangan dunia pendidikan vokasi yang semakin dinamis, hadir sosok pendidik muda yang membawa semangat perubahan dalam proses belajar mengajar dan pembentukan karakter mahasiswa. Ia adalah Ayumi Fitriani Gunawan, dosen Program Studi Komunikasi Digital dan Media di Sekolah Vokasi IPB University.
Selama hampir sepuluh tahun, ia mendedikasikan diri untuk mencetak lulusan yang tidak hanya mumpuni dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki integritas, jiwa kepemimpinan, dan kesiapan menghadapi dunia profesional.
Lulusan Fast Track IPB yang Berkomitmen untuk Dunia Pendidikan
Ayumi memulai perjalanannya dari Program Sarjana Agribisnis di IPB University Kampus Dramaga, kemudian melanjutkan ke jenjang Magister Sains Agribisnis melalui program percepatan studi (fast track). “Saya lulus S1 dan S2 dalam waktu 5 tahun. Saat teman-teman selebrasi setelah sidang, saya harus lanjut ujian S2 dua hari setelahnya,” kisah Ayumi mengenang perjuangannya.
Usai menyelesaikan pendidikan, ia langsung diterima sebagai dosen di Sekolah Vokasi IPB berkat ajakan seorang dosen senior. Di awal kariernya, Ayumi mengajar mata kuliah yang menggabungkan unsur agribisnis dan komunikasi, seperti Komunikasi Bisnis dan Kewirausahaan. Kini, ia sepenuhnya menggeluti bidang komunikasi dengan pendekatan yang lebih kreatif dan responsif terhadap kebutuhan zaman. “Sudah sekitar sembilan tahun saya mengajar di sini, dan itu menjadi bagian penting dalam hidup saya,” tuturnya.
Mengajar dengan Pendekatan Personal dan Menumbuhkan Mahasiswa
Dalam pendidikan vokasi, peran dosen tidak hanya sebagai penyampai materi, melainkan juga sebagai pendamping yang membantu mahasiswa berkembang secara praktis dan mental. Bagi Ayumi, keberhasilan proses belajar tidak hanya dinilai dari angka, tetapi dari kemampuan mahasiswa menjadi pribadi yang mandiri, fleksibel, dan siap menghadapi realitas dunia kerja.
“Saya selalu berusaha menjadikan kelas sebagai ruang yang menyenangkan dan terbuka. Di kelas saya, tidak ada yang namanya salah. Semua pendapat saya hargai, karena dari sanalah proses berpikir dan diskusi dimulai. Biasanya saya katakan, ‘Oke, sudah bagus. Ada yang mau menambahkan?’ agar mahasiswa merasa aman dan tetap semangat untuk berpendapat. Saya juga ingin mereka percaya diri dan kritis,” jelasnya.
Konsistensi Ayumi dalam mengajar tercermin dari hasil penilaian mahasiswa melalui EPBM (Evaluasi Pembelajaran oleh Mahasiswa) yang selalu menunjukkan hasil sangat baik. “Selama sembilan tahun saya mengajar, nilai IPK dosen dari EPBM saya tidak pernah di bawah 3,6. Bagi saya, ini menjadi semacam indikator bahwa mahasiswa merasa terbantu dan nyaman dengan gaya pengajaran yang saya terapkan,” ujarnya penuh rasa syukur.
Menanam Nilai Sosial dan Memberdayakan Lingkungan Sekitar
Tak hanya aktif di ruang kelas, Ayumi juga dikenal sebagai pribadi yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu cerita inspiratif muncul saat dirinya masih menjadi mahasiswa, ketika ia merintis layanan les privat. Kegiatan tersebut bukan hanya untuk mencari penghasilan tambahan, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan dan membuka peluang bagi orang lain.
“Saya pernah memberikan kesempatan kepada adik kelas yang sedang mengalami kesulitan ekonomi untuk bergabung menjadi pengajar di tempat les yang saya kelola. Waktu itu, dia bahkan mengajar hingga delapan siswa. Setelah lulus, dia berkata pada saya, ‘Kak, karena kerja di tempat les itu, saya bisa menghidupi keluarga.’ Itu momen yang paling menyentuh bagi saya,” cerita Ayumi dengan mata berbinar.
