Saturday, 19 April 2025
HomeOpiniDeep Talk dan Kesehatan Mental Anak: Membangun Ikatan Keluarga di Era Digitalisasi

Deep Talk dan Kesehatan Mental Anak: Membangun Ikatan Keluarga di Era Digitalisasi

Bogordaily.net – Era digitalisasi saat ini, komunikasi antara orang tua dan anak menghadapi tantangan cukup besar. Kemajuan teknologi dan meningkatnya penggunaan media sosial jadi mengurangnya interaksi secara langsung dalam keluarga. Banyak anak yang lebih sering berkomunikasi melalui pesan singkat atau media sosial daripada berbicara langsung dengan orang tua mereka. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk menerapkan percakapan mendalam yang dapat memperkuat ikatan emosional dan meningkatkan pemahaman antara orang tua dan anak.

 Menurut Nugroho (2023), komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak memiliki peran penting dalam membentuk perilaku sosial dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terbuka dan suportif dapat membantu anak dalam mengembangkan empati, keterampilan sosial, serta ketahanan emosional dalam menghadapi tantangan hidup. Studi lain dari American Psychological Association (2021) menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan dukungan emosional dari orang tua melalui komunikasi mendalam cenderung lebih tahan terhadap tekanan sosial dan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa deep talk bukan hanya sekadar obrolan biasa, tetapi juga merupakan bagian penting dalam membentuk kesejahteraan mental anak.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Family Psychology (2018), ditemukan bahwa keluarga yang memiliki kebiasaan berbicara secara mendalam memiliki hubungan yang lebih erat dan minim konflik. Anak-anak yang merasa didengar dan dipahami oleh orang tua mereka lebih cenderung terbuka dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk dalam menghadapi masalah atau tantangan yang mereka alami.  Penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center (2022) mengungkapkan bahwa 72% orang tua merasa bahwa teknologi telah mengurangi interaksi langsung dengan anak-anak mereka. Namun, studi ini juga menekankan bahwa komunikasi yang berkualitas tetap bisa dijaga asalkan orang tua memiliki inisiatif untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan anak-anak mereka.

Deep talk juga berperan dalam membangun kemampuan berpikir kritis anak. Menurut penelitian dari Harvard University (2020), anak-anak yang terbiasa mendiskusikan berbagai topik dengan orang tua mereka memiliki keterampilan berpikir yang lebih terasa dekat dan dapat melihat berbagai sudut pandang sebelum mengambil keputusan.  Dalam dunia yang semakin kompleks, kemampuan berpikir kritis ini sangat penting untuk membantu anak menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam memilah informasi yang mereka dapatkan dari internet dan media sosial. Dengan adanya deep talk, orang tua dapat membantu anak dalam memahami realitas kehidupan dan membangun pola pikir yang lebih rasional serta logis.

 Di era digital, banyak keluarga mengalami kesulitan dalam mempertahankan komunikasi yang berkualitas. Menurut penelitian dari International Journal of Adolescence and Youth (2021), meningkatnya penggunaan perangkat digital dapat menyebabkan keterasingan dalam hubungan orang tua dan anak jika tidak diimbangi dengan komunikasi yang efektif.

Survei yang dilakukan oleh Common Sense Media (2022) menemukan bahwa:  41% remaja lebih nyaman berkomunikasi melalui chat atau secara online atau media sosial dibandingkan berbicara langsung dengan orang tua mereka, 58% anak-anak menghabiskan lebih dari 3 jam sehari menggunakan perangkat digital, yang mengurangi waktu komunikasi tatap muka dalam keluarga, dan 10% orang tua tidak mengetahui secara pasti aktivitas online anak-anak mereka, yang menunjukkan adanya kesenjangan dalam komunikasi digital antara generasi yang berbeda.

Orang tua perlu menyediakan waktu khusus tanpa gangguan teknologi, seperti saat makan malam atau sebelum tidur, untuk berbicara dengan anak tentang kehidupan mereka. Hindari pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”. Sebaliknya, gunakan pertanyaan seperti:  “Apa hal terbaik yang terjadi hari ini?”, “Bagaimana perasaanmu tentang sekolah atau teman-temanmu?”, “Apa yang sedang kamu pikirkan akhir-akhir ini?” memberikan perhatian penuh saat anak berbicara dan menghindari menghakimi atau memberikan solusi secara langsung akan membuat anak merasa lebih nyaman untuk terbuka. Orang tua dapat menggunakan teknologi untuk mendukung deep talk, misalnya dengan menonton film atau video edukatif bersama yang bisa menjadi bahan diskusi. Dan anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua. Jika orang tua terbiasa berbicara secara terbuka dan jujur, anak-anak juga akan lebih mudah untuk mengekspresikan diri mereka.

 Deep talk antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan mendukung perkembangan anak, terutama di era digitalisasi. Dengan komunikasi yang mendalam, orang tua dapat memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman anak-anak mereka dengan lebih baik serta membantu mereka menghadapi tantangan yang mereka hadapi. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang berkualitas dapat meningkatkan kesehatan mental, mempererat ikatan keluarga, serta membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Namun, tantangan era digital juga perlu diatasi dengan strategi yang tepat agar teknologi tidak menjadi penghalang dalam komunikasi keluarga.***

 

Adzra Nur Hidayat, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here