Monday, 17 March 2025
HomeBeritaFenomena Livestreaming: Antara Kebebasan Berekspresi dan Tantangan Etika di Era Digital

Fenomena Livestreaming: Antara Kebebasan Berekspresi dan Tantangan Etika di Era Digital

Bogordaily.net – Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi informasi dan komunikasi telah mangubah cara manusia berinteraksi. Salah satu inovasi yang mencolok adalah livestreaming, yang kini menjadi media komunikasi baru dengan pengaruh yang luas di berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya sekadar alat hiburan, livestreaming juga memainkan peran penting dalam pendidikan, pemasaran, hingga membentuk opini publik. Namun, di balik kebebasan berekspresi yang ditawarkan, muncul tantangan baru terkait etika penyiaran dan dampak sosial yang ditimbulkan.

Fenomena livestreaming mengubah pola penyiaran konvensional yang selama ini dikontrol ketat oleh regulasi dan kode etik. Platform seperti , , dan Instagram Live memberikan kebebasan hampir tanpa batas bagi penggunanya untuk menyampaikan ide, hiburan, hingga promosi produk. Siapa pun kini dapat menjadi “penyiar” dan membangun audiens mereka sendiri tanpa harus melalui proses seleksi atau sensor yang ketat.

Namun, kebebasan ini membawa konsekuensi signifikan. Livestreaming sering kali mengutamakan interaksi dan keterlibatan audiens tanpa memperhatikan kontrol kualitas konten. Hal ini membuka peluang munculnya konten sensasional, misinformasi, dan konten yang tidak pantas, yang bisa berdampak negatif pada audiens, terutama generasi muda.

Kebebasan Berekspresi vs Tantangan Etika

Livestreaming memberikan kebebasan hampir tanpa batas kepada siapa saja untuk menjadi penyiar dalam ruang digital. Berbeda dengan penyiaran konvensional seperti televisi dan radio yang diatur ketat oleh regulasi dan kode etik, livestreaming memungkinkan individu mengekspresikan ide, opini, dan kreativitas mereka secara bebas tanpa melalui proses sensor atau kontrol yang ketat.

Namun, kebebasan yang ditawarkan oleh livestreaming tidak datang tanpa konsekuensi. Kurangnya regulasi ketat dalam livestreaming membuka peluang bagi penyebaran konten yang tidak pantas, misinformasi, dan ujaran kebencian. Fenomena ini menimbulkan tantangan serius dalam menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial atau etika dalam bermedia sosial.

Dalam penyiaran konvensional, seperti televisi dan radio, terdapat kode etik yang mengatur konten yang boleh dan tidak boleh disiarkan. Kode etik ini bertujuan melindungi audiens dari konten yang merusak norma sosial, seperti kekerasan, diskriminasi, atau ujaran kebencian. Sebaliknya, di dunia livestreaming, pembuat konten sering kali tidak terikat oleh aturan serupa, sehingga tanggung jawab etika sepenuhnya berada di tangan individu.

Beberapa platform seperti dan Instagram memang memiliki kebijakan komunitas untuk mengatur perilaku pengguna. Namun, penerapan kebijakan ini sering kali membawa pengaruh negatif, bergantung pada pelaporan pengguna atau algoritma untuk mendeteksi pelanggaran. Hal ini membuat banyak konten yang melanggar etika tetap bisa beredar sebelum akhirnya dihapus.

Dampak Sosial Livestreaming

Fenomena livestreaming mencerminkan perubahan besar dalam dunia komunikasi digital. Dengan memberikan kebebasan berekspresi yang lebih luas, livestreaming memungkinkan individu untuk berbagi ide, hiburan, dan bahkan mempromosikan produk secara langsung. Namun, kebebasan ini juga membawa tantangan etika yang tidak bisa diabaikan.

Dalam lanskap media saat ini, media sosial telah menjadi sangat berperan sebagai saluran utama arus informasi. Media sosial mempengaruhi hampir setiap aspek interaksi manusia, dimana setiap orang terhubung dan berkomunikasi, serta mendapatkan berita (Dewi et al., 2022). Dengan cepatnya arus informasi ini, risiko penyebaran konten negatif juga meningkat.

Platform livestreaming hanyalah teknologi web yang muncul pada tahun 2010, dan pada tahun 2015, telah berkembang menjadi bentuk siaran “live” yang memiliki kedekatan dan interaktif yang tinggi (Wang & Lu, 2019). Sifat interaktif ini membuat livestreaming menjadi alat komunikasi yang sangat efektif, tetapi juga rentan terhadap penyalahgunaan.

Dampak sosial dari livestreaming tidak hanya terbatas pada penyebaran informasi yang cepat, tetapi juga memengaruhi perilaku pengguna. Pengguna cenderung lebih terbuka dalam berbagi kehidupan pribadi mereka, yang menciptakan batas baru bahkan tanpa adanya batas antara kehidupan pribadi dan ranah publik digital. Fenomena ini dapat memperkuat identitas sosial seseorang di dunia maya, tetapi juga meningkatkan risiko pelanggaran privasi dan munculnya komentar negatif atau cyberbullying.

Selain itu, normalisasi konten sensasional dan ujaran kebencian dapat memengaruhi norma sosial masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang masih dalam tahap pembentukan identitas. Paparan terhadap konten semacam ini dapat memengaruhi cara pandang mereka terhadap isu-isu sosial dan membentuk perilaku yang kurang sehat.

Menjaga keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab sosial menjadi kunci dalam mengelola dampak livestreaming di era digital. Dengan memahami tantangan etika yang ada, baik pengguna, platform, maupun masyarakat secara keseluruhan dapat berperan dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat. Livestreaming memiliki potensi besar untuk menjadi alat komunikasi yang efektif dan berdampak positif bagi masyarakat, asalkan digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.***

Nabila Fasya Agustin, Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here