Monday, 31 March 2025
HomeOpiniBisKita Trans Pakuan: Antara Keberhasilan dan Kekecewaan Masyarakat

BisKita Trans Pakuan: Antara Keberhasilan dan Kekecewaan Masyarakat

Oleh: Roshinta Nurfajaristi “Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB”

Kota Bogor, yang dikenal sebagai “Kota Hujan,” juga memiliki julukan lain, yaitu “Kota Sejuta Angkot,” karena banyaknya angkutan kota yang beroperasi di berbagai ruas jalan. Seiring pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan transportasi umum, jumlah angkot yang melintas pun terus bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor tahun 2021, jumlah penduduk mencapai 1.052.359 jiwa, yang tentunya memengaruhi dinamika transportasi di kota ini.

Sebagai bagian dari upaya mewujudkan Pembangunan Transportasi Berkelanjutan, pemerintah melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah menghadirkan layanan bus modern yang diberi nama Trans Pakuan pada 2 November 2021. Nama “” merupakan akronim dari Bus Inovatif, Solusi Transportasi Perkotaan Terintegrasi dan Andal.

Layanan ini terbagi ke dalam empat koridor, yaitu Koridor 1, Koridor 2, Koridor 5, dan Koridor 6, yang masing-masing memiliki rute tersendiri.

Kehadiran disambut baik oleh masyarakat, yang terlihat dari tingginya antusiasme pengguna. Menurut data BPTJ pada pertengahan tahun 2022, jumlah penumpang mengalami peningkatan signifikan. Pada Januari 2022, terjadi peningkatan sebesar 43,8%, naik menjadi 47,37% di Februari, dan mencapai puncaknya di Mei dengan angka 77,19%.

Antusiasme masyarakat terhadap tidak hanya mencerminkan keberhasilan layanan ini, tetapi juga membawa dampak positif bagi mobilitas dan efisiensi transportasi di Kota Bogor.

Jika tren ini terus berlanjut, sejumlah manfaat dapat dirasakan, seperti peningkatan aksesibilitas, distribusi barang yang lebih efisien, serta pengurangan kemacetan dan emisi karbon akibat berkurangnya kendaraan pribadi di jalan.

Kabar Buruk di Awal 2025

Di tengah kesuksesannya, kabar mengejutkan datang di awal tahun 2025: layanan terpaksa dihentikan sementara akibat transisi kelembagaan dalam pengelolaannya.

Awalnya, dikelola oleh BPTJ, namun kini tanggung jawabnya beralih ke Direktorat Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Perubahan ini berdampak pada ketersediaan anggaran operasional , sehingga layanan harus dihentikan sementara.

Djoko Setiowarno, Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menyatakan bahwa solusi masih dapat dicari karena Wali Kota Bogor telah memberikan dukungan.

Namun, keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga diperlukan, sementara hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai sikap mereka terhadap kelanjutan layanan .

Kekecewaan Masyarakat

Penghentian layanan BisKita menuai kekecewaan besar dari para pengguna setianya. Banyak warga yang telah bergantung pada BisKita sebagai transportasi utama mereka dan merasa kesulitan beradaptasi kembali dengan moda transportasi lain yang kualitasnya dinilai kurang memadai.

Kekecewaan ini semakin meningkat setelah muncul desas-desus bahwa penghentian ini bukan sekadar sementara, tetapi berpotensi menjadi permanen. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa setelah lebih dari 30 hari sejak pemberhentian, BisKita masih belum kembali beroperasi. Padahal, sebelumnya Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor menyatakan bahwa penghentian hanya bersifat sementara dengan batas waktu maksimal 30 hari.

Keresahan masyarakat pun tercermin di media sosial. Di akun Instagram resmi BisKita, banyak pengguna menyampaikan keluhan mereka. Seorang pengguna mengungkapkan bahwa ia terpaksa menghabiskan tabungannya untuk ongkos transportasi yang lebih mahal, seperti ojek online. Pengguna lainnya menyoroti bahwa penghentian BisKita membuat sistem transportasi umum di Kota Bogor mengalami downgrade, mengingat kualitas layanan transportasi lain, terutama angkot, masih jauh dari kata ideal.

Keluhan terhadap angkot sudah menjadi hal yang umum, mulai dari sopir yang sering berhenti terlalu lama menunggu penumpang, hingga kehadiran pengamen yang kerap mengganggu kenyamanan penumpang. Beberapa pengguna juga mengeluhkan tarif angkot yang sering tidak konsisten serta kondisi kendaraan yang kurang terawat.

Harapan Masyarakat

Diberhentikannya BisKita, baik sementara maupun permanen, menimbulkan keresahan yang besar di kalangan pengguna setianya. Banyak di antara mereka bahkan rela membayar tarif lebih tinggi asalkan layanan BisKita dapat kembali beroperasi.

Masyarakat berharap pemerintah dan pihak terkait segera menemukan solusi terbaik agar layanan BisKita bisa kembali berjalan. Sebagai transportasi publik yang telah terbukti efektif dan berkualitas, BisKita bukan hanya sekadar moda transportasi, tetapi juga bagian dari solusi transportasi berkelanjutan di Kota Bogor. Pemerintah diharapkan tidak mengabaikan kebutuhan masyarakat dan segera mengambil langkah konkret untuk mengembalikan layanan ini.***

Sumber :
https://news.detik.com/berita/d-7714037/ada-evaluasi-biskita-trans-pakuan-kota-bogor-dihentikan-sementara
https://bapperida.kotabogor.go.id/po-content/uploads/Buletin_Volume_1_Nomor_2.pdf
https://otomotif.kompas.com/read/2025/01/24/182100315/biskita-trans-pakuan-bogor-berhenti-beroperasi-ini-kata-pengamat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here