Bogordaily.net – Perjalanan seorang ilmuwan peternakan memiliki beragam warna, namun cerita Bapak Danang Priyambodo, dari Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan potret inspiratif tentang bagaimana passion dan dedikasi dapat mengubah paradigma peternakan Indonesia.
Sosok yang tumbuh di lingkungan sederhana ini telah mengukir jejak transformatif dalam dunia peternakan, mengombinasikan pengetahuan akademis dengan kepedulian sosial yang mendalam.
Sejak usia dini, Bapak Danang telah diperkenalkan dengan dunia peternakan melalui pengalaman langsung. Ia tumbuh di lingkungan yang menyukai hewan dan ternak, termasuk burung hias dan burung kicau.
Dari pengalaman ini, ia belajar bagaimana cara memberi makan dan merawat hewan dengan baik. Rumahnya bukan sekadar tempat tinggal, melainkan miniatur laboratorium peternakan kecil yang ada di belakang rumahnya.
Ketika masih SMP, ia diberi tanggung jawab untuk memelihara 150 ekor puyuh, menjalani seluruh proses mulai dari pemberian pakan, minum, membersihkan kotoran hingga pengumpulan telur untuk dijual di pasar lokal.
Hasil penjualan telur tersebut sebagian digunakan untuk membeli pakan kembali, dan sisanya menjadi uang jajan.
Pengalaman sederhana tersebut bukan sekadar rutinitas, melainkan pelajaran berharga tentang potensi ekonomi peternakan.
Setiap telur yang dijual bukan hanya menghasilkan uang jajan, tetapi juga menanamkan kesadaran fundamental bahwa dengan memelihara ternak, seseorang dapat menghasilkan pendapatan.
Kesadaran inilah yang membuat ketertarikannya dalam bidang peternakan terus bertambah dan membuatnya memutuskan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Ketika kesempatan untuk mengembangkan diri terbuka, Bapak Danang tidak menyia-nyiakannya. Awal perjalanannya sebagai dosen dimulai ketika ditawarkan oleh dosen pembimbingnya untuk mengajar sebagai asisten dosen di IPB.
Melalui dukungan tersebut, ia melanjutkan pendidikan hingga magister melalui Beasiswa Unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Perjalanannya dari seorang asisten dosen hingga menjadi pengajar di Sekolah Vokasi IPB mencerminkan komitmennya terhadap pendidikan dan pengembangan ilmu peternakan.
Keputusannya untuk menjadi dosen di bidang peternakan didasari pandangan bahwa peternakan adalah bidang yang tidak akan pernah mati.
Ia melihat bahwa dengan pertambahan populasi manusia di Indonesia setiap tahunnya, kebutuhan akan protein yang berasal dari produk peternakan seperti ayam, daging sapi, susu, dan telur akan terus meningkat. Selain itu, menjadi dosen juga merupakan salah satu cita-citanya sejak dulu.
Fokus penelitian Bapak Danang di Teknologi dan Manajemen Ternak (TNK) IPB lebih mendalami ternak unggas seperti ayam, itik, dan puyuh.
Namun, penelitiannya tidak sekadar terbatas pada aspek teknis peternakan unggas, melainkan meluas pada upaya mentransformasi praktik peternakan Indonesia.
Ia melihat potensi besar yang belum tergarap, terutama dalam mengadopsi teknologi modern dan membangun sistem peternakan yang ramah lingkungan.
Proyek pengabdian masyarakat yang dilakukannya pada tahun 2020 berfokus pada peningkatan UMKM peternak di Bogor melalui pembinaan dan pelatihan tentang cara beternak yang baik dan efisien.
Ia juga terlibat dalam proyek matching fund yang dibiayai oleh pemerintah untuk menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, masyarakat, dan peternak.
Melalui berbagai program pemberdayaan tersebut, ia secara konsisten berupaya meningkatkan kapasitas para peternak. Filosofi utamanya sederhana namun fundamental: pendidikan dan inovasi adalah kunci mengubah tantangan menjadi peluang.
Keunikan Bapak Danang terletak pada pendekatan sosialnya yang inklusif, baik dalam mengajar maupun dalam pengabdian masyarakat. Prinsip mengajarnya menekankan keadilan dan tidak berpihak kepada satu atau beberapa mahasiswa saja.
Ia percaya bahwa semua mahasiswa harus diperhatikan, tidak hanya mereka yang rajin. Pendekatan pengajarannya lebih mengutamakan kebutuhan mahasiswa, pengetahuan yang ingin mereka ketahui, dan kerja sama melalui diskusi kelompok untuk memecahkan kasus-kasus tertentu.
Ia tidak sekadar seorang akademisi, melainkan agen perubahan yang memandang peternakan sebagai instrumen pemberdayaan.
Keterlibatannya dalam melatih anak berkebutuhan khusus seperti penyandang down syndrome dan memberikan pelatihan kepada narapidana yang akan menyelesaikan masa hukumannya menunjukkan pandangannya yang jauh melampaui batasan konvensional.
Dari pengalaman tersebut, ia mendapatkan pengetahuan dan pelajaran hidup bahwa semua orang, tidak hanya mereka yang normal, membutuhkan ilmu dan dapat belajar dengan baik jika diajarkan dan dilatih secara disiplin.
Dengan kejujuran akademis, Bapak Danang Priyambodo, mengakui berbagai tantangan yang dihadapi peternakan Indonesia.
Pertama, masalah lahan karena di Indonesia tidak ada pembagian wilayah khusus untuk peternakan atau pertanian, sehingga lama-kelamaan lahan tersebut berubah menjadi perumahan atau ruko, menyebabkan peternakan harus bergeser.
Solusi yang ia tawarkan adalah sistem bertingkat. Tantangan kedua adalah SDM yang kurang, karena di Indonesia yang mau beternak atau bertani rata-rata adalah mereka yang sudah berusia lanjut.
Tantangan ketiga adalah teknologi, yang menjadi salah satu penyebab kurangnya minat SDM untuk menjalankan peternakan dan pertanian.
Danang Priyambodo, yakin bahwa dengan menggunakan teknologi, peternakan tidak akan lagi identik dengan bau dan kotor.
lainnya adalah masalah penyakit dan limbah, ketergantungan pada bibit atau pakan impor, serta perlunya inovasi terhadap bahan pakan atau bibit agar tidak bergantung pada impor.
Visinya sederhana namun ambisius: mewujudkan peternakan Indonesia yang modern, produktif, dan ramah lingkungan.
Ia ingin peternakan di Indonesia mampu mengembangkan teknologinya agar tidak lagi identik dengan bau dan kotor, melainkan ramah lingkungan.
Peternakan harus mampu berpikir dan berinovasi untuk meningkatkan produktivitas dengan teknologi, misalnya menggunakan kandang close house agar hasil produksinya meningkat.
Legasi yang ingin ditinggalkannya adalah peternakan Indonesia yang maju, mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan produktivitas tinggi, dan ramah lingkungan.
Danang Priyambodo, berharap metode yang sedang ditelitinya saat ini dapat menghasilkan bahan yang nantinya dapat diterapkan dalam budidaya ternak, sehingga peternakan menjadi ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah yang bau dan mencemari udara.***
Siti Nur Aistatul Fajri
Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media
Sekolah Vokasi IPB