Menurut Ayumi, makna keberhasilan sebagai pendidik tidak hanya diukur dari gelar akademik atau pencapaian pribadi, tetapi dari kontribusi nyata yang bisa diberikan kepada orang lain. Prinsip ini selalu menjadi landasan dalam menjalankan profesinya—menjadi pendidik yang membawa dampak positif bagi mahasiswa, baik secara intelektual maupun moral.
Mengembangkan Pendidikan Vokasi yang Kontekstual dan Bersinergi
Ayumi juga memiliki visi ke depan untuk menjadikan pendidikan vokasi semakin relevan dengan kebutuhan industri. Ia berharap sistem pendidikan di Sekolah Vokasi IPB semakin terintegrasi dengan dunia kerja, guna menciptakan pembelajaran yang aplikatif dan sesuai dengan realita lapangan. “Idealnya, praktikum tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga melalui magang atau internship langsung di lapangan. Dengan begitu, mahasiswa bisa merasakan pengalaman nyata dan memahami dinamika kerja secara langsung,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mendorong mahasiswa untuk lebih aktif menyuarakan pendapat. Baginya, ruang kelas harus menjadi ruang dialog, bukan sekadar tempat penyampaian satu arah. “Saya ingin suasana kelas tidak hanya satu arah. Mahasiswa harus terbiasa menyampaikan pendapat, berdiskusi, bahkan mengajukan argumen yang berbeda dengan dosennya—tentu dengan cara yang sopan dan konstruktif,” tuturnya.
Peran Dosen dalam Membentuk Generasi Berkualitas
Di balik perannya sebagai dosen, Ayumi Gunawan juga menjalankan tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu. Ia membuktikan bahwa karier akademik dan kehidupan keluarga bisa berjalan beriringan dengan keharmonisan dan dukungan yang kuat.
Ayumi mengungkapkan bahwa dukungan dari suaminya sangat berarti dalam perjalanan kariernya. “Suami saya sering bantu mencarikan referensi buku-buku terbaru, bahkan ikut berdiskusi tentang strategi pengajaran. Walaupun bidang kami berbeda—dia di ekonomi dan sektor privat—tapi dia selalu berusaha memahami pekerjaan saya,” ungkapnya dengan hangat.
Bagi Ayumi Gunawan, keluarga adalah sumber semangat dalam menjalani peran sebagai pendidik. Keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional justru menjadi energi positif untuk terus berkarya dan memberi inspirasi kepada mahasiswa.
Nilai-nilai kehidupan yang Ayumi tanamkan juga berakar dari sosok kedua orang tuanya. Ayahnya adalah dosen Arsitektur Lanskap IPB University sekaligus lulusan Kyoto University, sedangkan ibunya merupakan guru di sekolah menengah pertama. Keduanya menjadi panutan yang membentuk karakter Ayumi sebagai pendidik yang bijaksana dan rendah hati.
“Ayah saya sosok yang sangat cerdas, tapi tetap mau mendengarkan pendapat orang lain. Walaupun sering berdebat secara kritis, beliau selalu terbuka jika ternyata orang lain yang benar. Itu yang saya pelajari darinya: open minded dan tidak meremehkan siapa pun,” kenangnya.
Dari sang ibu, ia belajar cara mengajar yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. “Ibu saya beberapa kali jadi guru favorit di sekolahnya. Saya jadi sadar, ternyata mengajar itu bukan soal seberapa banyak kita tahu, tapi bagaimana kita menyampaikan ilmu dengan cara yang menyenangkan dan membekas di hati murid,” tambahnya.
Keseimbangan peran, dukungan keluarga, serta nilai-nilai luhur yang diwariskan orang tuanya menjadi landasan kuat bagi Ayumi Gunawan, dalam menjalankan profesinya. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter generasi muda yang berdaya saing dan berjiwa sosial.
Rifa Althof Rizqullah
Bu Ayumi memang sangat inspiratif