Friday, 9 May 2025
HomeOpiniBika Ambon Ci Mehong Kena Kritik karena Ada Binatang di Dalamnya

Bika Ambon Ci Mehong Kena Kritik karena Ada Binatang di Dalamnya

OplehL Naura Kirana Maheswari                                                                                  Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University

Di era digital saat ini, reputasi bisnis dapat berubah sangat cepat. Hal ini terjadi pada kasus Bika Ambon Ci Mehong yang menjadi perhatian publik setelah food vlogger Shely Che mengunggah video di TikTok pada 29 Januari 2025. Video tersebut menunjukkan adanya temuan yang diduga binatang kecil dalam produk tersebut. Peristiwa ini menarik untuk dibahas lebih dalam karena menunjukkan bagaimana media sosial telah mengubah lanskap bisnis kuliner, di mana setiap kejadian dapat terekam dan menyebar dengan cepat.

Shely Che Sosok di Balik Viralnya Bika Ambon

Shely Che bukanlah nama baru dalam dunia kuliner digital Indonesia. Sejak 2016, ia telah membangun reputasinya sebagai food vlogger yang dikenal dengan ulasan-ulasan jujur dan objektifnya. Perjalanan karirnya dimulai dari channel YouTube yang kemudian merambah ke berbagai platform media sosial lainnya. Selama hampir satu dekade berkarya, Shely Che telah mengulas ribuan makanan dari berbagai tingkatan harga, mulai dari jajanan kaki lima hingga hidangan premium di restoran bintang lima. Dengan pengikut sekitar 509.200 di TikTok. Ia dikenal dengan ulasannya yang mencakup berbagai aspek kuliner seperti rasa, tekstur, kebersihan, dan nilai uang. Konsistensinya dalam memberikan ulasan telah membuatnya dipercaya oleh ratusan ribu pengikutnya di berbagai platform media sosial. Dalam videonya tentang Bika Ambon Ci Mehong, ia tetap mengakui kelezatan produk tersebut meski menemukan masalah di dalamnya, menunjukkan profesionalisme dalam memberikan review yang berimbang.

Ekspektasi Konsumen

Kasus ini menunjukkan adanya kesenjangan antara ekspektasi konsumen dan realita produksi. Produk yang diposisikan sebagai “premium” dengan harga Rp100.000 untuk ukuran mini menimbulkan ekspektasi tinggi dari konsumen terkait kualitas dan kebersihan. Dalam industri makanan premium, konsumen tidak hanya membayar untuk rasa, tetapi juga untuk jaminan kualitas, kebersihan, dan keamanan pangan yang seharusnya berada di atas standar rata-rata. Harga premium idealnya mencerminkan investasi dalam berbagai aspek produksi, mulai dari pemilihan bahan baku berkualitas tinggi hingga proses quality control yang ketat.

Dampak Media Sosial

Video tersebut mendapat sekitar 500 ribu likes dan 17.100 komentar, yang menunjukkan perhatian publik terhadap isu keamanan pangan. Angka ini menggambarkan keprihatinan masyarakat terhadap standar kebersihan dalam industri makanan. Media sosial telah menjadi wadah diskusi publik dan sarana kontrol terhadap standar kualitas industri kuliner, dimana konsumen modern semakin kritis dan peduli terhadap kualitas makanan yang mereka konsumsi.

Viralnya kasus ini diperkuat dengan adanya tanggapan melalui live Instagram. Platform media sosial telah memungkinkan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk menyuarakan pendapat mereka, menciptakan forum diskusi yang luas dan beragam tentang standar kualitas dalam industri kuliner.

Respons Terhadap Kritik

Tanggapan Ci Mehong melalui live Instagram pada 31 Januari 2025 menjadi sorotan dalam kasus ini. Ia menyatakan bahwa kondisi temuan yang masih utuh tidak mungkin terjadi dalam proses produksi Bika Ambon yang adonannya lengket. Meskipun secara logika argumentasi tersebut memiliki dasar, namun cara penyampaian tanggapan tersebut justru menimbulkan perdebatan baru di kalangan pengguna media sosial.

Kasus ini menunjukkan bahwa di era digital, cara merespons kritik dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap sebuah merek. Transparansi dan kemampuan untuk mengevaluasi situasi secara objektif menjadi faktor penting dalam mempertahankan kepercayaan konsumen.

Pembelajaran bagi Industri Kuliner

Insiden ini memberikan pelajaran tentang pentingnya manajemen kualitas dan penanganan krisis. Harga premium perlu diimbangi dengan standar kualitas tinggi di semua aspek produksi. Produsen makanan perlu memahami bahwa investasi dalam sistem quality control dan kebersihan merupakan komponen penting dalam mempertahankan kepercayaan konsumen.

Lebih lanjut, kemampuan untuk menangani kritik secara profesional menjadi kunci untuk mempertahankan reputasi bisnis, terutama di era digital dimana informasi dapat menyebar dengan cepat. Sistem manajemen mutu yang ketat dan pelatihan karyawan tentang standar kebersihan merupakan aspek yang tidak boleh diabaikan dalam industri kuliner, terlepas dari segmen pasar yang dituju.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here