Bogordaily.net – Bahasa Isyarat adalah sistem komunikasi yang menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Biasanya, bahasa isyarat digunakan sebagai alat komunikasi utama oleh komunitas tunarungu.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia mulai menunjukkan kesadarannya akan bahasa ini. Minat masyarakat Indonesia terhadap bahasa isyarat terus meningkat setiap tahunnya.
Sebagai salah satu contoh pedulinya masyarakat terhadap bahasa isyarat adalah pada 21 September 2023, Titik Isyarat by Omah Gembira kembali menggelar acara yang bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap bahasa isyarat khususnya anak muda.
Sebagian besar pesertanya yaitu mahasiswa dari berbagai kampus di Malang Raya dan peduli terhadap bahasa isyarat.
Mengapa Bahasa Isyarat di Indonesia Penting
Menurut Muhammad Amin dan Pribadi (2022), bahasa isyarat memiliki fungsi penting sebagai alat untuk mengakses informasi, terutama bagi penyandang disabilitas rungu dan wicara.
Mereka menekankan bahwa bahasa isyarat merupakan hak yang harus dijunjung tinggi dan seharusnya diajarkan dalam lingkungan pendidikan formal untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif.
Bahasa isyarat merupakan bahasa yang penting bagi Teman Tuli. Meski sering dianggap sebagai bahasa yang “khusus”, bahasa isyarat sebenarnya memiliki peran besar dalam membangun inklusivitas sosial dan memperluas jangkauan komunikasi antarmanusia.
Mempelajari bahasa isyarat merupakan langkah yang dapat tiap individu ambil untuk mendukung inklusivitas serta memperkuat hubungan antarkomunitas.
Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya bahasa isyarat semakin meningkatkan pandangan positif terhadap kemampuan dan potensi penyandang tunarungu.
Hal ini membantu mereka lebih terhubung dengan lingkungan sekitar serta mengurangi risiko isolasi sosial yang dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan emosional.
Sebuah studi oleh Nugroho (2021) menemukan bahwa aksesibilitas informasi dalam bahasa isyarat dapat meningkatkan kesejahteraan psikososial individu tunarungu, mengurangi stres, serta meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam berinteraksi sosial.
Respon Masyarakat terhadap Pengguna Bahasa Isyarat
Sikap masyarakat terhadap komunitas tunarungu dan pengguna bahasa isyarat semakin positif. Namun, masih terdapat tantangan dalam interaksi sehari-hari, seperti kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan edukasi publik yang lebih intensif, pelatihan bagi pegawai layanan publik, dan integrasi bahasa isyarat dalam kurikulum pendidikan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan empati dan pemahaman masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang benar-benar inklusif.
Penelitian oleh Nimah (2020) menyoroti bahwa ada sekitar 10 juta orang tunarungu di Indonesia, namun penggunaan dan pengembangan bahasa isyarat masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya pemahaman dari masyarakat umum.
Selain itu, Nimah juga mencatat bahwa faktor lingkungan sosial sangat mempengaruhi bagaimana individu tunarungu menggunakan bahasa isyarat dalam kehidupan sehari-hari.
Minat Masyarakat Terhadap Bahasa Isyarat Saat Ini
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan minat masyarakat untuk mempelajari bahasa isyarat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya kursus dan pelatihan bahasa isyarat yang ditawarkan, baik secara langsung maupun daring.
Media sosial juga berperan penting dalam memperkenalkan bahasa isyarat kepada khalayak luas melalui konten edukatif dan kampanye kesadaran. Selain itu, komunitas dan gerakan yang mendukung penggunaan bahasa isyarat semakin berkembang, mendorong partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Penelitian oleh Nugraheni et al. (2021) menunjukkan bahwa penggunaan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) lebih optimal digunakan oleh sahabat tuli di Prodi PGMI UIN Sunan Kalijaga. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain BISINDO lebih mudah dimengerti dan lebih ekspresif dibandingkan dengan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).
Studi tersebut juga menyoroti bahwa minat mahasiswa dalam mempelajari BISINDO meningkat secara signifikan setelah mereka mendapatkan pelatihan dan terlibat dalam komunitas yang aktif menggunakan bahasa isyarat.
Selain itu, dukungan pemerintah terhadap bahasa isyarat juga mulai meningkat. Pada tahun 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan untuk memperkenalkan bahasa isyarat dalam sistem pendidikan inklusif.
Langkah ini diharapkan dapat memperluas aksesibilitas bagi anak-anak tunarungu serta meningkatkan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya bahasa isyarat sebagai bagian dari komunikasi yang lebih inklusif.
Kesimpulan Meningkatnya minat masyarakat terhadap bahasa isyarat menunjukkan adanya perubahan positif dalam kesadaran inklusivitas. Namun, masih ada tantangan yang perlu diatasi, terutama dalam edukasi publik dan integrasi bahasa isyarat ke dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas, dan masyarakat luas, bahasa isyarat dapat semakin diakui sebagai bagian penting dari komunikasi yang universal dan inklusif.***
Ergie Ramadhan
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University