Penulis: Zalfa Alya Rifa
YouTuber Jerome Polin beberapa waktu lalu membuat sebuah konten bersama Chanyeol, personel boyband asal Korea Selatan, EXO. (Detik.com, 14/1/2025).
Video unggahan tersebut menuai banyak perhatian, selain karena bintang tamu yang diundang, penonton juga memerhatikan bagaimana interaksi antar keduanya.
Video YouTube yang berdurasi selama kurang lebih 30 menit itu mendapat banyak komentar positif yang memuji chemistry Jerome dan Chanyeol dalam berkomunikasi dan berinteraksi, serta bagaimana Jerome dapat mengemas video tersebut dengan baik.
YouTuber yang kerap terkenal dengan kecerdasannya dalam matematika ini selalu menyuguhkan konten video yang menarik dari awal kemunculannya, hingga tidak mustahil untuknya dapat berkolaborasi dengan banyak artis dan influencer bahkan penyanyi luar negeri seperti Chanyeol sekalipun.
Hasil dari kegigihan Jerome dalam membuat kontennya selama ini dapat terlihat dengan jelas, namun perjalanan untuk berada di titik tersebut juga pasti memerlukan waktu, konsistensi, dan strategi.
Kebanyakan dari kita mungkin tidak menyadari, tetapi ada satu strategi yang terus dilakukan Jerome hingga dapat berhasil seperti saat ini. Strategi tersebut adalah strategi membangun personal branding di media sosial.
Pada era digital saat ini kesan utama atau citra yang kita tunjukkan memegang peran penting terhadap opini atau pendapat publik.
Bagaimana kita tampil, seperti apa kepribadian yang kita miliki, bahkan hal-hal apa yang kita lakukan bisa begitu penting di mata orang lain.
Akibat adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat, informasi mengenai hal tadi pun dapat dilihat dan disebarluaskan dengan begitu cepat pada waktu yang bersamaan. Media sosial menjadi sarana atau wadah di mana kita dapat membangun citra diri atau personal branding tersebut sesuai dengan yang kita inginkan.
Menurut (Lair, Sullivan & Cheney, 2005:35), Personal branding merupakan sebuah rangkaian pembentukan persepsi masyarakat pada diri seseorang yang dilihat sebagai merek atau brand oleh target market.
Dengan kata lain, proses membentuk sudut pandang masyarakat akan diri seseorang yang meliputi kepribadiannya, kemampuan, dan aspek lainnya yang menciptakan persepsi positif di benak masyarakat serta dapat digunakan sebagai alat pemasaran (McNally & Speak, 2002). Maka dari itu personal branding bukan hanya dibuat semata untuk membangun citra positif, namun juga dapat menjadi kunci keberhasilan khususnya pada zaman yang semakin maju ini, seperti yang telah dilakukan oleh Jerome Polin.
Hal yang membuat Jerome Polin, berhasil dalam karirnya adalah dengan menggunakan strategi branding secara 4 tahap. Strategi pertama yang perlu diperhatikan sebelum membangun personal branding yang kuat adalah dengan memahami jangkauan khalayak seperti apa yang akan ditargetkan.
Pada awal kemunculannya Jerome selalu memfokuskan atau menargetkan audiens kepada generasi muda, sehingga ia dapat bergerak dengan fleksibel dan menyesuaikan konten yang diproduksi dengan audiens tersebut sampai saat ini.
Dengan mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh audiens, menyusun strategi yang tepat untuk menarik perhatian dan membangun hubungan yang kuat dengan mereka dapat dilakukan dengan mudah.
Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara untuk menampilkan sesuatu yang sesuai dengan khalayak atau audiens tersebut.
Strategi Jerome dengan membuat konten yang selaras terhadap preferensi atau ketertarikan, hingga gaya hidup yang dimiliki oleh audiens dapat menjadi acuan, karena hal itu memudahkan Jerome dalam menetapkan dan membangun personal branding yang menjadi ciri khas dirinya, serta membuat audiens dapat selalu merasa terhubung dengan citra yang ditunjukkannya di media sosial.
Setelah menampilkan citra yang sesuai dengan menghasilkan konten yang relevan dan berkualitas, maka branding yang dilakukannya bisa selalu berbuah maksimal dan efektif.
Meskipun telah mengetahui siapa target audiens hingga seperti apa citra yang ingin ditunjukkannya, kedua hal tersebut bukanlah apa-apa tanpa konsistensi. Dari awal karirnya, Jerome selalu mengoptimalkan pembuatan konten menarik secara konsisten dan bervariasi.
Ketika konten mulai diunggah secara terus-menerus pada jangka waktu yang telah ditentukan, algoritma media sosial akan berjalan dan kerap memunculkan konten terkait.
Saat hal itu terjadi, personal branding yang dilakukan oleh Jerome akan tertanam dalam ingatan para audiens setiap munculnya konten tersebut.
Lalu, langkah terakhir yang dilakukannya untuk memaksimalkan strategi personal branding yang telah ia lakukan adalah dengan berinteraksi bersama para audiens nya.
Maka, hubungan yang terjalin di media sosial antar audiens dan citra yang dibangun oleh Jerome Polin akan terjaga dengan baik dan persepsi publik terhadapnya akan selalu sesuai dengan citra yang ditunjukkannya.
Penggunaan strategi dalam personal branding Jerome memiliki hasil yang signifikan. Ketika branding yang dilakukan telah menimbulkan persepsi yang positif dari khalayak, maka bukan hanya melanjutkan karir, Jerome bahkan dapat mencapai kesuksesan yang lebih besar.
Citra positif yang telah dibangun dan selalu dipertahankan dengan baik di hadapan publik, membuat adanya kepercayaan dari orang-orang yang akan bekerjasama dengannya.
Berkolaborasi bersama Chanyeol selaku penyanyi boyband terkenal asal Korea menjadi salah satu contoh nyata dari keberhasilan Jerome dalam melakukan strategi personal branding di media sosial.
Meski konten video kolaborasi tersebut telah dinilai sukses, namun itu bahkan mungkin bukan puncak akhir dari karir serta konsistensinya.
Bisa saja dengan terus melanjutkan strategi branding tersebut, kolaborasi bersama Chanyeol menjadi titik awal di mana ia dapat mencapai keberhasilan yang lebih tinggi lagi.***