Bogordaily.net – Wianda Aryantini Suprasman lahir di Bekasi pada 27 Januari 2003. Wianda menempuh pendidikan menengah di SMA Yadika 8 Jatimulya dengan peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Meskipun pada awalnya tidak memiliki tujuan spesifik untuk masuk ke Program Studi Ekowisata, Wianda kemudian melihat peluang menarik di bidang ini.
Menurutnya, ekowisata adalah program studi yang unik, menggabungkan ilmu pengetahuan, pariwisata, dan aktivitas luar ruangan yang memungkinkan mahasiswa belajar langsung dari alam.
Ketertarikan ini semakin kuat seiring waktu. Wianda menyadari bahwa ekowisata tidak hanya tentang berwisata, tetapi juga melibatkan aspek konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal, hingga keberlanjutan lingkungan.
Hal ini menjadi motivasi baginya untuk terus mendalami bidang ini, meskipun awalnya masuk ke program ini lebih karena kesempatan daripada pilihan utama.
Perjalanan akademik Wianda membawanya menjadi asisten dosen sejak semester 8, tepatnya pada semester genap tahun lalu. Awalnya, ia melihat posisi ini sebagai cara untuk memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan akademik.
Namun, semakin lama Wianda menjadi asisten dosen malah membuka matanya terhadap dunia Pendidikan yang lebih  tinggi, hingga akhirnya Wianda berencana melanjutkan ke jenjang S2 dan menjadi dosen.
Sebagai asisten dosen, Wianda mengampu beberapa mata kuliah penting, seperti Metode Survei Ekowisata, Geografi Pariwisata, Kelayakan Usaha Ekowisata, dan Manajemen Akomodasi.
Dari semua mata kuliah tersebut, Wianda sangat menyukai Metode Survei karena menurutnya mata kuliah ini sangat erat kaitannya dengan penelitian langsung di lapangan.
Menurutnya, survei lapangan memberikan kesempatan untuk melihat langsung potensi dan tantangan suatu destinasi wisata, memahami karakteristiknya, serta berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Wianda tidak hanya aktif mengajar, tetapi juga terlibat dalam berbagai penelitian dan proyek akademik.
Tugas akhirnya berfokus pada Ekonomi Ekowisata khususnya penelitian di Pantai Mlarangan Asri, Kalurahan Pleret, Kabupaten Kulon Progo, membahas dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat sekitar.
Penelitian ini membuka wawasannya tentang bagaimana pariwisata dapat menjadi alat pemberdayaan ekonomi, sekaligus memperlihatkan tantangan-tantangan yang dihadapi komunitas lokal dalam mengelola potensi wisatanya.
Selain penelitian, Dia juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Ia pernah terlibat dalam program sosialisasi pemasaran digital untuk wisata Kampung Pulo Geulis, di mana ia membantu masyarakat setempat memahami pentingnya promosi digital untuk menarik wisatawan.
Wianda juga ikut dalam pengabdian kepada siswa SMKN 1 Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, dengan membantu mereka menyusun paket wisata yang tidak hanya menarik tetapi juga berkelanjutan.
Meski ada tantangan, seperti keterbatasan sumber daya manusia di desa wisata yang membuat keberlanjutan proyek menjadi sulit, Wianda tidak menyerah.
Ia percaya bahwa setiap langkah kecil tetap berdampak, dan pendidikan adalah investasi jangka panjang bagi masyarakat.
Selain aktivitas akademik, Wianda juga aktif berorganisasi. Wianda bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Ekowisata dan Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia (HMPI).
Melalui organisasi ini, Wianda turut serta dalam berbagai kegiatan sosial, salah satunya adalah HMPI Berbagi, yang memberikan donasi ke Kampung Wisata Mulyaharja.
Melalui organisasi, Wianda belajar banyak tentang kerja sama tim, manajemen acara, dan pentingnya kolaborasi antar anggota.
Keterlibatan ini memperkaya wawasannya dan membantunya mengembangkan kemampuan kepemimpinan yang sangat berguna dalam perannya sebagai asisten dosen.
Dalam mengajar, Wianda berpegang teguh pada prinsip komunikasi yang baik. Baginya, komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menghindari miskomunikasi antara dosen, asisten dosen, dan mahasiswa.
Ia selalu berusaha menciptakan suasana kelas yang nyaman, di mana mahasiswa merasa bebas bertanya dan berdiskusi.
Wianda percaya bahwa keberhasilan proses belajar tidak hanya diukur dari nilai akademik, tetapi juga dari bagaimana mahasiswa mengembangkan cara berpikir kritis dan kepekaan terhadap isu-isu lingkungan dan masyarakat.
Oleh karena itu, ia sering mengajak mahasiswa berdiskusi tentang kasus nyata di lapangan, mendorong mereka untuk menganalisis, memberikan solusi, dan melihat ekowisata dari berbagai perspektif.
Pengalaman paling berkesan baginya adalah saat mahasiswa mengucapkan terima kasih setelah kelas atau ketika ia bisa membantu mahasiswa mencari akomodasi untuk praktikum di luar kelas.
Bagi Wianda, momen-momen ini adalah pengingat bahwa sekecil apa pun bantuan yang diberikan bisa berdampak besar bagi proses belajar mahasiswa.
Wianda memiliki harapan besar terhadap perkembangan ekowisata di Indonesia, tetapi tantangan utamanya ada pada sumber daya manusia dan keberlanjutan pengelolaan.
Ia berharap semakin banyak generasi muda yang tertarik mendalami ekowisata, tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi nyata untuk lingkungan dan masyarakat.
Wianda Aryantini Suprasman, juga bependapati seharusnya pemerintah bisa mengembangkan program pelatihan bagi masyarakat desa wisata, membantu mereka memahami pengelolaan wisata yang berkelanjutan, pemasaran digital, hingga pengembangan produk lokal.
Ia percaya bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat lokal bisa menjadi kunci keberhasilan ekowisata di Indonesia.
Pesan dari Wianda, “Selamat datang di Program Studi Ekowisata! Ini adalah program yang akan membuka mata kalian terhadap keindahan alam sekaligus mengajarkan kalian bagaimana menjaga dan mengelolanya.
Nikmati setiap proses belajar, jangan takut mencoba hal baru, dan selalu ingat bahwa ekowisata bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Kalian merupakan agen perubahan untuk masa depan pariwisata di Indonesia.”
Dengan segala dedikasi dan pengalamannya, Wianda Aryantini Suprasman adalah sosok inspiratif yang terus berkontribusi untuk mengembangkan ekowisata, baik melalui pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat.
Wianda merupakan contoh nyata bagaimana semangat belajar, keinginan untuk berbagi, dan komunikasi yang baik dapat membawa dampak positif bagi lingkungan akademik dan masyarakat luas.
Melalui perjalanan akademik dan profesionalnya, Wianda membuktikan bahwa ekowisata bukan sekadar bidang studi, melainkan panggilan untuk menjaga alam, memberdayakan masyarakat, dan menciptakan masa depan yang lebih baik lagi.***
Muhammad Rafiasa                                                  J0401231147